Wednesday, March 30, 2022

KISAH KAK ALYA - Bagian 2

 Aku lihat kak Alya melongokkan kepalanya keluar saat pintu depan dibuka, kelihatannya dia sedang melihat-lihat apakah suasana di luar sedang ramai atau tidak. Sedangkan aku, masih saja terus asyik memperhatikan bagian belakang tubuh kakakku. Sungguh beruntung aku sebagai adeknya bisa melihat semua ini, bahkan cowok kak Alya saja kurasa tidak pernah melihat kondisi kakakku seperti sekarang ini. Yang mana sebentar lagi kak Alya akan keluar memberi sumbangan kepada peminta-minta, dengan hanya mengenakan atasan tanktop saja! Ugh, membayangkannya saja sudah membuat kepala atas dan bawah terasa panas dingin, aku tak tahu apa yang akan terjadi nanti.

"Adeek.. liatin kakak yah.. Hihihi.." Kak Alya yang selesai memperhatikan keadaan sekitar segera berjalan keluar, melewati teras rumah, dan langsung menuju ke pagar rumah kami!

Aku memperhatikan dengan tegang dari balik pintu yang sengaja sedikit kubuka untuk mengintip. Kak Alya benar-benar keluar cuma pakai tanktop putih saja. Tidak memakai bawahan apapun sama sekali. Kak Alya berani banget! Bener-bener nakal nih Kak Alya. Mana jalannya pakai lenggak-lenggok sambil sesekali menoleh ke arahku dan mengedipkan matanya. Entah Pak Tua itu melihat atau tidak, karena dari yang kulihat, tinggi badan Pak Tua itu hanya sedikit di atas batas atas pagar rumah kami. Untungnya sisi tengah pagar kami ditutupi plastik fiber berwarna gelap, jadi badan bawah kak Ochi tidak terlihat jelas. Sepertinya.

"Iya Pak.. ada yang bisa saya bantu?" suara kak Alya merdu banget saat menyambut orang itu dari balik pagar. Orang tua berpakaian kemeja putih dan membawa map.

"..Ehm.. Eh, iya non.. anu.. maaf mengganggu.. saya dari Yayasan Penampungan Anak-Anak Terlantar, non.. Adapun kedatangan saya untuk meminta sumbangan dari si non.. seikhlasnya.." si Bapak peminta sumbangan itu yang berbicara dengan bahasa sok rapi mendadak gelagapan melihat kak Alya. Siapa sih yang tidak salah tingkah melihat kak Alya? Apalagi kak Alya kini mengikat rambutnya dengan mengangkat kedua tangannya, hingga otomatis dadanya terlihat membusung maju kedepan. Kakakku seakan sengaja memberikan pose dan tontonan gratis bagi Orang itu.

"Panggil Alya saja Pak.." "Oh iya.. non Alya.. hehe.. sampai lupa memperkenalkan diri, nama saya Pak Amin.."

"Pak Amin, Alya nyumbangnya berapa yah?"

"Aduh non Alya.. berapa ajalah kalau dari si non, seikhlasnya.. ini sih, demi anak-anak terlantar juga non.. hehe.." jawab orang tua itu cengengesan, terlihat kumisnya yang mulai ubananmelebar tersungging. Dasar muka mesum! Matanya mulai jelalatan kemana-mana ngelihatin

kakakku ini.

"Berapa aja atau apa aja nih Pak? Hihihi.."

Sambil sekilas melirik kearahku kak Alya bertanya padanya dengan menyilangkan kedua

tangannya dibawah dadanya sehingga 2 susu kak Alya yang hanya terbalut tank top putihnya

seperti mau menyembul kedepan. Gila kak Alya, berani amat mamerin susu dan cetakan pentil

di depan orang itu. Baru saja aku memuntahkan pejuhku, kini sudah ada dorongan lagi untuk

onani. Aku benar-benar tak tertolong.

"Hah? Anu neng.. eh, non.. berapa aja juga boleh.. kalo apa aja juga boleh kok, hehe"

senyumnya makin lebar tuh orang. Pasti isi kepalanya udah terisi dengan bayangan yang

engga-engga tentang kakakku..

"Hihi.. ya udah, yang berapa aja dulu deh Pak… Ini Alya mau sumbangin lima puluh ribu.. tapi

Alya adanya uang seratusan Paak?" kata kak Alya yang sengaja memanja-manjakan suaranya.

