Wednesday, March 30, 2022

KISAH KAK ALYA - Bagian 3

 "Kak..." panggilku. "Hmm? Apa dek?" "Malam ni tidur bareng lagi yuk...” "Tidur bareng? Kamu udah ngantuk emangnya?" “Belum sih kak… pengen guling-gulingan sama kakak aja sampai ngecrot, hehe” “Huuu… ngecrot, ngecrot… enak aja! Kan kemarin malam adek udah bobok di kamar kak Alya?”

“Hehe.. iya sih kak, abisnya kebayang terus sama yang kemarin siang” Aku mengingat kejadian hari sebelumnya di mana kak Alya nekat menemui peminta sumbangan dengan telanjang badan. Walau hanya berdiri di balik pagar yang tertutup plastik fiber hitam, tetap saja apa yang dilakukan kak Alya membuatku tegang dan panas atas bawah. Itu saja baru berdiri di balik pagar dan masih di dalam halaman rumah kami, entah bagaimana kalau kak Alya sampai nekat bertelanjang badan sampai keluar rumah. Dan membayangkannya saja sudah membuat penisku menegang sangat keras hingga malamnya aku tak tahan dan mengerjai kakakku di kamarnya. Apalagi kalau bukan karena nakalnya kakak kandungku..

“Males ah! Bed cover sama celdam kesukaan kakak ampe kotor tuh belepotan peju kamu, awas ya ngga dicuci! Kakak ngga bolehin kamu ngecrot lagi.. huuu..” ledek kak Alya dengan gaya manyunnya yang imut itu. Oh, kak Alya.. Kenapa aku harus jadi adekmu sih kak?

“Kan adek udah janji bakal cuciin semuanya kak.. mau ya kaak..?” “Hihihi.. bolehin gak yaah?”

“Hehe, bolehin donk kaak?” tanyaku lagi. Aku betul-betul pengen pejuin kakakku yang cantik ini lagi seperti malam sebelumnya.

“Hihihi… dasar kamu tuh… Jadi kamu pengen ngecrot sebelum tidur yah dek?” “Iya kak… pengen ngecrotin badan kak Alya pake peju aku, hehe” “Dasar porno, kakak sendiri dicabulin terus, dipipisin lagi pake peju!” “Abis kak Alya ngegemesin sih.. hehe..” “Kayak semalem donk dek?” “Hehehe.. iya nih kak.. Pleasee..” “Bener nih cuma mau gitu ajah?” “Hah? maksudnya kak?” “Hmm… sekarang jam berapa yah?” “Baru jam sebelas kak” “Tuh… masih jam sebelas. Cepat banget sih kamu boboknya…” “Biarin, lagian gak tahu pengen ngapain lagi”

“Pikiranmu nyabulin kakak terus sih… hihihi”“Hehehe… kakak juga siih..”

“Hmm… jam segini di luar rumah udah sepi kan yah, dek?” tanya kak Alya sambil

senyum-senyum manis.

“Iya kak, kenapa?”

“Buka celana kamu, terus lihat kakak yah dek…” ujar kak Alya mengedipkan mata. Aku yang

bingung dia mau apa hanya menuruti saja perintahnya, akupun membuka celanaku dan

langsung memgang penisku yang mulai menegang di depan kak Alya. Dengan senyum-senyum

melihatku, kak Alya juga membuka celana legging ketatnya dengan perlahan di depanku,

bagian bawah tubuhnya kini terbuka! Paha, pantat dan vaginanya yang tembam berbulu halus

di atasnya terpampang bebas untuk dilihat. Semua kancing kemejanya juga dia buka sehingga

buah dadanya jadi tergantung dengan bebas, tapi dia masih mengenakan jilbab!

