Saturday, April 23, 2022

LES PRIVAT

 Fanny Damayanti, adalah seorang gadis dengan wajah cantik, alis matanya melengkung, dan mata indah serta jernih, dilindungi oleh bulu mata lentik, hidung mancung serasi melengkapi kecantikannya, ditambah dengan bibir mungil merah alami yang serasi pula dengan wajahnya. Rambutnya yang hitam dan dipotong pendek menjadikannya lebih menarik, kulitnya putih mulus dan terawat, badannya mulai tumbuh begitu indah dan seksi. Dia tumbuh di kalangan keluarga yang cukup berada dan menyayanginya. Usianya baru 15 tahun, kadang sifatnya masih kekanakan. Badannya tidak terlalu tinggi berkisar 155 cm, badannya ideal dengan tinggi badannya, tidak terlalu gemuk atau terlalu kurus.

Seminggu yang lalu Fanny mulai rutin mengikuti les privat Fisika di rumahku, Renne Lobo, aku seorang duda. Aku mempunyai sebuah rumah mungil dengan dua buah kamar, diantaranya ada sebuah kamar mandi yang bersih dan harum. Kamar depan diperuntukkan ruang kerja dan perpustakaan, buku-buku tersusun rapi di dalam rak dengan warna-warna kayu, sama seperti meja kerja yang di atasnya terletak seperangkat komputer. Sebuah lukisan yang indah tergantung di dinding, lukisan itu semakin tampak indah di latar belakangi oleh warna dinding yang serasi. Ruang tidurnya dihiasi ornamen yang serasi pula, dengan tempat tidur besar dan pencahayaan lampu yang membuat suasana semakin romantis. Ruang tamu ditata sangat artistik sehingga terasa nyaman.

Rumahku memang terkesan romantis dengan terdengar pelan alunan lagu-lagu cinta, Fanny sedang mengerjakan tugas yang baru kuperintahkan. Dia terlalu asyik mengerjakan tugas itu, tanpa sengaja penghapusnya jatuh tersenggol. Fanny berusaha menggapai ke bawah bermaksud untuk mengambilnya, tapi ternyata dia memegang tanganku yang telah lebih dulu mengambilnya. Fanny kaget melihat ke arahku yang sedang tersenyum padanya. Fanny berusaha tersenyum, saat tangan kirinya kupegang dan telapak tangannya kubalikkan dengan lembut, kemudian kutaruh penghapus itu ke dalam telapak tangannya.

Aku sebagai orang yang telah cukup berpengalaman dapat merasakan getaran-getaran perasaan yang tersalur melalui jari-jari gadis itu, sambil tersenyum aku berkata, "Fan, kamu tampak lebih cantik kalau tersenyum seperti itu". Kata-kataku membuat gadis itu merasa tersanjung, dengan tidak sadar Fanny mencubit pahaku sambil tersenyum senang."Udah punya pacar Fan?", godaku sambil menatap Fanny.

"Belum, Kak!", jawabnya malu-malu, wajahnya yang cantik itu bersemu

merah.

"Kenapa, kan temen seusiamu sudah mulai punya pacar", lanjutku.

"Habis mereka maunya cuma hura-hura kayak anak kecil, caper",

komentarnya sambil melanjutkan menulis jawaban tugasnya.

"Ohh!", aku bergumam dan beranjak dari tempat duduknya, mengambil

minuman kaleng dari dalam kulkas.

"Minum Coca Cola apa Fanta, Fan?", lanjutku.

"Apa ya! Coca Cola aja deh Kak", sahutnya sambil terus bekerja.

Aku mambawa dua kaleng minuman dan mataku terus melihat dan

menelusuri tubuh Fanny yang membelakangi, ternyata menarik juga

gadis ini, badannya yang semampai dan bagus cukup membuatku

bergairah, pikirku sambil tersenyum sendiri.

"Sudah Kak", suara Fanny mengagetkan lamunanku, kuhampiri dan

kusodorkan sekaleng Coca-Cola kesukaan gadis itu. Kemudian aku

memeriksa hasil pekerjaan itu, ternyata benar semua.

