Sunday, July 31, 2022

KISAH SARI YANG MENYENANGKAN

 KISAH LEMBUR SARI YANG MENYENANGKAN

Nama panggilanku Sari. Aku berusia 25 tahun dan bekerja di sebuah perusahaan swasta di Surabaya pada posisi yang cukup menyenangkan baik secara status maupun secara ekonomi. Aku seorang blasteran Jawa-Jepang, namun secara fisik, banyak orang mengira aku keturunan Chinese karena warna kulitku putih dan mataku tidak lebar.

Rambutku pendek seleher. Aku tergolong wanita yang kurus dengan tinggi badan 172 cm dan berat 51 kg. Namun aku merasa memiliki bentuk tubuh yang bagus, dengan kaki yang panjang, dan payudara yang tidak besar namun padat dan kencang.

Sejak remaja, kehidupan seksualku tergolong cukup ‘bebas’ untuk orang Indonesia. Selama aku cocok dan dia cocok, aku easy going sajalah. Mungkin sikap ini juga yang membuatku belum mendapatkan pasangan ‘resmi’ hingga sekarang, tapi.., peduli amat? aku toh enjoy aja dengan ini semua.

Waktu itu akhir bulan Juni 2015. Karena akhir bulan, seperti biasa aku sibuk membaca dan mengevaluasi laporan hasil kerja anak buahku, dan menuliskan laporan untuk atasanku. Karena waktu sudah sangat sempit, aku memutuskan untuk bekerja overtime sampai selesai. Gedung perkantoran tempatku bekerja tergolong pelit, mereka mematikan lampu dan listrik utama setelah lewat pukul enam sore.

Karena itu aku menyewa sebuah ruang khusus yang memang disediakan gedung itu untuk orang-orang yang ingin lembur. Ruangan itu kecil sekali, sekitar 3×3 meter, tidak berjendela, sehingga terkesan seperti dikurung dalam sebuah kotak korek api, dan AC-nya tidak begitu dingin. Namun karena tuntutan karier, ya sudahlah, aku langsung menginput data ke dalam notebook untuk diemailkan pada kantor pusat. Tak terasa, aku sudah bekerja hingga pukul delapan malam.

Karena AC yang kurang bagus, aku merasa kegerahan dan haus. Aku ingat, di luar bilik kecil ini, di dekat lift, ada sebuah dispenser air minum, aku segera berdiri dan keluar dari ruang itu untuk mengambil air minum. Ketika aku membuka pintu, aku melihat seorang pria sedang mengambil air di dispenser itu. Nah, aku lega bahwa ternyata dispenser itu bekerja. Aku segera menghampiri dispenser itu, mengambil gelas, dan menuangkan air ke gelasku.

Pria yang sedang minum tadi tersenyum menyapaku, aku tersenyum balik, sekedar ramah tamah basa-basi. Pria itu berbadan besar, tingginya sekitar 180-an lebih tinggi dariku yang tergolong jangkung. Ia tidak terlalu kurus atau gemuk, meskipun tidak juga berbentuk seperti binaragawan. Tubuhnya terbungkus rapi oleh kemeja Kenzo warna hijau muda dan di lehernya terikat dasi bercorak ramai khas Gianni Versace. Wajahnya pun biasa saja, tampang orang pengejar karir di usia pertengahan dua puluhan.

“Sedang lembur juga, Mbak?”, Tanyanya mencoba mencairkan suasana sepi. “Iya, biasa, Mas, akhir bulan. Pas hari Jumat lagi.”“Oh, pasti lagi nyelesaikan progress report yah?

“Iya, untung udah selesai barusan.”

“Wah, baguslah. Eh, omong-omong, Mbak kantornya di lantai berapa?”.

“Di lantai sebelas, di PT (perusahanku). Kalau Mas?”.

“Saya di lantai delapan, di PT (perusahaannya).””Oh, wajarlah kalau kita nggak pernah ketemu”.

“Haha, iya, rupanya ada gunanya juga lembur. Kita bisa saling kenal.” Pria itu berkesan begitu

sopan dan ramah, matanya sedari tadi memandang hanya ke mataku, tidak ke arah kemejaku

yang dua kancing atasnya terbuka, sehingga nampak putihnya kulit dadaku mengintip keluar.

“Oh iya, kita belum kenalan, Namaku Ditto.” Katanya sambil mengulurkan tangannya mengajak

berjabatan tangan.

“Aku Sari.” Jawabku sambil tersenyum semanis yang aku bisa.

“Sari pulang nanti naik apa?”.

“Oh, aku bawa mobil sendiri. Kalau kamu?”.

“Aku naik mobil juga.., Eh, Sari keberatan nggak kalau kita makan malam bareng setelah ini?”.

Wah, orang ini ‘direct’ juga yah? pikirku kegirangan.

“Boleh aja, apa Ditto nggak ada yang nungguin di rumah?”.

“Ah, belum kok.” Jawabnya sambil mengerdipkan mata kiri dan tersenyum manis.

“OK, aku akan beres-beres dulu yah!”, Kataku sambil melangkah balik ke bilikku.

Aku segera mengemasi notebook dan kertas-kertas kerjaku secara terburu-buru. Ada yang

aneh di pikiranku. Aku merasakan ada gairah yang mendorongku untuk berhubungan lebih

intim dengan Ditto. Padahal orangnya biasa saja, kulitnya rada gelap, rambutnya cepak,

wajahnya biasa saja meski ukuran tubuhnya memang cukup besar untuk ukuran orang sini.

Tapi cara dia bicara, cara dia tersenyum, cara dia memandang mataku, benar-benar hangat,

namun tidak nakal atau kurang ajar. Nyatanya, ia tidak berusaha mencuri pandang ke arah

yang tidak-tidak seperti pria lainnya yang pernah ketemu aku. Hmm.. Kira-kira apakah dia ada

keinginan untuk bercumbu denganku atau tidak yaa?

Selagi aku asyik mengkhayalkannya, terdengar ketukan di pintu.

“Masuk!” Kataku sambil berharap bahwa itu adalah Ditto.

Ternyata benar, Ditto berdiri di pintu itu sambil menenteng tas notebook di tangan kanannya.

Dasinya telah dilepas, dan kancing bajunya terbuka yang di atasnya, sehingga nampak rambut-

rambut halus di situ.

“Gimana, udah selesai?”, Tanyanya.

“Iya, udah, tapi sewa overtime nya sampai jam sepuluh nih, jadi masih rugi kalau aku tinggalkan

sekarang!” Aku mencoba mengajak bercanda.

“Haha, pelit juga kamu, Sar! Boleh aku masuk?”.

“Silakan aja, asalkan kamu nggak keburu pulang”.

“Ah, nggak kok, ini kan Jumat, biasanya juga pulang telat”.“Biasanya kemana aja kalau Jumat malam?”.

“Paling-paling pergi sama teman-teman main badminton atau basket”.

“Oh, seru dong? Apa sekarang nggak ditungguin teman-temannya?”.

“Ah, mendingan juga di sini nemenin Reni. Sekali-kali boleh kan ganti suasana?”Kami kembali

tertawa-tawa.

Ia duduk di meja kerja, sementara aku duduk di kursi kerjaku yang tadi.

“Wah, panas sekali di sini.., AC-nya kurang bagus yah?” Katanya sambil menggulung lengan

bajunya ke atas, dan membuka satu lagi kancing baju di dadanya. Aku menahan diri untuk tidak

melihat ke arah rambut-rambut di dadanya.

“Sar, kamu nggak panas pakai blazer di ruang kaya gini?” Tanyanya dengan nada yang

terkesan wajar, meski mungkin saja tujuannya nakal.

“Well, sebenarnya iya sih.., boleh nggak aku copot blazernya?”

“Hahaha, kok pakai minta izin segala sih? Memangnya aku Papa mertua kamu?”.

Humornya membuatku tertawa geli, tapi juga sekaligus membuatku ingin berbuat lebih jauh

dengannya. Maka aku berdiri dari kursi, dan melepaskan blazerku dengan gaya yang aku buat-

buat agar nampak seksi. Aku menunggu apa reaksi dia kalau dia melihat bahwa ternyata

kemeja yang aku kenakan ini tidak berlengan, sehingga kehalusan bahuku bebas dilihatnya.

“Wah, ternyata nggak ada lengannya toh?, Bisa-bisa nanti orang hanya menempelkan selembar

kain saja di bawah blazer”. Candanya mengomentari.