Kakakku ini ngapain sih!?

"Ooh.. sini Bapak tukarkan dulu deh.. kebetulan ada warung di dekat sini.. nanti saya kembali

lagi ya.." tiba-tiba si Bapak itu sudah pergi untuk memecahkan uang kak Alya.

Aku dapat bernafas lega untuk sesaat. Sungguh melihat mereka tadi berdua ngobrol membuat

perasaanku tak menentu. Bagaimana tidak? Orang tua peminta sumbangan diladeni oleh kak

Alyaku yang bokong dan paha putihnya terpampang kemana-mana. Aku sempat melihat si

Bapak tadi agak menjinjitkan kakinya sesekali, entah ia tahu atau tidak kalau kak Alya tidak

mengenakan apa-apa lagi dibawah. Entah bagaimana kalau kak Alya benar-benar bugil di balik

pagar.

"Adeek!" kak Alya membuyarkan lamunanku. Kak Alya menoleh kearahku dengan tatapan nakal

dan tersenyum genit.

Dengan sengaja tanpa melihat lagi keluar pagar, kak Alya tiba-tiba mengangkat tank top sampai

keatas dadanya. Sambil menggoyangkan tubuhnya ke kanan dan ke kiri kak Alya memamerkan

susunya kepadaku. Dua susu putih nan indah dan montok itu bergoyang-goyang. Masih belum

habis kagetku, Kak Alya kemudian mengangkat tanktopnya lagi sampai melewati kepalanya

dan lolos dari tubuhnya, lalu disampirkan sembarangan di atas pagar. Kakakku benar-benar

bugil! Hal yang tak kukira sebagai khayalan saja kini benar-benar terjadi! Ooh, kak Alyaku

benar-benar mewujudkan fantasiku.

Masih dengan keadaan telanjang bebas, kak Alya bergaya imut dengan menempelkan

telunjuknya pada pipinya yang digembungkan. Uugh! Kak Alya benar-benar imut, bikin aku

gemes banget, tapi juga nakal. Adek sendiri dibikin tersiksa."Adeek.. Hihi.. ayo dek! Kocok yang kuat.. go go!" kak Alya memberi semangat padaku dengan

gaya imutnya dan suara pelan mendesah sambil terus bergaya seksi di luar.

"Uugh.. Kak Alya.. kakak nakal banget sih.. aku jadi gak kuat nih kaaak.." aku meracau sambil

mengocok kontiku. Tiba-tiba kemudian aku melihat kepala seseorang mendekati pagar rumah

kami. Bapak tua itu sudah kembali! Tapi… kak Alya belum memakai tanktopnya..!?

"Ini non kembaliannya lima puluh ribu.. maaf yah, Bapak agak lama tadi.. Hah?" tiba-tiba orang

tua itu seperti kaget. Walau hanya bisa melihat kak Alya sebatas pundak keatas, pastilah ada

yang berbeda dari penampilan kak Alya.

"Ada apa Pak Amin? Hihi.. Pak Amin simpan aja yah kembaliannya.." jawab kak Alya santai.

Sepertinya kak Alya tau kalau Pak Amin sadar ada sesuatu yang berbeda dari kak Alya.

".. Eeh.. anu non.. uang saya.. eh, uang non Alya.." pastilah orang itu menyadari kak Alya yang

tadinya kelihatan ada tali pundak tanktopnya, sekarang sudah tidak ada. Entah orang tua itu tau

atau tidak, tapi melihat kak Alya tanpa tali pundak tanktop, kak Alya seperti sedang bugil di

hadapan pria tua itu. Duh, kakakku ini, dia nggak takut diperkosa apa? Kak Alya bener-bener

nekat.

Sambil mereka tetap mengobrol, si bapak itu mencoba untuk memajukan badannya mendekati

pagar. Sepertinya dia mau mencoba melongok ke dalam dan melihat kak Alya secara utuh. Tapi

kak Alya sengaja maju mendekat ke bapak itu sehingga bapak itu sungkan dan mundur lagi.

Aduh kak Alya… Aku antara rela dan tak rela kalau kak Alya sampai dilihat bugil olehnya, tapi

kocokan di otong semakin kuat melihat kak Ayla meladeninya sambil tetap bergaya centil.

Saat kak Alya berposisi adak dekat dengan si bapak itu, mereka berbicara agak pelan. Aku tak

bisa mendengar jelas apa yang mereka bicarakan.