"Ahh, ternyata selain cantik kamu juga pintar Fan ", puji

ku dan

membuat Fanny tampak tersipu dan hatinya berbunga-bunga.

Aku yang sengaja duduk di sebelah kanannya, melanjutkan menerangkan

pemecahan soal-soal lain, Bau wangi parfum yang kupakai sangat

lembut dan terasa nikmat tercium hidung, mungkin itu yang membuatnya

tanpa sadar bergeser semakin dekat padaku.

Pujian tadi membuatnya tidak dapat berkonsentrasi dan berusaha

mencoba mengerti apa yang sedang dijelaskan, tapi gagal. Aku yang

melihatnya tersenyum dalam hati dan sengaja duduk menyamping, agak

menghadap pada gadis itu sehingga instingku mengatakan hatinya agak

tergetar.

"Kamu bisa ngerti yang baru kakak jelaskan Fan", kataku sambil

melihat wajah Fanny lewat sudut mata.

Fanny tersentak dari lamunannya dan menggeleng, "Belum, ulang dong

Kak!", sahutnya. Kemudian aku mengambil kertas baru dan diletakkan

di depannya, tangan kananku mulai menuliskan rumus-rumus sambil

menerangkan, tangan lainnya diletakkan di sandaran kursi tempatnya

duduk dan sesekali aku sengaja mengusap punggungnya dengan lembut.

Fanny semakin tidak bisa berkonsentrasi, saat merasakan usapanlembut jari tanganku itu, jantungnya semakin berdegup dengan keras,

usapan itu kuusahakan senyaman dan selembut mungkin dan membuatnya

semakin terlena oleh perasaan yang tak terlukiskan. Dia sama sekali

tidak bisa berkonsentrasi lagi. Tanpa terasa matanya terpejam

menikmati belaian tangan dan bau parfum yang lembut.

Dia berusaha melirikku, tapi aku cuek saja, sebagai perempuan yang

selalu ingin diperhatikan, Fanny mulai mencoba menarik perhatianku.

Dia memberanikan diri meletakkan tangan di atas pahaku. Jantungnya

semakin berdegup, ada getaran yang menjalar lembut lewat tanganku.

Selesai menerangkan aku menatapnya dengan lembut, dia tak kuasa

menahan tatapan mata yang tajam itu, perasaannya menjadi tak karuan,

tubuhnya serasa menggigil saat melihat senyumku, tanpa sadar tangan

kirinya meremas lembut pahaku, akhirnya Fanny menutup mata karena

tidak kuat menahan gejolak didadanya. Aku tahu apa yang dirasakan

gadis itu dengan instingku.

"Kamu sakit?", tanyaku berbasa basi. Fanny menggelengkan kepala,

tapi tanganku tetap meraba dahinya dengan lembut, Fanny diam saja

karena tidak tahu apa yang harus dilakukan. Aku genggam lembut jari

tangan kirinya.

Udara hangat menerpa telinganya dari hidungku, "Kamu benar-benar

gadis yang cantik, dan telah tumbuh dewasa Fan", gumamku lirih.

pujian itu membuat dirinya makin bangga, tubuhnya bergetar, dan

nafasnya sesak menahan gejolak di dadanya. Dan Fanny ternyata tak

kuasa untuk menahan keinginannya meletakkan kepalanya di dadaku,

"Ahh..", Fanny mendesah kecil tanpa disadari.

Aku sadar gadis ini mulai menyukaiku, dan berhasil membangkitkan

perasaan romantisnya. Tanganku bergerak mengusap lembut telinga

gadis itu, kemudian turun ke leher, dan kembali lagi naik ke telinga

beberapa kali. Fanny merasa angan-angannya melambung, entah kenapa

dia pasrah saja saat aku mengangkat dagunya, mungkin terselip

hatinya perasaan ingin terus menikmati belaian-belaian lembut itu.