“Nih dek… kakak kasih kamu bahan coli malam ini… nikmatin puas-puas yah dek” kak Alya

dengan santainya berjalan ke luar rumah dengan kondisi seperti itu! Hanya memakai jilbab

serta kemeja pink yang seluruh kancingnya terbuka. Susu kak Alya yang putih dengan puting

coklat kemerahan bergoyang bebas kesana kemari. Kakakku betul-betul nakal. Akupun

mengikutinya ke luar rumah sambil mulai mengocok penisku. Tapi tiba-tiba dia bilang…

“Adeeek…. Lihat yah, sekarang kakak bakal keluar pagar nih…”

“Hah? Ke..keluar pagar, kak? Tapi kalau dilihat orang gimana?” tanyaku heran, tapi dianya

malah hanya tersenyum manis, lalu melangkah dengan santainya keluar pagar, kak Alyapun

berdiri di tengah jalan dengan kondisi seperti itu, yang mana kakak kandungku ini hampir

bertelanjang bulat! Badanku langsung lemas dan panas dingin melihatnya. Entah apa jadinya

bila ada tetangga kami yang melihatnya. Jam segini lingkungan rumah kami memang sudah

sangat sepi, tapi bukan berarti gak ada orang yang bakal lewat juga kan!?? Dan kocokan

penisku juga makin cepat melihat pemandangan ini. Kak Alya yang hampir telanjang sedang

berpose nakal di luar rumah kami.

Aku yang jadi cemas minta ampun dibuatnya karena tingkah binal kakakku ini. Berkali-kali aku

celingak-celinguk untuk memastikan tidak ada orang yang lewat. Kak Alya sendiri malah

mondar-mandir dengan santainya sambil sesekali melirik padaku, tersenyum manis dan juga

berekspresi imut padaku. Sungguh bikin gemeeeeeesss.

“Adek…” panggilnya setelah beberapa lama dan mendekatiku kepagar rumah.

“I..iya kak?”

“Kakak sering bikin adek tersiksa yah?”

“Uhm.. Iya, kakak nakal..”

“Hihihi.. Kakak jahat donk sama adek?”

“Iya tuh.. Kak Alya selalu bikin burung aku sakit, pengen dicrotin terus tiap hari..”

“Kalo kakak jahat sama adek.. kakaknya dihukum donk dek?”

“Dihukum kak?”

“Iyah.. Sekarang kamu kunci kakak dari dalam yah…”

“Hah??????”“Iya… kunci kakak, kurung kakak di luar, 10 menit aja… hihihi…” katanya lagi melirik nakal. Aku

betul-betul terkejut mendengarnya. Dia meminta aku menguncinya di depan rumah dengan

busana seperti itu!? Meski cuma 10 menit tapi kan tetap sangat beresiko. Ini betul-betul di luar

fantasiku! Kakakku betul-betul nakal!

“Tapi… kalau ada apa-apa gimana kak?”

“Hihihi, Gak tahu deh, mungkin kakak bakal diperkosa habis-habisan kali yah dek… Pokoknya

apapun yang terjadi kamu gak boleh buka pagarnya sebelum 10 menit yah… kalau kakak

sampai diperkosa ya gimana lagi, kakak cuma bisa pasrah aja… hihihi” hah? Aku sungguh

dibuat lemas mendengarnya.

“Adek! Tutup deeeeeekk… dikunci!” ujar kak Alya yang segera menutup pintu pagar. Aku entah

kenapa betul-betul menuruti perkataanya untuk mengunci pintu pagar. Sekarang kakakku

terkunci di luar sana. Entah apa yang akan terjadi selama 10 menit dari sekarang. Jantungku

berdebar dengan kencangnya… Kak Alya…

“Kak… masih di sana kak?” tanyaku dari balik pagar.

“Eh, adek! Jangan ngintip!” teriak kak Alya pelan saat aku mencoba mendekat ke pagar untuk

dapat melihat apa yang sedang kakakku lakukan di luar sana. Aku memang tidak bisa melihat

dengan jelas karena pagar rumah kami ditutup fiber plastik berwarna gelap.

“I..iya… tapi kakak baik-baik aja kan?” tanyaku lagi.

“Iyah… kenapa sih? Belum 1 menit juga…”

“Iya sih.. tapi kan…” Duh… entah kenapa 10 menit ini terasa sangat lama. Aku sungguh panas

dingin di sini. Membayangkan kakak kandungku yang cantik jelita dengan kondisi nyaris

telanjang bulat dan terkunci di luar sana betul-betul membuat aku belingsatan. Ugh.. kak Alya.

“Kamu sendiri sedang apa dek? Lagi ngocok yah?” ujarnya.