"Ya udah, Pak Amin simpan saja yah.. kan mereka lebih membutuhkan dibanding Alya"

"Anu non, hehe.. makasih banyak yah.. udah baik, ramah, cantik lagi si non, hehe.. aduh si

non.."

"Kenapa Pak?"

".. Eh, engga non.. ini.. saya kalau begitu mau pamit aja yah.. permisi non.." Pak tua itu sudah

mau pergi.

"Hihi.. iya deh, kasian Pak Aminnya juga.."

"Hah?" aku dan orang tua itu sepertinya sama-sama kaget dengan tembakan langsung kak

Alya."Pak Amin.. kebelet kan dari tadi? Hihi.. asal jangan dibuang sembarangan ajah ya Pak? Entar

keinjek orang loh.."

"Eh.. iya neng..anu.. mari, bapak permisi.." si bapak itu dengan salah tingkah pergi

meninggalkan kak Alya sendiri. Telanjang di luar di balik pagar. Setelah bapak itu pergi kak Alya

yang masih berdiri di dekat pagar kembali menoleh kearahku.

"Adeek.. udah liatnya?" tanya kakakku dengan nada manja menggoda.

"Udah kak.."

"Adek suka?"

"Suka kak.."

"Mau dikeluarin dek?"

"Mau banget kak, aku udah ga tahan nih! Uugh!" aku masih sambil terus mengocok menunggu

kak Alya untuk kembali masih ke rumah. Tapi kak Alya masih gak beranjak juga dari tempatnya.

Dia malah menyandarkan punggungnya pada pagar tempat kak Alya ngobrol dengan orang tua

tadi.

"Sini donk dek… Masa kakak yang kesana sih? Emang adek ga mau ngeliat kak Alya telanjang

di sini?"

Duh kak Alya… kakakku ini memang suka banget mancing-mancing kalau aku sudah tanggung

begini. Akupun yang seperti orang bodoh segera bergegas mendatangi kak Alyaku yang seksi

sambil masih membawa celana pink kak Alya yang belepotan pejuhku tadi.

"Kak.. kalau dikeluarin di dalam mulut kak Alya boleh nggak? Hehe" pintaku untung-untungan.

"Hah? Jangan donk... masa burung adek sendiri dimasukin ke dalam mulut kakaknya siih?

Nakal nih adeknya…"

"Abisnya, kakak juga yang nakal, godain aku terus.. Ya kak.. boleh ya… Pleasee.." Sambil terus

merayu aku pasang tampang memelas, siapa tahu berhasil. Walau dengan melihat kak Alya

bugil di depanku seperti ini saja sudah bikin aku sangat tidak tahan. Hanya dalam hitungan

detik bisa saja aku meledak dan muncrat kemana-mana lagi.

".. Teruus.. nanti mulut kakak juga dipipisin sama pejuh adek? Gitu?" sambil dengan gaya centil

menunjuk bibirnya merah imutnya yang dimanyunkan itu. Aku sudah hampir gila menahan

ledakan otongku, tapi tetap terus ku tahan. Aku tak mau meledak duluan sebelum tercapai

keinginanku untuk dilumat otongku oleh kak Alya."Uugh, kak Alya.. nakal niih.. boleh ya kaak?"

"Gak mau ah dek.. kalo ketelan sama kak Alya gimana dek?"

"Please ya kaak.."

"Hihi.. kasian banget sih kamunya dek.. disini aja yah.." kata kak Alya kemudian berlutut di

hadapanku sambil membusungkan dadanya di depan penisku yang sedang kukocok terus dari

tadi.

"Didada kakak??" Ugh…

Sambil berlutut kak Alya melihatku dengan wajah sayu. Menunggu semprotan pejuhku ke

dadanya.

"Bayangin deh dek… kalo Pak Amin tadi ngeliatin kakak telanjang kayak gini.. Hihi.. Kakakmu

ini bakal diapain ya?"

".. Uugh.. kakak pasti diperkosa.. apalagi orang tua itu pasti belum pernah liat cewek cantik dan

seksi yang menggoda kayak kak Alya.." jawabku sambil terus mengocok kontiku.

"Gitu yah dek? Berarti kakak kandungmu ini bakal dientotin donk sama bapak-bapak tua itu

dek? Hihi.. kebayang gak sih dek, kakak yang masih muda dan putih ini, ditindih sama bapak

yang udah tua dan item itu?"