“Sialan, aku kira kamu akan bilang aku seksi, Dit!”, Jawabku menggoda.

“Hah? wah, kalau itu sih.., apa kamu masih kurang yakin? sampai-sampai aku perlu

meyakinkan diri kamu lagi?”

“Hihihi, ada-ada saja. Tapi thanks lho!”, Kataku sambil mengerdipkan mata.

Lalu dengan gaya yang kocak ia menceritakan bahwa seorang pialang saham ulung akan lebih

merasa tersanjung bila dipuji atas kepandaiannya memasak daripada atas kepiawaiannya

menganalisis saham. Wow, aku jadi merasa tersanjung juga karena itu berarti dia mengakui

keindahanku.

Tiba-tiba dia berkata lagi, “Kamu nggak minta dipijitin sekalian, Sar? Kan kalau di film-film semi,

adegan cewe buka blazer dilanjut dengan adegan pijit itu trus berlanjut dengan adegan yang

biasanya disensor?”.

Ya ampun.., caranya begitu jantan sekali dan sama sekali nggak kurang ajar.., Aku jadi luluh

juga dibuatnya, dan aku jadi rela untuk menyerahkan tubuhku padanya.., meski sebenarnya

akulah yang menginginkannya.

Aku segera menjawab, “Terserah deh, tapi nggak usah disensor juga nggak apa-apa kok”.

“OK deh, itu berarti adegan yang disensor itu bisa aja dilakukan nanti?”Katanya, sambil berdiri

di belakang kursiku dan mulai memijit bahuku.Kami terdiam sejenak, ia memijit bahuku lewat kemejaku. Rasanya mantap juga, tapi tali bra

yang kukenakan terasa menyakitkan sedikit. Dan dia bukannya tak tahu itu, ia menyingkapkan

kemeja tanpa lenganku ke bawah, sehingga kini pundakku terpampang di hadapannya.

“Huh, tali ini menggangguku memamerkan keahlianku memijit!” Katanya sambil menyingkirkan

tali bra ku ke samping, aku jadi merasa begitu seksi, ditelanjangi perlahan-lahan seperti ini

membuat pikiranku jadi aneh-aneh.

“mm.., nikmat sekali Ditt..”, Kataku sambil menikmati pijitannya yang memang nikmat dan

membuatku menggeliat-geliat sedikit.

Tangannya dengan mantap memijiti pundak dan leherku, membuatku merasa begitu rileks, dan

terus terang saja.., terangsang. Tiap kali jemarinya yang hangat itu menyentuhku, rasanya

begitu nikmat hingga aku mengerang keenakan.

“mm.., mm.., aduuh, enaknyaa.., boleh juga tangan kamu, Dit!”

“Eh, rintihannya jangan dibuat-buat gitu dong! Nanti aku jadi ingin mijit bagian yang lain!”. Ia

membuatku jadi makin terangsang dengan pilihan katanya yang selalu di luar perkiraanku.

“Berarti kalau aku merintih-rintih yang dibuat-buat, kamu pijit bagian yang lain yah?”

“OK! Setuju!” Candanya dengan nada seperti orang sedang rapat kampung. “Aahh.. mmhh..,

Ohh..” Rintihku aku buat-buat sambil bercanda.

Tiba-tiba tangannya langsung turun meremas kedua payudaraku yang masih terbungkus bra

itu. Tangannya diam di situ, dan dia bilang, “Tuh kan? apa aku bilang? kalau kamu buat-buat

gitu, tanganku jadi memijit bagian yang lain!” Katanya sambil bercanda.., padahal aku sudah

mabuk kepayang dan ingin tangannya segera meremas kedua payudaraku.

“Udahlah Dit.., sekarang kita mulai aja deh”, Kataku dengan nada serius.

“Baiklah, Saya juga ingin melakukannya sejak tadi, kalau kamu yang minta oke lah!”, Katanya.

Ia pun langsung menurunkan bra-ku ke bawah, hingga kedua susuku kini terbuka lebar. Ia

memutar kursiku hingga kami kini berhadapan. Ia berlutut di depanku, matanya menatap

mataku yang telah sayu terlanda birahi. Aku menggerakkan tanganku untuk melepas kacamata

minusku, namun ia menghalanginya.

“Nggak apa-apa, Sar.., Aku senang melihat kamu dengan kaca mata itu.., seksi sekali!” Katanya

sambil mengedipkan mata kiri.

Tanpa banyak kata, ia lalu memajukan kepalanya dan mengulum bibirku, aku terpejam ketika

merasakan lidahnya menerobos mulutku. Aku agak terkejut ketika ia melepaskan bibirnya dari

bibirku. Belum sempat aku membuka mata, aku sudah merasakan jilatan lidahnya membasahi

leherku yang jenjang, merambat menyusuri bahuku.., hangat sekali rasanya.“Nngg..”, Aku mulai merintih pelan sambil menengadahkan kepalaku. Sementara lidahnya

melingkar-lingkar mengolesi leherku, turun ke belahan dadaku.., menari-nari di situ.., uhh.., aku

semakin tak karuan rasanya.

“Augh, cium yang aku mesra..!” Aku meracau tak karuan.

“Wah.., ketahuan nih, udah pengen yaa?”, Godanya nakal. Aku sudah kesetanan, segera

kudekap kepalanya dan kutarik mendekati dadaku, dan kubusungkan kedua dadaku agar ia

segera mengulum puting susuku. Dia malah berkata lagi, “Iya, iya aku tahu maksudnya kok..,

sslurp”.

“Uhgkk”, Mulutnya menangkap puting susuku yang kanan, lidahnya menjilat-jilat lembut,

aduuh.., rasanya gelii dan nikmaat sekali.., aku menggelinjang-gelinjang menahan geli yang

luar biasa, lidahnya seperti melingkar-lingkari puting susuku dengan cepat namun lembut.

Begitu gelinya hingga punggungku terlepas dari sandaran kursi dan melengkung seperti busur

panah.

Kini lidahnya berpindah ke puting susuku yang kiri, mengait-ngaitnya.., Aduuhh aku semakin

lupa daratan, Aku nggak tahu kenapa, tapi jilatan Ditto rasanya begitu berbeda, benar-benar

membuatku seperti melayang-layang kegelian, rasanya seluruh badanku kehilangan energi..,

lemas sekali, tapi terasa nikmaat sekali. Puting susuku yang kanan kini dipilin-pilinnya.

Uhhff.., Kedua puting susuku yang sensitif ini menjadi bulan-bulanan mulut rakus Ditto, aku

merintih dan mengerang sebisaku, keringatku mulai menetes, rasanya sulit sekali untuk

bernafas teratur, tiap kali menarik nafas selalu terhenti oleh rasa geli yang menyengat puting

susuku.

Tiba-tiba ia berhenti. “Sar, naik ke meja dong?”, Katanya sambil mendirikan tubuhku. Karena

sudah terangsang tak karuan, aku menurut saja ketika ia menelentangkan tubuhku di meja

kantor, kemejaku telah terbuka kancingnya, namun ia tidak melepasnya, hanya menyingkirkan

ke kiri kanan. Aku sempat tertegun melihat kemeja Ditto masih tampak rapi, hanya celananya

saja yang terlihat menonjol karena desakan kejantanannya.

Aku tertegun juga ketika melihat kedua pentil susuku terlihat kemerahan, berdenyut denyut dan

mencuat tinggi sekali. Aku segera kembali terpejam ketika mulut rakusnya kembali menyerang

kedua susuku. Puting-putingku dijilat, dihisap, digigit, dan aku tak tahu diapakan lagi.., rasanya

luar biasa geli dan nikmat. Aku hanya bisa telentang di meja itu sambil terengah-engah dan

menggelinjang menahan serbuan birahi.

“Ahhkk.., sshh.., mmh..”, Aku mendesah dan meracau tak karuan. Sementara tangan kananku

mulai gatal dan menyusup kebalik rok mini dan celana dalamku, menggosok-gosok bibir

kelaminku yang rupanya telah lembab dan basah sekali dari tadi.

Kini Ditto memilin-milin kedua puting susuku dengan jari-jarinya, dan lidahnya menyusuri

perutku yang langsing, menjilati pusarku. Lidahnya mendarat di tempat-tempat tak terduga yang

memberiku sensasi yang luar biasa selain pilinan jarinya pada puting susuku. Paha bagian

dalamku tak luput dari jilatan-jilatannya yang mesra dan buas.Disingkapkannya rok miniku ke atas, lalu jemarinya kembali ke puting susuku seolah tak

membiarkan mereka istirahat. Digigitnya karet celana dalamku, secara refleks aku merapatkan

kaki dan mengangkat punggungku agar ia mudah melepaskannya. Aku tak tahu diapakan, tapi

celana dalamku segera lepas. Secara sukarela aku mengangkangkan kedua tungkaiku lebar-

lebar agar ia bisa memandangi kewanitaanku yang telah membanjir karena ulahnya.