“Iya kak.. sedang ngocok…”

“Hihihi… Kocok terus yah dek… Kamu bayangin gih… kakak yang sehari-hari bila keluar rumah

selalu dikenal sopan dan memakai pakaian tertutup, sekarang nyaris telanjang bulat dan

terkunci di luar pagar”

“Ugh… kak Alya…”

“Aurat kakak kebuka semua kayak gini dek.. vagina kakak, susu kakak… tapi masih pake jilbab.

Gak tahu deh apa jadinya kalau ada tetangga yang lihat, hihihi…”

“Duh kak… jangan sampai tetangga lihat kak.. udah dong kak… masuk yah…” ajakku lagi

sungguh berdebar-debar, tapi penisku tetap tegang luar biasa sambil terus ku kocok-kocok.

“Kalau kakak teriak, kira-kira apa yang bakal terjadi yah dek? Hihihi”“Hah? Kak… pliss… jangan!”

“Aw!” teriak kak Alya pelan yang kemudian tertawa cekikikan.

“Kak… jangan teriak-teriak!” Gila, aku sungguh panas dingin. Kalau sampai para tetangga

terbangun dan melihat keadaan kak Alya, entah apa yang akan terjadi.

“AAWW!” Teriaknya lagi lebih keras.

“Kak… please…… jangan….”

“AAAAAWW!” teriaknya semakin keras. Sumpah! Jantungku mau copot rasanya.

“Kak… please stop… please….” Lututku betul-betul lemas.

“Hihihihi… iya deh iya… tapi dek…” ujarnya kemudian.

“A..apa kak?”

“Kayaknya ada yang datang deh…”

“Hah?? kak… masuk kak! Aku buka yah pagarnya…” tawarku cemas.

“Jangan dek… udah kakak bilang apapun yang terjadi jangan dibukain… dan jangan ngintip

yah…” katanya memperingatiku.

“Tapi kan kak…” Jantungku betul-betul berdebar dengan cepat. Tapi terdengar kalau Kak Alya

malah melangkah semakin menjauh ke arah jalan untuk melihat siapa yang datang. Duh…

kak… jangan bikin aku mati lemas dong…

“Makin deket dek… adek…. Makin deket!” Ujar kak Alya pelan dari kejauhan yang malah

terkesan sangat antusias bila ketelanjangannya terlihat oleh orang lain, sedangkan aku di sini

mati kecemasan. Nafasku tertahan. Apakah akan ketahuan…? Oh… kak Alya…..

“Hihihi… Cuma anjing lewat kok dek…” ujarnya kemudian menjawab rasa penasaranku.

Fiuuuuuuuuuuuuuh… lega mendengarnya.

“Udah… kamu masuk gih ke dalam rumah… masih lama lho 10 menit” ujarnya yang terdengar

semakin menjauh dari pagar rumah.

“Kak… kak Alya! Kakak mau ngapain? Jangan jauh-jauh kak!” teriakku tertahan.

“Kakak mau… pipis…” ucapnya centil.

“Hah? Pipis???” Gila! Kak Alya mau kencing di luar sana!?? Tak lama kemudian terdengar

suara air mengucur di sebelah sana. Sepertinya di seberang jalan, kalau gitu berarti kak Alya…

pipis di depan rumah tetangga kami! Rumahnya Pak Haji Somad!

Lemas rasanya badanku….. Ini semakin melebihi fantasiku. Bahkan belum 5 menit. Oh…

apakah yang akan terjadi selanjutnya….

Aku sungguh tidak mengira kakakku akan senekat itu. Entah apa yang terjadi bila keluarga Pak

Somad melihat kelakuan kak Alya, kakakku yang mereka kenal sangat sopan, kini sedang pipis

sembarangan di depan rumah mereka. Tapi sepertinya yang aku takuti itu tidak terjadi,mudah-mudahan juga tidak meninggalkan bau pesing besok paginya. Sekarang aku hanya bisa

berharap agar kakakku segera kembali ke rumah.

“Kak… kak Alya!” teriakku pelan berusaha memanggil kakakku.

“Dek… kamu kok masih di sana aja sih? Masuk gih ke dalam rumah” suruhnya yang terdengar

kembali mendekat ke arah pagar.