"Uugh! Abisnya kak Alya sih nakal!"

"Trus sambil kakak dientotin sama bapak itu, kakak bilang gini sama adek, ‘Adeek.. kakak

dientotin nih sama bapak ini, katanya kakak mau dihamilin tuh dek.' Hihihi..."

".. Arrgh, kakak!" kocokanku semakin liar.

"Mana tadi kakak bilang sama bapak itu, dek.. kalau mau minta sumbangan uang atau pakaian

datang aja lagi kesini, gitu dek.. apa kakak sumbangin diri kakak aja yah dek? Hihi.."

"Kak Alyaa! ARRGHH!"

“CROOOTS!” Semburan pejuhku muncrat mendarat di atas dada kak Alya. Sebagian muncrat

sampai ke leher dan dagu kak Alya. Memang tidak begitu banyak seperti sebelumnya, tapi

sensasinya onani di depan kakaku sambil membayangkan semua yang kak Alya ucapkan tadi

membuatku masih tubuhku kejang dan bergetar walau sudah tak mengeluarkan pejuh lagi.

Sedang kak Alya dengan mata sayunya masih terus menatap wajahku yang baru saja dilanda

setruman orgasme.Sambil melap pejuh di dadanya dengan celana pink yang diambilnya dari tanganku, kak Alya

mencolek sperma kentalku yang mampir di dagunya dengan ujung telunjuknya. Lalu dengan

pandangan sayu, kak Alya melihatku sambil memasukkan ujung jarinya yang belepotan pejuh

ke dalam mulutnya. Sungguh seksi kak Alyaku ini.

"Hoek! Gak enak! Nih.. buat nambahin kerjaan adek, cuci ampe bersih!" untuk kedua kalinya

kak Alya melempar celananya yang belepotan pejuhku itu kemukaku. Mimpi apa aku harus

mencium bau pejuhku sendiri, dua kali dalam sehari! Tapi kalau setelah ngecrotin kak Alya sih,

aku mau-mau saja. Tapi tetap saja aku merasa risih dengan pejuhku yang mampir ke mukaku

ini.

"Iiihh! Kak Alyaa!" Aku berteriak sambil mengejarnya sampai kedalam rumah karena melempar

celana itu ke mukaku.

"Hahaha! Bersihin donk adek, udah ngotorin masa ga mau bersihin.. Hihi.. udahan ah

ngejarnya.. capek tau" ujar kak Alya yang setelah dia kelelahan duduk di ruang keluarga

dengan tetap bertelanjang badan.

"Kak…”

“Hmm? Apa dek?”

“Kakak serius tadi bilang ke bapak itu supaya balik lagi kalau mau minta sumbangan?" tanyaku

yang masih penasaran.

"Umm.. iya dek.. emang kenapa?" tanya kak Alya balik dengan lugu, padahal aku kan tidak rela

kalau dia kembali lagi, si Pak tua bermuka mesum itu. Berani-beraninya mau melongok

kedalam pagar supaya bisa melihat tubuh polos kakakku.

"Ya ngga pa-pa sih kalo emang buat sumbangan.. tapi tampangnya itu, mesum.."

"Hihi.. iya tuh, kayak adek.. sebelas-dua belas sama si bapak tadi kalo dijejerin, hihi.." sialan nih

Kak Alya, masa aku disamakan dengan bapak tua itu. Tapi siapa juga yang tahan kalo liat kak

Alya seperti ini. Udah cantik, putih, seksi, telanjang pula.

"Ah! Kakak tuh sukanya godain aja!" aku pura-pura marah sambil maju dan memeluknya.

Seperti biasa kak Alya tertawa cekikikan dan merasa tidak keberatan sama sekali kuperlakukan

seperti ini. Kakakku yang baik dan cantik. Kakakku yang seksi dan suka menggoda.

Tapi aku masih kepikiran satu hal. Ngapain sih kak Alya nyuruh orang itu kesini lagi? Apalagi

yang ngajak orangnya kayak kak Alya, malahan dengan penampilan seperti tadi membuat si

Bapak tua tadi pake ngintip-ngintip kedalam. Aku yakin tentu saja dia pasti akan datang lagi."Oiya dek.. tanktop kakak yang tadi kakak taruh di pagar kok ngga ada yah?" "Hah?! Serius kak?"


Bersambung...

Labels:

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home