"Kamu memang sangat cantik dan aku yakin jalan pikiranmu sangat

dewasa, Aku kagum!", kataku merayu.

Udara hangat terasa menerpa wajahya yang cantik, disusul bibir

hangatku menyentuh keningnya, lalu turun pelan ke telinga, hangat

dan lembut, perasaan nikmat seperti ini pasti belum pernah

dialaminya. Anehnya dia menjadi ketagihan, dan merasa tidak rela

untuk cepat-cepat mengakhiri semua kejadian itu.

"Ja.., jangan Kak", pintanya untuk menolak. Tapi dia tidak berusaha

untuk mengelak saat bibir hangatku dengan lembut penuh perasaan

menyusuri pipinya yang lembut, putih dan halus, saat merasakan

hangatnya bibirku mengulum bibirnya yang mungil merah merekah itu

bergeter, aku yakin baru pertama kali ini dia merasakan nikmatnya

dikulum dan dicium bibir laki-laki.

Jantung di dadanya berdegup makin keras, perasaan nikmat yang

menyelimuti hatinya semakin membuatnya melambung. "Uuhh..!", hatinya

tergelitik untuk mulai membalas ciuman dan kuluman-kuluman hangatku.

"Aaahh..", dia mendesah merasakan remasanku lembut di payudara kiri

yang menonjol di dadanya, seakan tak kuasa melarang. Dia diam saja,

remasan lembut menambah kenikmatan tersendiri baginya.

"Dadamu sangat indah Fan", sebuah pujian yang membuatnya semakin

mabuk, bahkan tangannya kini memegang tanganku, tidak untuk

melarangnya, tapi ikut menekan dan mengikuti irama remasan di

tanganku. Dia benar-benar semakin menikmatinya. Serdadukupun mulai

menegang.

"Aaahh", Fanny mendesah kembali dan pahanya bergerak-gerak dan

tubuhnya bergetar menandakan vaginanya mulai basah oleh lendir yang

keluar akibat rangsangan yang dialaminya, hal itu membuat vaginanya

terasa geli, merupakan kenikmatan tersendiri. Dia semakin terlena

diantara degup-degup jantung dan keinginannya untuk mencapai puncak

kenikmatan.

Diimbanginya kuluman bibir dan remasan lembut di atas

buah dadanya.

Saat tanganku mulai membuka kancing baju seragamnya, tangannya

mencoba menahannya.

"Jangan nanti dilihat orang", pintanya, tapi tidak kupedulikan.

Kulanjutkan membuka satu persatu, dadanya yang putih mulus mulai

terlihat, buah dadanya tertutup bra warna coklat.

Seakan dia sudah tidak peduli lagi dengan keadaannya, hanya

kenikmatan yang ingin dicapainya, dia pasrah saat kugendong dan

merebahkannya di atas tempat tidur yang bersprei putih. Di tempattidur ini aku merasa lebih nyaman, semakin bisa menikmati cumbuan,

dibiarkannya dada yang putih mulus itu makin terbuka.

"Auuuhh", bibirku mulai bergeser pelan mengusap dan mencium hangat

di lehernya yang putih mulus. "Aaaahh", dia makin mendesah dan

merasakan kegelian lain yang lebih nikmat.

Aku semakin senang dengan bau wangi di tubuhnya. "Tubuhmu wangi

sekali", kembali rayuan itu membuatnya makin besar kepala. Tanganku

itu dibiarkan menelusuri dadanya yang terbuka. Fanny sendiri tidak

kuasa menolak, seakan ada perasaan bangga tubuhnya dilihat dan

kunikmati. Tanganku kini menelusuri perutnya dengan lembut,

membuatnya menggelinjang kegelian. Bibir hangatku beralih menelusuri

dadanya.

"Uhh.!", tanganku menarik bajunya ke atas hingga keluar dari rok

abu-abunya, kemudian jari-jarinya melepas kancing yang tersisa dan

menari lembut di atas perutnya. "Auuuhh" membuatnya menggelinjang

nikmat, perasaannya melambung mengikuti irama jari-jariku, sementara

serdaduku terasa makin tegang.