“Terus kakak mau ngapain lagi? Udah dong kak… masuk please…” bujukku.

“Hihihi… kamu ini… Kan belum 10 menit dek…”

“Kak… please… udahan dong…” bujukku terus. Aku betul-betul tidak kuat. Kakak kandungku

yang cantik ini terkunci di luar sana sendirian dengan kondisi busana yang sangat

sembarangan. Aku tidak yakin 5 menit selanjutnya masih akan tetap aman seperti sebelumnya.

Apa aku buka saja yah pagarnya dan menarik kak Alya masuk ke dalam? Seharusnya memang

itulah yang mestinya aku lakukan, tapi entah kenapa aku malah terus membiarkan aksi kakakku

di luar sana, malah aku sambil terus mengocok penisku pula. Penisku dari tadi tegang bukan

main melihat dan mendengar aksi-aksi nakal kakakku. Aku tidak menyangka kalau kakakku

sebinal ini.

“Kak… udah 10 menit nih…” ujarku berbohong karena aku ingin kakakku segera menyudahi

aksinya. Aku sangat takut kalau ada orang yang akhirnya memergokinya.

“Hihihi… bohong kamu dek…”

“Be..benar kok kak…”

“Kakak kan bawa hape dek, belum 10 menit kok.. dasar adek tukang bohong, udah mesum

pembohong lagi, hihihi” jawabnya cekikikan. Sial, ternyata dia bawa hape, aku gak merhatiin hal

itu dari tadi.

“I..itu… tapi… masuk aja deh kak…”

“Kamu deg-deg kan yah dek? Sama, kakak juga kok… Tapi kan kamu jadi ada bahan buat coli

dek, hihihi” jawabnya santai. Ugh… kak Alya baik amat, tapi gak perlu sampai sejauh ini juga

kali. Walaupun fantasiku memang dibuat melambung tinggi sih karenanya.

“Dek, kamu bawa hape nggak?”

“Nggak kak, kenapa?”

“Kamu ambil gih ke dalam”

“Untuk apa sih kak?”

“Udaaaaah…. Kamu ambil aja gih…” suruhnya lagi. Dia mau apa sih? Tapi aku akhirnya masuk

juga ke rumah dengan langkah cepat untuk mengambil hapeku.

Baru saja aku masuk ke dalam kamarku ternyata hapeku berbunyi. Kak Alya! Ngapain sih dia

nelepon-nelepon segala? Aku yang penasaran segera mengangkat hapeku.

“Kak!” sahutku cepat di telepon.

“Hai adek…” sahutnya balik dengan irama merdu seperti tidak terjadi apa-apa.

“Ada apa sih kak? Kok pake nelepon segala!??”“Hmm… kamu ngawasin kakaknya lewat telepon aja yah dek… pokoknya kamu di dalam rumah

aja terus”

“Hah?? Enggak ah… aku mau temenin kakak di depan pagar, kalau perlu aku tarik kakak

masuk ke dalam!” jawabku tegas.

“Kakak udah jauh nih dek… udah di depan rumahnya Buk Rahma” Jdar! Jantungku rasanya

mau meledak mendengarnya. Di depan rumah Buk Rahma? Berarti kakakku sudah di ujung

jalan! dengan kondisi pakaian seperti itu?? Ugh… kak Alya…

“K..kak…” panggilku lemas.

“Tenang aja... teleponnya gak bakal kakak tutup kok. Jadi adek bisa tahu apa yang terjadi.

Kalau misalnya teleponnya terputus, itu artinya kakak udah diculik dan diperkosa dek, hihihi”

Hah? Santai banget kak Alya berkata seperti itu. Aku yang jadi lemas mendengarnya.

“K..kak Alya…”

“Udah… kamu sedang di kamar kan? Baring aja gih di tempat tidur sambil terusin ngocokmu.

Cukup bayangin aja kakak sedang ngapain. Asal kamu nggak ketiduran aja yah… Ntar kakak

terkunci semalaman dong di luar, hihihi” ujarnya sambil cekikikan pelan. Ugh… ngebayangin

kakakku semalaman terkunci di luar sana makin membuatku panas dingin. Seharusnya aku

mengejar kakakku dan menariknya masuk, tapi aku malah menuruti omongannya untuk

berbaring di ranjang sambil mengocok penisku.