Ditto melepaskan kedua putingku, lalu menekan pahaku keluar, agar ia lebih bebas lagi

memandangi kewanitaanku. Aku hanya terengah-engah memandangi langit-langit dalam

keadaan terangsang sekali. Akhirnya aku mampu menarik nafas panjang, karena kedua

putingku tak lagi menerima sengatan birahi darinya. Tapi tiba-tiba kurasakan hawa dingin di

kewanitaanku, ia meniup-niupnya, memberiku rasa geli yang aneh.., membuatku semakin tak

tahan lagi, ingin ia segera menancapkan kejantanannya ke tubuhku.

“Ohh.., cepatlahh Dittoo.., ayo.., kamu hebat.. deh!”.

“Sar.., badan kamu indah sekali.., luar biasa.., cantik sekali”.

“Please, lakukan sesuatu..” Aku merintih memintanya segera menyelesaikannya.”Ahhgg..”, Aku

menjerit dan menggelinjang hebat ketika lidahnya tiba-tiba menyayat clitorisku dengan cepat

dan tajam. Lalu kewanitaanku seperti diselimuti oleh sesuatu yang basah, panas, dan lunak,

terhisap-hisap, dan clitorisku tersayat-sayat oleh sesuatu.

Karuan saja aku makin tak tahan, menggeliat-geliat tak karuan, punggungku terangkat-angkat

dari meja itu, mataku tak mampu kubuka, nafasku kian terasa berat, rasanya gelii sekali..,

nikmat tak terkira, “Oohh.., Dittoo.., uuhh.., enaak sekalii.., sshh.., kamu apain akuu.., aduuhh”.

Rintihanku kian tak terkendali, aku segera memlintir-mlintir kedua puting susuku untuk

menambah kenikmatan, meremas kedua susuku yang kenyal, sementara Ditto tak henti

mengirimkan kehangatan birahi lewat bibir kewanitaanku. Jilatan dan hisapan mulut Ditto kian

buas menerpa kewanitaanku. Apalagi ketika jarinya ditusukkannya ke dalam liang

kewanitaanku, dan menari-nari di dalamnya.., Aduuh.., benar-benar tak terperi nikmatnya.

Tusukan jari Ditto menyentuh tempat yang tepat.., berkali-kali.., Aduhh.., terasa seluruh

energiku seperti terhisap ke tempat itu.., terkumpul di situ.., lalu meledak.

“Aahhgg Dittoo.., uhh..”, Aku segera mencapai klimaks. Orgasme yang luar biasa sekali..,

merenggut sebagian kesadaranku.., hingga kini aku terkulai lemas. Aku mencoba mengatur

nafas.., tapi sia-sia.., kenikmatan ini benar-benar membuatku terbang melayang. Aku terpejam,

merasakan nikmatnya diriku terombang-ambing ke alam tak sadar.., menggumam.

“mmhh.., Ditto.., nikmat sekali.., hh”.

“Sari, mau istirahat dulu?”.

“Ngghh.., nggak.., langsung aja, goyang yang cepat! sekarang!”, Aku tak mampu mengontrol

pilihan kataku lagi, birahiku telah menguasai diriku.“Well, baik kalau begitu..”, Itu kata terakhir yang kudengar dari Ditto, lalu sambil hanya dapat

memandangi langit-langit aku merasa pahaku dikangkangkan, tiba-tiba.., sspp.., Kejantanannya

mengisi tiap rongga di liang kewanitaanku ini.

“Aduuhh.., Ohh.., terusin sayangghh.., deeper..”, Aku merintih tak karuan ketika ia mulai

menggerakkan tubuhnya. Ia berdiri sementara aku telentang di meja, jelas ia sangat leluasa

menggerakkan tubuhnya, kejantanannya terasa menyodok dan menggerus-gerus seluruh

bagian dalam kewanitaanku dengan buas dan garangnya.

Aku tak mampu bergerak membalas karena masih lemas oleh orgasme yang pertama tadi..,

namun persetubuhan ini rasanya lebih hebat lagi.., rasa-rasanya seluruh tubuhnya memasuki

liang kewanitaanku, aku hanya memejamkan mata, menggeliat, merintih. “Uhh..”. Sodokan-

sodokan kejantanannya terasa kian dalam menerobos dasar kewanitaanku telapak-telapak

tangannya yang kasar tak henti meremas dan memegang kedua susuku.

Beberapa menit kemudian, Ditto tiba-tiba menarik kejantanannya dari kewanitaanku, lalu

dengan begitu cepat membalikkan tubuhku hingga kini badanku tengkurap di meja, namum

kakiku menjuntai ke lantai, puting susuku terasa geli merasakan dinginnya meja kantor itu, aku

hanya terengah.

Ditto menikamkan kejantanannya lagi ke lubang kewanitaanku dari belakang.., “Uffhh..”,

sensasi yang berbeda lagi.., ia mengocok tubuhku keras sekali hingga meja itu bergoyang-

goyang, saat itu juga, aku merasakan klimaks menyambar tubuhku.., kewanitaanku serasa

mengejang, menggigit kejantanan Ditto, kedua tanganku mencengkeram ujung meja kuat-kuat,

tubuhku menegang, dan aku merasakan adanya gelombang kenikmatan yang menyapu jiwaku,

merenggut tenagaku, aku menjerit tertahan “Ahkk!”. Lalu aku merasakan nikmat yang luar biasa

dan tubuhku serasa lemas sekali.

“Aduuh.., Ditt.., Enakk sekali.., hh”.

“Tahan sebentar, ya Sari.., bisa kan?”, Jawabnya sambil mempercepat gerakannya.

“Ahhkk.., sakit.., pelan-pelan dongg..”, Kewanitaanku terasa ngilu.

“Sebentar saja yang.., sebentaar lagii”.

“Ohh.., Uhhg.., Ngg..”, Aku mengerang-erang menahan ngilu, namun rasa sakit itu tak bertahan

lama ketika tiba-tiba kehangatan kembali mengalir lewat kewanitaanku. Aku serasa melambung

lagi oleh orgasme yang ketiga, ketika sperma Ditto menyembur menghangatkan sudut-sudut

liang kewanitaanku. Kali ini, kenikmatan itu mengantarkanku ke alam tak sadar untuk beberapa

saat.

Cukup lama aku tertelungkup di meja itu, terengah-engah, dibanjiri keringat, lemas sekali

seperti setengah pingsan. Yang dapat kurasakan hanya rasa nikmat dan kepuasan tiada tara,

aku sempat melihat Ditto melemparkan tubuhnya ke kursi kerja, lalu memejamkan matanya.

Beberapa saat kemudian, aku tersadar. Dengan sisa tenagaku aku mencoba berdiri dan

merapikan kemejaku yang telah kusut tak karuan karena habis bersetubuh tanpa melepaskanpakaian. Tak kukenakan kembali celana dalamku karena telah sedikit basah oleh cairan kenikmatanku ketika foreplay tadi.

Kukenakan kembali blazerku, kulihat Ditto sedang berdiri bersandar di pintu tanpa ada kusut sedikitpun di kemejanya, namun wajahnya tampak berseri-seri.

“Sari, udah jam sepuluh seperempat!”. “Iya, sudah waktunya pulang nih”. “Nah, dengan begini kamu nggak rugi kan?”. “Apanya yang nggak rugi?”. “Kan bayar sewa ruang overtimenya sampai jam sepuluh!?”.

Kami tertawa-tawa lagi. Lalu berjalan menuju tempat parkir mobil kami di lantai lima. Di lift, sebenarnya ingin juga sekedar berpelukan atau berciuman, tapi sayang sekali satpam gedung ikut berada di lift, senyam senyum memandangi wajah-wajah kami yang kusut meski berseriseri. Semenjak itu, aku masih beberapa kali lagi melakukannya dengan Ditto, sampai ia dipindah tugaskan menjadi kepala pemasaran di daerah lain. Dan aku?

Well.., Ia memang luar biasa, tapi availability ialah segalanya, bukan? Aku kembali mengejar karier, sambil bertualang dari satu pelukan ke pelukan lain para pria (dan kadang-kadang wanita) yang aku taklukkan dengan tubuhku.