Dia mulai menarik kepalaku ke atas dan mulai mengimbagi ciuman dan

kuluman, seperti caraku mengulum dan mencium bibirnya. "Ooohh",

terdengar desah Fanny yang semakin terlena dengan ciuman hangat dan

tarian jari-jariku diatas perutnya, kini dada dan perutnya terlihat

putih, mulus dan halus hanya tertutup bra coklat muda yang lembut.

Aku semakin tegang hingga harus mengatur gejolak birahi dengan

mengatur pernafasanku, aku terus mempermainkan tubuh dan perasaan

gadis itu, kuperlakukan Fanny dengan halus, lembut, dan tidak

terburu-buru, hal ini membuat Fanny makin penasaran dan makin

bernafsu, mungkin itu yang membuat gadis itu pasrah saat tanganku

menyusup ke belakang, dan membuka kancing branya.

Tanganku mulai menyusup di bagian dada yang menonjol di bawah bra

gadis itu, terasa kenyal dan padat di tanganku.

"Aaahh.. Uuuhh. ooohh", Fanny menggelinjang gelinjang geli dan

nikmat, jemari itu menari dan mengusap lembut di atas buah dadanya

yang mulai berkembang lembut dan putih, seraya terus berpagutan. Dia

merasa semakin nikmat, geli dan melambungkan angan-angannya.

Ujung jariku mulai mempermainkan puting susunya yang masih kecil dan

kemerahan itu dengan sangat hati-hati. "Kak.. Aaahh.. uuhh.. ahh".Fanny mulai menunjukkan tanda-tanda terangsang hingga berusaha ikut

membuka kancing bajuku, agak susah, tapi dia berhasil. Tangannya

menyusup kebalik baju dan mengelus dadaku, sementara birahinya makin

memuncak. "Ngghh.. ", vaginanya yang basah semakin membuatnya

nikmat, pikirku. Fanny menurut ketika badannya diangkat sedikit,

dibiarkannya baju dan branya kutanggalkan, lalu dilempar ke samping

tempat tidur.

Sekarang tubuh bagian atasnya tidak tertutup apapun, dia tampak

tertegun dan risih sejenak, saat mataku menelusuri lekuk tubuhnya.

Di sisi lain dia merasa kagum dengan dua gunung ind

ah yang masih

perawan yang menyembul di atas dadanya, belum pernah terjamah oleh

siapapun selain dirinya sendiri. Sedangkan aku tertegun sejenak

melihat pemandangan di depan mataku, birahiku bergejolak kembali,

aku berusaha mengatur pernafasan, karena tidak ingin melepaskan

nafsu binatangku hingga menyakiti perasaan gadis cantik yang

tergolek pasrah di depanku ini.

Aku mulai mengulum buah dada gadis itu perlahan, terasa membusung

lembut, putih dan kenyal. Diperlakukan seperti itu Fanny

menggelinjang, "Ahh.. uuuhh.. aaahh". Pengalaman pertamanya ini

membuat angan-angannya terbang tinggi. Buah dadanya yang putih,

lembut, dan kenyal itu terasa nikmat kuhisap lembut, tarian lidah

diputing susunya yang kecil kemerahan itu mulai berdiri dan mengeras.

"Aaahh..!", dia merintih geli dan makin mendekap kepalaku, vaginanya

mungkin kini terasa membanjir. Birahinya semakin memuncak. "Kak..

ahh, terus Kak.. ahh.. Uhh", rintihnya makin panjang. Aku terus

mempermainkan buah dada gadis lugu itu dengan bibir dan lidahku,

sambil membuka kancing bajuku sendiri satu persatu, kemudian baju

itu kutanggalkan, terlihat dadaku yang bidang dan atletis.