“Kak… dimana?” tanyaku setelah beberapa saat kemudian.

“Hmm… hampir tiba dekat mini market dek, masih buka ternyata mini marketnya. Kamu mau

kakak beliin coklat nggak dek?”

“Hah?? Nggak! Putar arah dong kak!”

“Hihihi.. iya iya… bercanda kok… nih kakak putar arah” Duh, kakakku ini. Bikin jantungku

berdebar terus. Entah apa jadinya kalau kak Alya beneran belanja di sana dengan busana

begituan.

“Eh, dek! Kayaknya orang yang jaga di dalam mini market ngeh deh dek!”

“Ah, serius kak!”

“Kalo orangnya nyusul kakak kesini gimana donk dek? Mana kakak cuman pake kayak gini..

ehmm, ternyata kakak putih banget yah dek? Hihihi..”

“Aarghh, kakak jangan nakal donk! Balik donk kak!”

“Hihihi.. iya adekku.. panik amat sih, paling dia juga ngira ngeliat hantu..”

“Iya, kalau hantunya kayak kak Alya pasti malah dikejar..”

“... terus kak Alya diperkosa deh.. kalau dia panggil temen-temennya kesini semua, gimana

donk dek? Ada hantu cantik diperkosa rame-rame lho dek...”

“Ugh! Aku bakal susul kakak kesana, aku bakal..”

“Ngga usah adek! Adek cukup dengerin suara kak Alya lagi diperkosa lewat HP ajah.. Hihihi..”

“Aduh, cepet pulang donk kak!”“Iya iya.. Dek, kamu pengen kakak bugil total atau terus dipake aja jilbab dan kemejanya?”

tanyanya kemudian.

“Eh… di..dipake aja kak!” jawabku. Sebenarnya aku nyuruh dia tetap memakainya supaya gak

jelas amat kalau kakakku sedang telanjang bila terlihat orang dari jauh. Walaupun tentunya aku

gak berharap kakakku benar-benar akan terlihat oleh orang.

“Kak…” panggilku karena suasana sempat hening beberapa saat.

“Iya…”

“Lagi dimana sih kak? Buruan balik gih… udah hampir 10 menit nih… jangan bilang kalau mau

nambah!?”

“Nggak kok… ntar kamunya betul-betul jantungan lagi, hihihi”

“Ya udah, buruan balik kak…”

“Iya iya….” Ugh, akhirnya. Aku betul-betul tersiksa di sini. Awas saja! Akan ku pejuin dia! Sambil

dia berjalan balik ke arah rumah, kami terus ngobrol. Aku sengaja tanya-tanya terus dia lagi

dimana untuk memastikan kalau kak Alya baik-baik saja. Akhirnya kak Alya berkata kalau dia

sudah di depan pagar, teleponpun dimatikan. Aku segera bangkit dari ranjang dan menuju ke

luar untuk menjemput kakakku.

“Kak… aku buka yah…” kataku dari balik pagar bersiap membuka kuncinya.

“Eh, belum pas 10 menit kan… masih ada 1 menit lagi nih... pokoknya harus pas 10 menit kamu

kurung kakaknya di luar!” Duh, kak Alya.

“lima puluh detik lagi dek…”

“Kak… aku buka aja yah…”

“Jangan… 40 detik lagi kok dek… Hmm… dek, kayaknya ada tukang nasi goreng ke arah sini

deh…”

“Hah??”

“Iya… tukang nasi goreng ke arah sini”

“A..aku buka pagarnya yah kak!”

“Belum adeeeeek… 30 detik lagi…” kakakku ini apa-apaan sih?? Apa dia gak takut apa!? tapi

akupun lagi-lagi menurutinya saja untuk tidak membuka dulu kunci pagar.

Tic toc tic toc.. Ugh… ini betul-betul 30 detik terlama dalam hidupku.

“Dua puluh detik lagi dek… tukang nasi gorengnya makin deket dek… makin deket!” ujarnya

pelan.

Ugh… kak Alya…

“10 detik lagi yah dek… Eh, kayaknya dia ngelihat kakak deh dek.. jalannya makin cepat ke sini”

“Hah??”