Friday, July 29, 2022

PERMAINAN SERU

 PERMAINAN SERU

Selama di SMA, saya mempunyai kelompok teman yang selalu bermain bersama, 4 anak laki-laki dan 7 anak perempuan. Sebagian besar teman-teman saya melanjutkan ke perguruan tinggi di luar negeri karena memang sekolah saya termasuk sekolah elite di kota J yang menghasilkan siswa-siswi dengan hasil lulusan yang cukup . baik. Karena saya berasal dari keluarga ekonomi menengah, pilihan sekolah ke LN menjadi tidak mungkin. Dari kelompok kami hanya tersisa 3 teman perempuan dan saya. Kami bingung mau melanjutkan ke mana, tetapi akhirnya kami memutuskan untuk ke kota B yang mempunyai beberapa universitas swasta dan negeri yang cukup terkenal.

Saya, Rika, Nova, dan Jenni memutuskan untuk mendaftar bersama ke kota B. Di sinilah petualangan kami dimulai. Kami berkumpul bersama di rumah Jenni dan orang tuanya meminjamkan mobil mereka untuk kami pakai. Kami memang sering pergi berkelompok dengan meminjam mobil orang tua dan kadang sampai menginap beberapa hari di luar kota.

Jadi pada saat kami pergi, orang tua teman-temanku tanpa curiga mengijinkan putri-putri mereka berangkat ke kota B dan menginap tiga malam di sana. Sekalian liburan kata kami. Perjalanan ke kota B berjalan lancar dan kami menghadapi ujian masuk dengan kepercayaan tinggi. Maklum, kami semua termasuk berotak encer. Sore hari kami setelah selesai ujian masuk, kami segera mencari penginapan yang terkenal dengan daerah sejuknya di sekitar kota B. Kami menyelesaikan administrasi dan segera masuk ke kamar.

“Wah! Ternyata kamarnya besar juga yah! Ada ruang tamunya lagi,” kataku. “Idam, kamu tidur di sofa aja yah! Kita berdua ambil ranjangnya!” sahut Nova. “Yah… Curang… kan baru kali ini saya menginap bareng perempuan dalam satu kamar! Siapa tahu….” komplainku. “Maunya..” kata Jenni sambil mendorong diriku ke arah sofa.

Kami semua menjatuhkan pantat di sofa sambil melepas lelah. Setelah berbincang selama setengah jam mengenai soal-soal Ujian masuk tadi siang, kami pun bergantian mandi menyegarkan badan. Kami pun memesan makan malam dari room service karena kami terlalu lelah untuk keluar mencari makan. Rika akan menyusul besok pagi dan ketemuan di kota B.

Dia sudah menghadapi ujian masuk seminggu lalu. Pilihan universitasnya berbeda. Oh iya, saya belum menjelaskan penampilan teman-teman saya. Rika : Gadis ini pemalu dengan badan kecil yang sangat indah. Saya tahu ini karena Rika sangat suka memakai baju yang menunjukkan lekuk badannya. Dadanya berukuran sedang saja, 34B (saya tahu setelah melihat BH- nya dan BH yang lain nanti). Kecil-kecil imut merupakan kesan yang diberikannya.

Senyumnya manis sekali. Nova: Gadis ini juga berbadan kecil tetapi dengan dada yang terlihat jauh lebih besar daripada milik Rika. 34C ukuran BHnya. Mulutnya kecil dengan bibir tipis yang memberikan senyum menggoda. Hampir semua anak laki-laki di sekolahku mengejar dia. Manis dengan dada besar. Siapa yang tidak tertarik? Jenni: Gadis bertubuh jangkung yang senang memakai kaos longgar dan berjiwa bebas. Asyik diajak bertukar pikiran, pintar, dan sedikittomboi. Senang sekali olahraga dan sangat jago bermain volley. Paling enak jadi lawan

mainnya di lapangan. Posisiku sebagai tosser sering membuatku berada di depan net dan

berhadapan muka dengan Jenni. Posisi siap menerima bola dan kaos longgarnya sering

mengganggu konsentrasiku di lapangan.

Jenni : “Mau ngapain nih? Baru jam 6 sore kita dah selesai makan malam.” Nova : “Kita main

kartu aja yuk” Idam : “Memangnya bawa?” Nova : “Bbawa kok. Rika, ayo dikeluarin. Kita main

poker aja.

Pakai uang bohongan aja. Biar seru ada taruhannya.” Kami pun bermain selama satu jam

ketika Nova menyeletuk.

Nova : “Tidak seru nih.. bosan.. gimana kalau dibuat lebih seru?” Idam : “Maksud kamu, Nov?”

Nova : “Strip poker!!” “Gila kamu, Nov!” Nova : “Kaga berani?” Saya lagi terpatung dengan

keberanian ide Nova.

Jenni : “Siapa takut? Berani kok walau ada Idam!” Pipi saya jadi memerah dan berasa panas.

Ada rasa malu juga. Glek.. saya menelan ludah.. Ada kemungkinan dua gadis muda cantik

akan telanjang di depanku.

Nova : “Berani tidak, Dam? Diam aja. Malu yah telanjang di depan cewek-cewek?’ Wah, otakku

langsung berputar cepat. Harus memikirkan semua kemungkinan. Jangan sampai saya kalah

dan tidak melihat gadis-gadis telanjang.

Idam : “Berani dong! Tapi nanti kalian curang, kaga berani buka beneran!”

Nova : “Kalo ada yang kaga berani buka, kita semua yang paksa buka! Setuju tidak?” Kita

semua menganggukkan kepala menandakan persetujuan. Jantungku makin berdebar kencang

dan kelaminku mulai mengeras karena kemungkinan kejadian di depan mata.

Idam : “Ya dah.. Aturannya gimana nih Nov?”

Nova : “Kita semua punya modal 1000. Taruhannya setiap kelipatan 10 dan paling besar 100.

Kalau modal 1000 habis, gadaikan pakaian dengan harga 500. Setuju?” Kami semua setuju.

Idam : “Kita main sampai kapan? Sampai satu orang bugil atau sampai semua bugil?”

Nova : “Sampai semua bugil dong! Biar adil!!” Jenni: “Ok deh. Tapi kasihan Idam dong. Dia kan

paling cuma punya 3 potong baju. maksudnya cuma kaos, celana dan celana dalam. Kita

cewek-cewek kan kelebihan BH.” Nova : “Iya yah… ya udah biar adil, kita semua lepas BH

deh.”

Nova langsung dengan cekatan melepas BH merah mudanya tanpa melepaskan kaos dan

melemparkan BHnya ke mukaku. Harumnya BH langsung memenuhi hidungku. Tanpa kusadari

BH kedua pun mendarat di mukaku. Ini milik Jenni. BH dengan warna cream kulit.Hahahahaha… kamipun tertawa bersama. Nova : “Ayo mulai! Sudah adil kan, Dam? Kita

masing-masing cuma punya 3 modal.” Idam : “Sebentar.. pakaian yang sudah ditanggalkan bisa

dipakai lagi ga?”–

Nova : “Hmm… TIDAK BOLEH! Yang sudah lepas, tidak boleh dipakai lagi!” Idam : “Kalau yang

sudah bugil kalah lagi gimana? Kan modalnya habis!!” Nova : “Banyak nanya yah kamu, Dam!

Gimana Jen?” Jenni : “Boleh dipegang-pegang deh sama yang menang. Dipegang-pegang

selama 1 menit!” Wah asyik nih peraturannya… tetapi otakku sudah mulai pindah ke kelamin

nih.. “Pegang doang kaga seru ah, gimana kalo dadanya dihisap-hisap!”

Nova : “Ih kamu, Dam…. Mau dong!!” Dengan suara manisnya sambil melirik nakal ke arahku!”

Jenni dan Nova tertawa terbahak-bahak. Nova : “Tapi kalau kamu yang sudah bugil dan kalah

gimana, Dam? Saya hisap tititnya yah!!” Jenni : “Wah saya juga mau hisap titit Idam!”

Benar-benar tidak disangka! 3 tahun bersama di SMA, saya tidak menyangka teman-temanku

ini nakal juga. Permainan pun dimulai. Keahlianku bermain strip poker di komputer ternyata

sangat bermanfaat. Jenni segera kehilangan modal awal sehingga harus menggadaikan modal

berikutnya. Jenni hendak membuka celananya, tetapi dicegah oleh Nova. Nova :”Wah kaga

boleh sendiri yang nentuin buka celana. Idam, mau suruh Jenni buka apa?” Wow, thanks Nova!