Kembali ujung bibirnya kukulum, terasa geli dan nikmat. Saat Fanny

akan membalas memagutnya, telapak tangannya kupegang dan kubimbing

naik ke atas kepalanya. Aku mulai mencium dan menghisap lembut, dan

menggigit kecil tangan kanannya, mulai dari pangkal lengan, siku

sampai ujung jarinya diisap-isap. Membuatnya bertambah geli dan

nikmat. "Geli.. ahh.. ohh!"

Perasaannya melambung kembali, ketika buah dadanya dikulum, dijilati

dan dihisap lembut. "Uuuhh.!", dia makin mendekapkan kepalaku, itu

akan membuat vaginanya geli, membuat birahinya semakin memuncak."Kak.. ahh, terus kak.. ahh.. ssst.. uhh", dia merintih rintih dan

menggelinjang, sesekali kakinya menekuk ke atas, hingga roknya

tersingkap.

Sambil terus mempermainkan buah dada gadis itu. aku melirik ke paha

mulus, indah terlihat di antara rok yang tersingkap. Darahku

berdesir, kupindahkan tanganku dan terus menari naik turun antara

lutut dan pangkal paha putih mulus, masih tertutup celana yang

membasah, Aku merasakan birahi Fanny semakin memuncak. Aku terus

mempermainkan buah dada gadis itu.

"Kak.. ahh, terus Kak.. ahh.. uhh", terdengar gadis itu merintih

panjang. Aku dengan pelan dan pasti mulai membuka kancing, lalu

menurunkan retsleting rok abu-abu itu, seakan Fanny tidak peduli

dengan tindakanku itu. Rangsangan yang membuat birahinya memuncak

membuatnya bertekuk lutut, menyerah.

"Jangan Kak.. aahh", tapi aku tidak peduli, bahkan kemudian Fanny

malah membantu menurunkan roknya sendiri dengan mengangkat

pantatnya. Aku tertegun sejenak melihat tubuh putih mulus dan indah

itu. Kemudian badan gadis itu kubalikkan sehingga posisinya

tengkurap, bibirku merayap ke leher belakang dan punggung.

"Uuuhh", ketika membalikkan badan, Fanny melihat sesuatu yang

menonjol di balik celana dalamku. Dia kaget, malu, tapi ingin tahu.

"Aaahh". Fanny mulai merapatkan kakinya, ada perasaan risih sesaat,

kemudian hilang kalah oleh nafsu birahi yang telah menyelimuti

perasaannya. "Ahh..", dia diam saja saat aku kembali mencium

bibirnya, membimbing tangannya ke bawah di antara pangkal paha, dia

kini memegang dan merasakan serdadu yang keras bulat dan panjang di

balik celanaku, sejenak Fanny sejenak mengelus-elus benda yang

membuat hatinya penasaran, tapi kemudian dia kaget dan menarik

tangannya.

"Aaahh", Fanny tak kuberikan kesempatan untuk berfikir lain, ketika

mulutku kembali memainkan puting susu mungil yang berdiri tegak

dengan indahnya di atas tonjolan dada. Vaginanya terasa makin

membanjir, hal ini membuat birahinya makin memuncak. "Ahh.. ahh..

teruuus.. ahh.. uhh", sambil terus memainkan buah dadanya, tanganku

menari naik turun antara lutut dan pangkal pahanya yang putih mulus

yang masih tertutup celana. Tanpa disadarinya, karena nikmat,

tanganku mulai menyusup di bawah celana dalamnya dan mengusap-usap

lembut bawah pusar yang mulai ditumbuhi rambut, pangkal paha, danpantatnya yang kenyal terbentuk dengan indahnya bergantian.

"Teruuuss.. aaahh.. uuuhh", karena geli dan nikmat Fanny mulai

membuka kakinya, jari-jari Rene yang nakal mulai menyusup dan

mengelus vaginanya dari bagian luar celana, birahinya memuncak

sampai kepala.

"Ahh.. terus.. ahh.. ohh", gadis itu kaget sejenak, kemudian kembali

merintih rintih. Melihat Fanny menggelinjang kenikmatan, tanganku

mencoba mulai menyusup di balik celana melalui pangkal paha dan

mengelus-elus dengan lembut vaginanya yang basah lembut dan hangat.