“Pokoknya jangan buka dulu!” ujarnya cepat seakan tahu isi pikiranku. Aku gemetaran di dalam

sini, badanku lemas, jantungku berdebar tidak karuan.“Udah dek! Buruan buka!” teriak kak Alya. Dengan secepat kilat aku buka buka kunci pagar dan

menggeser pagar. Kak Alyapun segera masuk ke dalam dan jongkok bersembunyi di balik

pagar sambil menahan tawa. Tidak lama kemudian tampak tukang nasi goreng itu lewat di

depan rumah kami. Tepat waktu! Sungguh-sungguh tepat waktu! Kak Alya… kamu bikin aku

jantungan!

“A..ada apa pak?” tanyaku pada tukang nasi goreng itu karena berhenti di depan pagar rumah

kami.

“Itu… Kayaknya tadi ada cewek yang masuk ke rumah yah dik? Pake jilbab gitu… bapak pikir

tadi dia mau beli nasi goreng” jawab bapak itu dengan wajah bingung celingak- celinguk

berusaha melihat ke arah rumah kami. Aku melirik ke arah kak Alya yang berjongkok

bersembunyi di sebelahku. Kak Alya menempelkan telunjuknya ke bibirnya dengan ekspresi

imut, tanda supaya aku jangan ngomong apapun ke bapak itu.

“Eh, nggak kok pak… bapak salah liat mungkin” kataku pada bapak itu.

“Oh… iya juga kali yah.. Mana kayak ngga pake bawahan lagi, ngga mungkin lah ya dik?”

“Iya pak… mana mungkin, hehehe” padahal emang benar! Untung saja tepat waktu. Kak Alya

sungguh nakal.

Akhirnya tukang nasi goreng itupun pergi, walau masih sempat melongok kesana sini,

jangan-jangan nih tukang nasi goreng yakin dengan apa yang dilihatnya. Tapi paling tidak Aku

bisa bernafas lega sekarang. Kak Alya yang kini berdiri melihat kepergian tukang nasi goreng

itu tertawa dengan lepasnya. Duh… kakakku ini.

“Hihihihihi… hampir aja yah dek…”

“Kak Alya nekat! Kalau ketahuan gimana coba?”

“Ya kakakmu pasti diperkosa sama dia kayaknya dek, hihihi” ujarnya sambil berlari kecil masuk

ke dalam rumah. Sungguh bikin gemes! Segera ku kejar dia ke dalam. Ku peluk dia, dan ku

jatuhkan ke atas sofa.

Aku cium kakakku yang cantik ini sejadi-jadinya, sampai-sampai kami jatuh terguling

menggelinding ke karpet. Kak Alya hanya tertawa geli menerima perlakuanku. Ku peluk erat

kakakku sambil pinggulku ku goyang-goyangkan sehingga penisku bergesekan di pantat

bulatnya. Dia harus kena pejuku!

“Kakak nekat banget… kak Alya nakal…” erangku sambil makin mempercepat gesekan penisku

di belahan pantatnya.

“Ngh… tapi kamu suka kan dek… sshh… pelan-pelan…”

“Ugh… kak Alya…”

“Kamu bayangin gih dek, kalau misalnya kakak tadi ketahuan, si bapak tadi langsung nindih kak

Alya dari belakang”“Uugh.. Kak Alya…..” “Terus dengan kontol itemnya, kakak kandungmu ini dientotin gila-gilaan sama bapak itu” “Kakak..” “Bayangin deh, kakak dientotinnya sambil tetap make kemeja dan jilbab ini dek… hihihi”

Gak kuat lagiiiiiiii….. “Croooottttttttt” pejuku muncrat-muncrat berhamburan di pantat bulatnya yang putih dan

montok. Badanku langsung lemas dibuatnya. Akupun terengah-engah ambruk menindih tubuhnya. Malam ini sungguh menegangkan. Yang awalnya hanya membayangkan saja kalau kak Alya bertelanjang keluar rumah, malam ini kak Alya benar-benar mewujudkan fantasiku.

“Dek..” “Ya kak?” “Lain kali coba semalaman yuk…” “Hah?? Nggak!”.


Bersambung...

Labels:

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home