Aku teringat kalau mereka sudah lepas BH, tentunya dengan melepas kaos, dada Jenni akan

terbuka.

Idam : “Tentu saja kaos dong. Kapan lagi bisa lihat payudara dari dekat!” Jenni dengan

malu-malu mulai melepas kaosnya dan dengan segera menutupi puting payudaranya dengan

satu tangan. Saya terkesima dengan pandangan indah di depan mata. Animasi strip poker di

permainan komputer tidak seindah pemandangan di depan mata. Nova : “Jen.. mana boleh

ditutupin dadanya. Buka dong!” Nova menggaet tangan penutup payudara dengan segera.

Jenni sedikit memberontak sambil memerah wajahnya. Jenni

tertarik tangannya,

memperlihatkan payudara terbuka dan menggantung indah di depan wajahku. Glek.. saya

menelan ludah.

Jenni : “Dam, tutup mulut dong.. Masa sampai menganga terbuka gitu melihat dada gue.” Jenni

dan Nova tertawa. Ini membuat Jenni jadi relaks dan pasrah dadanya terpampang jelas. Wah

kalo mereka serius kayak gini, mendingan saya kalah saja. Mengingat kalau kalah terus, tititku

akan dihisap selama 1 menit setiap kekalahan. Hahahaha.. otakku kotor juga. Maka

dilanjutkanlah permainan. Dengan segera saya menjadikan diri telanjang. Celana dalam saya

buka perlahan-lahan memperlihatkan titit yang sudah mengeras sejak tadi. Saat itu, Nova,

dengan payudara montoknya pun tinggal celana dalam saja. Kedua gadis ini memperhatikan

celana dalamku dengan seksama sambil menahan napas menunggu tititku seluruhnya terlihat.

Nova : “Wah sudah keras yah, Dam! Bagus lho bentuknya!”

Idam : “Gimana tidak keras… ngelihat dua pasang payudara yang bagus-bagus!” Rupa-rupanya

Nova sudah tidak tahan lagi. Aku langsung ditabraknya dan tititku langsung dipegangnya.

Dengan gemas Nova mulai mengocok tititku sambil sesekali dijilatnya. Tentu saja saya tidaktinggal diam. Tanganku mulai meremas-remas payudara Nova yang cukup besar. Tidak cukup

dengan remasan, akhirnya aku meraup payudara kiri dan mulai menghisapnya.

“Ahh.. Enak banget, Dam! Terus hisap..” Sambil menghisap payudara Nova, tanganku mulai

melepaskan celana dalamnya. Karena saya tidak mau melepaskan hisapan, tentu saja

melepaskan celana dalam jadi lebih sulit. Nova membantu dengan melepaskan celana

dalamnya sendiri. Tititku yang menjadi lepas dari pegangan Nova, langsung disambut Jenni

dengan kulumannya. Mimpi apa semalam. Dua gadis sudah mengulum tititku. Kami pun pindah

ke ranjang. Saya berbaring di ranjang dengan titit menjulang langit. Nova melanjutkan

memberikan payudaranya untuk saya hisap dan Jenni kembali mengulum tititku. Tangan saya

mulai bergerilya ke vagina Nova. Basah. Licin. Saya pun mulai menggesekkan jari ke

clitorisnya. Licin sekali. Nova pun mendesah dengan kenikmatan yang dialaminya di bawah.

Jenni yang melihat Nova mengalami kenikmatan, mengubah posisi pantatnya ke sebelah

mukaku. Badan jenjangnya memang membuat posisi hampir 69 tersebut sangat mudah terjadi.

Tanganku pun menggosok vagina Jenni yang juga sudah sangat basah.

Tangan kiri di vagina Jenni, tangan kanan di vagina Nova. Kukocok keduanya dengan

kelembutan yang lama-lama bertambah cepat. Jenni dan Nova blingsatan dibuatnya. Jenni

berguncang hebat sampai melepaskan hisapan di tititku dan mengeluarkan lenguhan panjang

yang sangat seksi. Nova menyusul dengan teriakan yang tidak kalah seksinya. Keduanya

terjatuh di kiri kananku dengan lemasnya. Aku yang sudah tegangan tinggi tidak mau tinggal

diam. Aku menghampiri Nova dan membuka lebar-lebar selangkangannya. Terlihat vagina

bersih yang sangat indah. Bulu- bulu halusnya sangat seksi. Aku mulai menggesekkan kepala

tititku ke vagina Nova. Ah….. licin dan enak. Belum pernah aku merasakan kenikmatan seperti

ini. Nova yang mulai merasakan kenikmatan, mulai bereaksi dengan menggerak-gerakkan

pinggulnya mengikuti irama gesekan.

Nova semakin meracau…”Oohhh… aahhh… ohh..my… God…..Enak banget Dam” “Terus

Dam… Enak… ahhh… aahhHHH….AAAHHHHHH…Gila.. enak banget Titit lu Dam!! Gue dah

sampe nih” “Baru digesek aja dah enak gini yah, Dam… gimana kalo dimasukin yah? Masukin

deh Dam..” “Serius lu, Nov? Lu mau gue perawanin? Gue sih dah nafsu banget nih.” “Iya,

Dam… Gue pengen ngerasain titit lu di dalam gue… di luar aja dah enak, apalagi di dalam.”

Aku tidak pikir panjang lagi.. langsung berusaha merangsek ke dalam vagina Nova.

“Oww.. pelan-pelan Dam.. Sakit tahu!!” “Ok, Nov.. gue pelan-pelan nih” Pelan-pelan kepala titit

gue mulai terbenam di vagina Nova. Terasa mentok. Aku yang tidak pengalaman berpikir kok

tidak dalam yah? “Nov, udah masuk belom sih?” Nova yang mulai meringis menahan sakit,

“Kayaknya sih belom deh… tapi terusin aja.” “Lu yakin, Nov? Kayaknya lu kesakitan gitu.”

“Terus aja, Dam. Gue pokoknya mau titit lu di dalam gue.” “Ya udah kalo gitu.. Gue terusin nih..”

Dengan tiga sodokan keras yang disertai rintihan Nova, akhirnya tititku masuk juga

sepenuhnya.

“Wah.. Nova… kayaknya titit gue dah masuk semua nih” “Iya.. Dam…” sambil menahan sakit

“diam dulu, Dam.. jangan digerakin dulu..gue masih rada sakit..” Ahh.. nikmatnya vaginaperawan.. tititku berasa banget diremas-remas oleh vagina sempit Nova. Tanpa kusadari, aku

mulai menggerakkan pelan- pelan pantatku. Keluar masuk secara perlahan. Nova pun mulai

bernafas secara teratur dan mulai menikmati kocokan lembut di vaginanya. “Pelan-pelan yah

Dam… masih sakit tapi dah mulai enak nih… vagina gue berasa penuh banget diisi titit lu” Jenni

yang dari tadi menonton menunjukkan ekspresi tidak percaya. “Gila lu berdua.. beneran ngentot

yah?” Jenni pun mendekati TKP dan memperhatikan dengan seksama.

“Gila.. gila.. titit lu beneran masuk ke vaginanya Nova, Dam!” “Iya Jen.. Enak banget vagina

Nova.. gue bisa ketagihan ngentot nih.” Tiba-tiba ada keinginan yang luar biasa untuk segera

sampai.. kupercepat goyanganku. Nova pun semakin mendesah menggila. “Ahhh…

Ohhh…Ahhh…Ohhh…Dam.. gue mau sampe lagi nih” “Barengan Nov.. gue juga mau sampe..”

Di kepalaku tidak teringat lagi pelajaran Biologi, kalau sperma ketemu sel telur akan

menghasilkan zygot yang akan berkembang menjadi bayi.

“Ayo.. Dam… kita

bbaaareeennggg….” Croootttt…croottt.. croottt…Tiga kali aku menyemprotkan mani ke rahim

Nova. Ahh… ini perasaan yang luar biasa… kenikmatan berhubungan badan dengan seorang

gadis muda yang cantik. Beda banget sama masturbasi. Hubungan langsung lebih nikmat. Aku

langsung terjatuh lemas di sebelah Nova. Jenni yang melihat pertunjukkan langsung bagaimana

berreproduksi mulai mendekati tititku lagi dan menghisapnya dengan lembut. Nafasku yang

tersengal-sengal perlahan-lahan menjadi teratur seraya menikmati hisapan- hisapan Jenni.