Fanny makin menggelinjang dan birahinya makin membara. "Ahh..

teruusss ooh", Fanny merintih rintih kenikmatan.

Aku tahu gadis itu hampir mencapai puncak birahi, dengan mudah

tanganku mulai beraksi menurunkan celana dalam gadis itu perlahan.

Benar saja, Fanny membiarkannya, sudah tidak peduli lagi bahkan

mengangkat pantat dan kakinya, sehingga celana itu terlepas tanpa

halangan.

Tubuh gadis itu kini tergolek bugil di depan mataku, tampak semakin

indah dan merangsang. Pangkal pahanya yang sangat bagus itu dihiasi

bulu-bulu lembut yang mulai tumbuh halus. Vaginanya tampak kemerahan

dan basah dengan puting vagina mungil di tengahnya. Aku terus

memainkan puting susu yang sekarang berdiri tegak sambil terus

mengelus bibir vagina makin membanjir. "Kak.. ahh, terus Kak.. ahh..

uhh".

Vagina yang basah terasa geli dan gatal, nikmat sampai ujung kepala.

"Kak.. aahh", Fanny tak tahan lagi dan tangannya menyusup di bawah

celana dalamku dan memegang serdadu yang keras bulat dan panjang

itu. Fanny tidak merasa malu lagi, bahkan mulai mengimbangi

gerakanku.

Aku tersenyum penuh kemenangan melihat tindakan gadis itu, secara

tidak langsung gadis itu meminta untuk bertindak lebih jauh lagi.

Aku melepas celana dalamku, melihat serdaduku yang besar dan keras

berdiri tegak dengan gagahnya, mata gadis itu terbelalak kagum.

Sekarang kami tidak memakai penutup sama sekali. Fanny kagum sampai

mulutnya menganga melihat serdadu yang besar dan keras berdiri tegak

dengan gagahnya, baru pertama kali dia melihat benda itu. Vaginanya

pasti sudah sangat geli dan gatal, dia tidak peduli lagi kalau masihperawan, kemudian telentang dan pelan-pelan membuka leber-lebar

pahanya.

Sejenak aku tertegun melihat vagina yang bersih kemerahan dan dihisi

bulu-bulu yang baru tumbuh, lubang vaginanya tampak masih tertutup

selaput perawan dengan lubang kecil di tengahnya.

Fanny hanya tertegun saat aku berada di atasnya dengan serdadu yang

tegak berdiri. Sambil bertumpu pada lutut dan siku, bibirku melumat,

mencium, dan kadang menggigit kecil menjelajahi seluruh tubuhnya.

Kuluman di puting susu yang disertai dengan gesekan-gesekan ujung

burung ke bibir vaginanya kulakukan dengan hati-hati, makin membasah

dan nikmat tersendiri. "Kak.. ahh, terus ssts.. ahh.. uhh",

birahinya memuncak bisa-bisa sampai kepalanya terasa kesemutan,

dipegangnya serdaduku. "Ahh" terasa hangat dan kencang.

"Kak.. ahh!", dia tak dapat lagi menahan gejolak biraninya,

membimbing serdaduku ke lubang vaginanya, dia mulai menginginkan

serdaduku menyerang ke lubang dan merojok vaginanya yang terasa

sangat geli dan gatal. "Uuuhh.. aaahh", tapi aku malah memainkan

topi baja serdaduku sampai menyenggol-nyenggol selaput daranya.

"Ooohh Kak masukkan ahh", gadis itu sampai merintih rintih dan

meminta-minta dengan penuh kenikmatan.

Dengan hati-hati dan pelan-pelan aku terus mempermainkan gadis itu

dengan serdaduku yang keras, hangat tapi lembut itu menyusuri bibir

vagina.