Dikocoknya perlahan tapi pasti membuat tititku menjadi tegang kembali. “Dam, jangan

dimasukin yah. Ini pengen gue gesek-gesek ke vagina.”

“Iya, Jen.” Jenni pun mengambil posisi WOT dan mulai menggesek-gesek vaginanya di atas

tititku. “Enak banget, Jen” Goyangan lembut Jenni membuat payudaranya bergoyang-goyang

secara anggun. Pemandangan yang sangat indah. Jenni merupakan salah satu wanita

impianku. Tinggi, berdada montok, atletis, senang bercanda, dan baik hati. Sekarang dia

sedang menggesekkan kelaminnya dengan kelaminku. Ah.. kepengen masukin d. Segera

kubalikkan posisi sehingga aku sekarang di atas. Kakinya kubuka lebar-lebar. Terlihat vagina

yang sangat indah. Bahkan lebih indah daripada punya Nova. Mulus, hampir tanpa bulu.

Warnanya pink dan telah basah mengkilap. Tititku langsung berkedut-kedut melihatnya.

Kuarahkan tititku ke vaginanya. “Dam, jangan dimasukkin yah!” “Kenapa Jen? Sudah tidak

tahan nih” “Jangan Dam… jangan sekarang.” suaranya lembut meluluhkan hati. Entah kenapa

aku berhenti memaksakan kepala tititku. Akhirnya aku hanya menggesek-gesekkan kepala

tititku di muka vagina Jenni.

“Ah… iya Dam.. Begitu saja… gesek saja terus… Ahh… Ahhh” Jenni mulai lebih relaks dan

lebih melebarkan posisi kakinya. Melihat itu, aku semakin cepat menggesekkan titit. Semakin

cepat gesekan, semakin keras desahan Jenni. “OOhhhh… AHhhhh..enak Dam… Teruss..

Terusss.. Lebih cepat lagi… Tee..teeeruussss…. AHHHHHH.”

Jenni mendapatkan orgasmenya dan cukup banyak cairan O-nya yang keluar. Kasur menjadi

basah sekali. Aku melihat Jenni mengalami orgasme yang sangat seksi sampai aku terdiam

terkesima. Jenni cantik sekali…Aku benar-benar terpesona.. Sepertinya aku jatuh cinta dengan

Jenni. Nova yang telah cukup beristirahat dan melihat Jenni telah lemas mengambil alih situasi.Dipegangnya tititku dan dikocoknya perlahan. Tititku yang masih belum puas dengan Jenni

membuat otakku segera beralih ke Nova dan menyuruhku untuk melampiaskannya ke Nova.

Lagi pula tititku bisa coblos ke dalam Nova. Dengan segera kubalikkan Nova dan kucoba Doggy

style di sebelah Jenni yang masih terbaring lemas.

Ternyata Doggy style memberikan sensasi yang berbeda. Rasanya tidak bisa dituliskan dengan

kata-kata.. Hanya nikmat.. Walaupun Nova yang sedang aku sodok, tatapanku tidak lepas dari

Jenni. Jenni membuka matanya dan menatapku dengan penuh kemesraan. Senyumnya yang

manis membuat hatiku bingung. Di sini aku sedang jatuh cinta dengan Jenni, tetapi tititku

sedang menikmati pelayanan Nova, dan Jenni tersenyum kepadaku. Ah bingung….. Aku pun

tersenyum balik ke Jenni sambil semakin keras menyodok Nova. Sodokan kerasku yang terus

bertubi-tubi dari belakang membuat Nova tidak dapat menahan diri lagi dan dia mendapatkan

orgasme lagi. Aku memperlambat sodokanku agar Nova bisa menikmati orgasmenya. Jenni

bangun dan memberikan payudaranya ke mukaku.

“Hisap Dam! Biar lu tambah seru!” Ah.. nikmatnya tetek Jenni.. Kenyal tetapi kencang. Tentu

saja akibat tetek Jenni yang nikmat, goyanganku ke Nova semakin bertambah cepat. “Gila lu

Dam, enak banget sih dientot dari belakang sama lu… gue.. mauuuuu… Ahhhhh…” Nova pun

orgasme lagi. Aku pun tidak tahan nikmatnya menghisap tetek Jenni sambil doggy ke Nova dan

akhirnya.. croott…croott… dua kali aku semburkan spermaku. “Dam enak banget disemprot

elu… Rasanya nikmat.. kayak mandi air hangat.. tapi ini rasanya di dalam.’ Posisi kami belum

berubah.. aku masih menancapkan titit ke dalam vagina Nova sambil terus menyemprotkan

sisa-sisa sperma dan mulutku terus mengulum, menghisap dan menggigit-gigit payudara Jenni.

“Enak yah Dam, isap tetek gue dan ngentot-in Nova” “Iya Jen! Cuma impian bisa threesome

kayak gini tapi gue bisa ngerasain kejadian benernya.” “Udah dong Dam, cabut titit lu. Pegel nih

nungging melulu” timpal Nova.

Kucabut tititku tetapi pandanganku terus menatap mata Jenni. Kelihatannya aku benar-benar

jatuh cinta. Malam itu kami tidur bertiga dalam keadaan bugil. Jenni di kananku, Nova di kiriku.

****** Tok tok tok.. Pintu kamar hotel diketuk. Nova yang telah bangun lebih dulu membuka pintu

dan Rika terlihat telah sampai dihantar oleh orangtuanya.

“Eh.. Rika” Nova panik “Bokap Nyokap lu mana?” “Tenang Nova, mereka cuma menghantarku

kok.. tadi langsung jalan lagi ke kota C.” “Wah… lega.. gue pikir mereka mau masuk ke dalam.”

“Memangnya kenapa Nov? Eh… lu kok kaga pake BH?” “Itu dia Rik.. takut ketahuan.. Gue

kemaren berhasil nih” “Berhasil apaan sih, lu?” “Gue kasih perawan gue ke Idam!!” “Haahh??

Yang bener lu? Jenni juga? Kita semua kan memang kepengen banget dientot Idam!!” “Jenni

belum.. masih perawan dia.. kayaknya takut.. tapi udah main juga sama si Idam, cuma belum

dimasukin aja.” “Gue jadi horny nih, Nov. Idam di mana? Mau gak yah dia?” “Masih tidur tuh.. lu

bangunin aja.. laki-laki kalo dikasih perawan mana ada yang nolak.” “Hahahaha…bener juga

lu!” “Tuh lihat, Rika. Ada yang menonjol di selimut. Dia masih telanjang lho. Kita kemaren tidur

begitu gayanya.” “Jenni mana, Nov? Kok kaga ada?” “Lagi di kamar mandi. Tuh lu urus si Idam

aja. Pagi-pagi dah tegak gitu. Lu hisap aja dulu tititnya.”Rika pun menghampiri ranjang dan segera menarik selimut sehingga tititku terbuka dengan

leluasa. Aku yang masih tidur tidak sadar apa yang sedang terjadi hanya mengetahui kalau

tititku mengalami kenikmatan. Perlahan-lahan kubuka mataku berpikir Nova atau Jenni sedang

mengulum si junior. “Hah? Rika? Ngapain lu?” tanyaku tanpa berusaha melepaskan diri. Lagi

enak kok masa melarikan diri. Betul gak? “mmlammggii hissmmmaaapp mttiimmtiitttmm mmlu”

Jawab Rika dengan tidak melepaskan muatan di mulutnya. “Hahahaha” Nova tertawa geli.

“Lanjutin aja Rik, si Idam kaga nolak tuh.. cuma ngeliatin lu sambil merem melek gitu.” Jenni

yang mendengar tertawanya Nova, segera melongok keluar dan cukup kaget melihat Rika

sedang mengulum tongkat kenikmatanku. “Eh.. Rika… baru sampe langsung sarapan aja nih”

tukas Jenni dengan nada yang menunjukkan kekagetan. Jenni keluar dari kamar mandi sambil

masih mengeringkan rambutnya. Body Jenni memang luar biasa.

Aku tidak bisa melepaskan pandangan dari tubuh langsing dengan payudara yang sempurna

itu. “Idam.. jangan ngeliatin gue aja dong.. Rika dah nafsu tuh… puasin gih… kayak lu puasin

kita berdua kemarin. Iya gak Nov?” “Iya Jen.. Ayo Dam.. Puasin Rika.. Perkosa dia..

hahahaha..” “Kaga usah diperkosa.. orang gue mau secara sukarela kok” timpal Rika.

Mendengar jawaban Rika, aku segera beraksi. Kucium bibirnya dan kami melewatkan beberapa

menit melampiaskannya sambil bertukar air liur. Rika badannya kecil sehingga dengan mudah

kuangkat dari tepi ranjang dan meletakkannya di ranjang. Kudekati Rika dan menciumnya lagi.

Kali ini tanganku tidak tinggal diam. Payudara Rika aku pijat dan remas-remas halus.

Kaos ketatnya segera kubuka memperlihatkan tetek mungil yang kencang. Pentilnya telah

keras menjulang ke atas. Pentil yang bagus dan segera kulumat. “Ohh.. enak banget Dam..

terus Dam….aahhh.. ahhh..” Rika meracau kenikmatan. Hisapan dan kulumanku pun

bertambah keras. Tititku sudah sangat kencang sekali. Dengan sedikit agak kasar kulepaskan

semua pakaian yang masih melekat di Rika. Wow.. ternyata Rika mempunyai bulu jembut yang

sangat lebat. Lebat tapi terlihat sangat rapi dan terawat. Kudekati vaginanya dan tercium wangi

vagina yang merangsang.

Tapi Jenni punya lebih wangi. Ah.. Jenni lagi.. ini ada gadis yang sukarela memberikan

perawannya, kok masih mikirin perempuan lain. Kulirik Jenni dan kulihat dia tersenyum penuh

pengertian. Kujilat vagina Rika sambil terus melihat Jenni. Jenni pun tersenyum terus dan

memberikan anggukkannya seakan-akan mengerti kalau aku sedang bertanya bolehkan aku

menjilat memek perempuan lain. “ Ohh…oohhh… enak banget Dam.. baru dijilat aja gue dah

kayak gini..” “Suruh Idam ngentotin elu, Rik… Pelan-pelan yah Dam.. Kemaren gue cukup sakit

lho” Nova menghangatkan suasana.

“Iya Dam.. masukin dong buruan.” “Yakin lu, Rik?” Aku bertanya kepada Rika tetapi tatapanku

kembali ke Jenni. Jenni pun mengangguk kembali. Aku pun segera membuka lebar

selangkangan Rika. Vagina Rika terlihat sangat imut, karena memang Rika orangnya cukup

kecil. Tinggi badannya hanya di bawah bahuku sedikit. Perlahan-lahan aku dorong tititku ke

dalam vagina Rika. Rika yang sudah sangat basah hanya bisa mendesah. Kepala tititku sudah

masuk sepenuhnya tetapi seperti ketemu tembok. “Siap Rika? Ini dah di depan selaput dara

nih. Tinggal gue sodok masuk” Entah kenapa sekali lagi aku melirik ke Jenni dan Jenni puntersenyum kembali. Senyum yang sangat manis. “Iya Dam.. sodok aja.. perkosa gue.. bikin gue hamil.. gue mau anak dari lu.” Rika sudah lupa daratan. Kupegang pinggul Rika dengan erat dan kudorong dengan penuh kekuatan. Blesss.. masuk sudah. Rika menitikkan air mata menahan sakit. “Lanjut Rik?” “Iya Dam.

Dah mulai terbiasa nih. Rasanya penuh banget vagina gue” Proses menyetubuhi Rika pun segera berlangsung. Keluar.. masuk…keluar… masuk..pelan-pelan tetapi pasti vagina Rika semakin

basah. “Gila….Enak..banget….Tahu gini… dari kemaren…

gue…ikutan…nginep….”Rika semakin larut dalam kenikmatan. “Ohh…ooohh…enak… aahh.. terus.. Dam.. yang cepat.. Dam!” Kuturuti kemauannya. Semakin cepat aku menggoyang Rika, payudaranya pun semakin liar tergoncang-goncang. “Bareng yah Rika.. gue juga dah mau nyemprot..” “Ayo Dam.. bikin gue hamil.. semprot yang banyak…AAARRRHHHH” Kami berdua pun orgasme luar biasa. Vagina Rika memeras semua sperma yang ada di tititku. Kucabut tititku dan terlihat tetesan darah perawan merembesi sprei. Noda darah perawan Rika dan Nova terlihat bersebelahan.

Wah aku harus membeli sprei ini dari hotel. Kenang-kenangan pikirku. Jenni menghampiriku dan menciumku di bibir dengan ciuman yang sangat lembut. Tiba-tiba ada perasaan bersalah di hatiku. Sepertinya Jenni tahu karena dia bilang, “Tidak apa-apa Dam. Kita semua memang ingin menikmati titit lu.” dan kemudian dia menciumku lagi. Ciuman yang penuh mesra. Nova mengganggu ciuman kami dengan mengambil tititku dan menghisapnya. Jenni mengganguk kembali dan merebahkan tubuhku. Nova terus menikmati permainannya di bawah. Jenni menduduki kepalaku dan memberikan vaginanya untuk kuhisap. Ah.. nikmatnya memek Jenni. Kujilat dan kujilat terus sambil kami terus bertatapan mata. Aku benar-benar jatuh cinta. Pagi itu aku digilir tiga perempuan cantik. Jenni tetap hanya meminta digesek-gesek saja.

Nova dan Rika berhasil membuatku menyemprotkan sperma di dalam mereka sebanyak dua kali. Kami baru selesai ketika kami sudah kelelahan dan kelaparan. Sudah waktunya makan siang. ****** Epilog: Kami berempat berhasil masuk universitas di kota B dan sepakat untuk mengontrak rumah untuk tinggal bersama. Orang tua kami tidak ada yang curiga. Mereka pun setuju mengontrak rumah lebih enak daripada kos-kosan. Bisa masak dan cuci baju sendiri. Tidak takut ada barang yang hilang. Empat tahun kuliah, sehari pasti minimal sekali aku menyetubuhi salah satu dari tiga wanita cantik tersebut.

Dengan Jenni, selalu hanya gesek-gesek. Dengan Rika dan Nova, tentunya celup-celup dong. Tidak ada yang hamil karena kami menghitung kalendar dengan sangat disiplin. Sesudah lulus pun kami masih sering berkumpul untuk “bermain”. Nova bertemu dengan suaminya di tempat kerja. Rika bertemu dengan suaminya di kuliah S2. Jenni akhirnya menjadi isteriku.

Perawannya baru diberikan pas malam pernikahan. Kami berdua punya dua orang anak. Jenni sering mengundang Nova dan Rika untuk bermalam di rumah kami. Saking seringnya, aku berhasil menghamili Nova dan Rika. Anak kedua Nova dan anak ketiga Rika mirip sekali denganku. Untung suami mereka tidak pernah ada yang curiga. Alasannya karena sering bergaul denganku, jadi mirip deh anaknya.

Tuesday, July 26, 2022

DOSEN & MAHASISWI

DOSEN DAN MAHASISWINYA

“tolong ke ruangan saya sebentar” sebuah pesan singkat dari dosen sekaligus pembimbing gw dulu. Dari ruang kerja kecil di sudut gedung dosen, gw beranjak ke sekretariat jurusan, menemui Bu Laras di ruangannya. “kamu, masih sibuk penelitian? Kelas banyak?” hardik bu Laras ketika gw sedang menutup pintu ruang sekre. “enggak sih bu, kenapa ya?” gw masih bingung dengan situasi ini. “saya boleh minta tolong, ambil alih kelas saya. Saya harus ke aussie” pinta beliau kemudian. ya, setahun setelah lulus gw masih mengabdi di kampus, membantu dosen penelitian dan mengajar di mata kuliah dasar. Bu Laras adalah satu dosen senior di jurusan gw, idealisme membuatnya dimusuhi jurusan. Dan gw bisa dibilang mahasiswa kesayangannya. Ia sendiri bukan hanya mengajar di kampus ini, namun juga memiliki status dosen di salah satu universitas di Adelaide.

Pembicaraan memakan waktu hingga 3 jam, karena gw harus mengajar di fakultas sebelah, dan bukan mata kuliah dasar, melainkan mata kuliah tingkat 3 dan menjadi bahan skripsi gw dulu. Bu Laras menunjuk gw sebagai penggantinya karena beliau menganggap gw kompeten untuk mengajar ini. perkuliahan baru dimulai minggu depan. Jatah 2 kelas tambahan diberikan, membuat waktu istirahat dan penelitian gw berkurang, walau pundi keuangan bertambah. Mungkin di kampus ini gw terbilang satu dari beberapa dosen muda yang bengal (ga nurut peraturan). Mengajar dengan gaya urakan macam mahasiswa. Beliau sendiri yang pernah bilang kalo dosen dilihat dari otaknya, bukan gayanya. Nah, mata kuliah yang beliau berikan ini ada di fakultas sebelah, yang aturannya lebih ketat. Mengharuskan gw berpakaian lebih sopan (sedikit).