"Ooohh Kak masukkan aaahh", di sela rintihan nikmat gadis itu,

setelah kulihat puting susunya mengeras dan gerakannya mulai agak

lemas, serdadu mulai menyerang masuk dan menembus selaput daranya,

Sreetts "Aduuhh.. aahh", tangannya mencengkeram bahuku. Dengan

begitu, Fanny hanya merasa lubang vaginanya seperti digigit nyamuk,

tidak begitu sakit, saat selaput dara itu robek, ditembus serdaduku

yang besar dan keras. Burungku yang terpercik darah perawan

bercampur lendir vaginanya terus masuk perlahan sampai setengahnya,

ditarik lagi pelan-pelan dan hati-hati. "Ahh", dia merintih

kenikmatan.

Aku tidak mau t

erburu-buru, aku tidak ingin lubang vagina yang masih

agak seret itu menjadi sakit karena belum terbiasa dan belum

elastis. Burung itu masuk lagi setengahnya dan.. Sreeets "Ohh..",kali ini tidak ada rasa sakit, Fanny hanya merasakan geli saat

dirasakan burung itu keluar masuk merojok vaginanya. Fanny

menggelinjang dan mengimbangi gerakan dan mendekap pinggangnya.

"Kak.. ahh, terus Kak.. ohh.. uhh", serdaduku terus menghunjam

semakin dalam. Ditarik lagi, "Aaahh", masuk lagi. "Ahh, terus...

ahh.. uhh", lubang vagina itu makin lama makin mengembang, hingga

burung itu bisa masuk sampai mencapai pangkalnya beberapa kali.

Fanny merasakan nikmat birahinya memuncak di kepala, perasaannya

melayang di awan-awan, badannya mulai bergeter getar dan mengejang,

dan tak tertahankan lagi. "Aaahh, ooohh, aaahh" vaginanya

berdenyut-denyut melepas nikmat. Dia telah mencapai puncak orgasme,

kemudian terlihat lega yang menyelimuti dirinya.

Melihat Fanny sudah mencapai orgasme, aku kini melepas seluruh rasa

birahi yang tertahan sejak tadi dan makin cepat merojok keluar masuk

lubang vagina Fanny, "Kak.. ahh.. ssst.. ahh.. uhh", Fanny merintih

dan merasakan nikmat birahinya memuncak kembali. Badannya kembali

bergetar dan mengejang, begitu juga denganku.

"Ahh.. oohh.. ohh.. aaaahh!", kami merintih rintih panjang menuju

puncak kenikmatan. Dan mereka mencapai orgasme hampir bersamaan,

terasa serdadu menyemburkan air mani hangat ke dalam vagina gadis

itu yang masih berdenyut nikmat.

Aku mengeluarkan serdadu yang terpercik darah perawan itu

pelan-pelan, berbaring di sebelah Fanny dan memeluknya supaya Fanny

merasa aman, dia tampak merasa sangat puas dengan pelajaran tahap

awal yang kuberikan.

"Bagaimana kalau Fanny hamil Kak", katanya sambil sudut matanya

mengeluarkan air mata.

Sesaat kemudian aku dengan sabar menjelaskan bahwa Fanny tidak

mungkin hamil, karena tidak dalam masa siklus subur, berkat

pengalamanku menganalisa kekentalan lendir yang keluar dari vagina

dan siklus menstruasinya.

Fanny semakin merasa lega, aman, merasa disayang. Kejadian tadi bisa

berlangsung karena merupakan keinginan dan kerelaannya juga. Diapun

bisa tersenyum puas dan menitikkan air mata bahagia, kemudian

tertidur pulas dipelukanku yang telah menjadikannya seorang

perempuan.

Bangun tidur, Fanny membersihkan badan di kamar mandi. Selesai mandi

dia kembali ke kamar, dilepasnya handuk yang melilit tubuhnya,begitu indah dan menggairahkan sampai-sampai aku tak berkedip memandangnya. Diambilnya pakaian yang berserakan dan dikenakannya kembali satu persatu. Kemudian dia pamit pulang dan mencium pipiku yang masih berbaring di tempat tidur.

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home