Selasa, 9.30

Gw telat di hari pertama gw masuk. Kemeja pendek dilapis blazer untuk menutupi tattoo di tangan kiri gw menjadi style andalan. Masih stereotip kalo orang bertattoo itu urakan, walau di fakultas asal, gw bisa seenaknya ngajar make lengan pendek. Pintu gw buka, gw duduk di meja dosen sambil mengeluarkan daftar kehadiran. Beberapa mahasiswi agak tercengang, melihat dosen dengan jenggot tebal, rambut sebahu dan diikat.

“selamat siang, bu Laras ga bisa menghadiri kuliah ini karena harus penelitian, sy wapol akan menggantikan beliau” kata gw membuka kelas. Dari total 23 orang di kelas, mayoritas adalah pria, sial. Namun ada satu mahasiswi yang mencuri perhatian gw, dari daftar kehadiran gw tau namanya Clara. Duduk di baris tengah, dengan rambut sebahu yang digerai, perawakan tinggi padat. Mengenakan kemeja merah tipis dengan jeans. kulit kuning langsat cenderung putih dengan wajah khas metropolitan (muka anak gaul)

Suasana hening perlahan cair ketika gw mulai materi. Gw bukan tipikal dosen serius karena selama kuliah gw belajar kalo dosen terlalu serius Cuma bikin setres. Mahasiswa jugamenyadari kalo gw ga seseram penampakannya. Kelas ini termasuk kelas yang kooperatif.

Saling lempar pertanyaan yang kadang berbalut canda.

Minggu kedua

Seperti biasa gw masuk dan menyampaikan materi. 15 menit berlalu dan pintu tetiba diketuk.

Clara masuk dengan muka agak panik, “maaf mas telat, boleh masuk?” ya menjadi aturan kelas

kalo haram hukumnya manggil gw pak. Sekilas gw melihat jam tangan, telatnya belum terlalu

jauh mengingat kelas memiliki durasi 3 jam, jadi gw persilahkan dia masuk tapi duduk di row

paling depan. Clara duduk tepat berseberangan dengan gw.

1 jam berlalu, materi hampir selesai, gw memberikan beberapa soal latihan untuk dikerjakan,

kemudian duduk kembali di meja dosen. Saat itu Clara menggunakan kemeja biru muda

berbahan semacam satin yang cukup menerawang, ditambah keringat yang masih bercucuran

dan membuat kemejanya sedikit basah. Sambil sesekali menjawab pertanyaan dari mahasiswa

lain, gw mencuri pandang ke arah Clara. Gw baru menyadari di balik kemejanya ia hanya

mengenakan bra, ketika ia menoleh ke belakang dan terpampang jelas garis bra dari balik

kemejanya.

15 menit berselang, ia tetiba membuka kancing paling atas kemejanya dan mengipas-kipaskan

kerah kemejanya. “panas banget ih” gerutunya. Gw berusaha mencuri pandang ke balik

kemejanya. Belahan dada yang sekilas terlihat, mencilat di karena keringat yang masih

membasahi

tubuhnya. Berharap kelas lebih lama berlangsung agar gw lebih lama

memperhatikan tubuh Clara.

Kelas ini agak unik, walau setelah jam selesai, banyak yang belum membubarkan diri. Dan

pada akhrinya gw mulai menyatu. Di kelas profesional, di luar kelas ngerokok bareng. Rian,

salah satu mahasiswa bilang sangat jarang dosen di fakultas ini ga ngasih jark ke

mahasiswanya ampe mau ngerokok bareng. Menurut gw sih yang penting di kelas profesional,

di luar kita teman.

Minggu ke-5

Minggu ini presentasi beberapa kelompok. Clara menggunakan kaos putih berbalut kardigan

biru tua. Sambil menunggu kelompoknya maju, ia duduk di baris depan. Setelah gw suruh ia

duduk di baris depan, ia cenderung memilih baris depan bersama dua temannya. Kaos yang ia

pakai memiliki belahan rendah dan cukup menerawang. Samar terlihat bra berwarna hitam dari

balik kaosnya. Ukuran font presentasi yang kecil membuat clara harus memicingkan matanya

dan sedikit condong ke depan. Gw yang duduk di meja depan mendapat suguhan belahan dadayang cukup terlihat dari balik kaosnya yang memang kendor. Satu momen ketika ia bertanya

dan kardigannya agak turun, gw baru menyadari bahwa bukan kaos yang ia pakai, tapi tanktop

dengan belahan samping yang lebih rendah dari belahan depannya. Membuat bra hitamnya

terlihat jelas. Ditambah gumpalan dada yang mencuat seperti bra tidak mampu menahannya.

Clara seperti sadar kalo gw lihat, tapi gw Sengaja ga mengalihkan pandangan gw dan tetap

memandang belahan dadanya. Ia sedikit melihat ke bawah, ke arah dadanya dan sadar kalo

agak sedikit terbuka, namun bukannya menarik ke atas tanktopnya, ia malah membiarkannya

dan berlaga seperti ga ada yang terjadi. Untuk beberapa menit sampai presentasi selesai gw

bebas untuk terus melihat dadanya. Satu momen ia bahkan sengaja menekan dadanya ke

tengah dengan merapatkan kedua tangannya.

“iya kan mas?... mas?” pertanyaan dari seorang mahasiswa yang lagi presentasi seperti

membangunkan gw. “ah, iya kurang lebih seperti itu” jawab gw sekenanya sambil melihat ppt

dan mencoba mengikut apa yang sedang dipertanyakan. Sekilas gw melihat ke arah Clara, iya

tertawa kecil sambil menutup mulutnya dengan tangannya. “jadi, dia sengaja?” pikir gw.

Minggu ke 7

Seminggu sebelum UTS, hubungan gw dan kelas ini semakin dekat. Beberapa anak ada yang

menghubungi gw, mulai dari nanya materi, sampai nanya mata kuliah lain. Hari ini, seperti

berbeda, Clara menggunakan rok sepan pendek hitam, dengan kemeja merah (berbeda

dengan beberapa minggu lalu), dan blazer. “mau lamaran kerja?” canda gw ke Clara. Gw sadari

beberapa anak juga berpakaian lebih rapi dari biasanya. “ada presentasi buat UTS mas abis ini,

harus rapi” jawab Clara. Make sense.

Seperti biasa, Clara duduk di row depan, berhadapan dengan meja gw. berhubung ini hampir

materi terakhir sebelum UTS, gw merekap beberapa materi yang gw ajarkan. Posisi Clara yang

berada di pojok, membuatnya harus duduk agak menyamping agar melihat papan tulis.

Awalnya biasa, namun tetiba Clara melebarkan kakinya. gw masih berpikir positif bahwa itu

hanya kebiasaan duduknya. Namun beberpa lama ia tidak merubah posissinya. Gw yang berdiri

di sisi papan tulis yang dekat meja gw, menjadi dekat dengan Clara. Penasaran gw ngetes apa

Clara benar-benar pamer buat gw, gw menulis lagi beberapa poin materi. Ketika membalikan

badan seperti ingin menjelaskan, dengan sengaja gw menjatuhkan spidol gw. gw kemudian

jongkok mengambil spidol sambil melihat ke arah Clara, lebih tepatnya ke arah roknya.

Keadaan ini harusnya Clara segera merapatkan kakinya, tapi ia tetap membuka lebar kakinya

sehingga gw melihat bagian dalam paha mulusnya. Kalo gw lebih jongkok atau melihat lebih

lama harusnya gw bisa melihat celana dalamnya, tapi suasana ga memungkinkan.Sambil

menjelaskan mata gw memandang seluruh mahasiswa, dan sampai akhirnya melihat Clara. Ia

tersenyum sebentar, senyuman penuh kode, kemudian baru merapatkan kakinya. apa artinyaini? Kelas selesai dengan kepala gw penuh pertanyaan apa maksud Clara. tapi gw gak

berusaha untuk memikirkannya terlalu dalam, mungkin ia Cuma menggoda.

Siang menuju sore itu gw kembali ke sekre untuk mengambil beberapa data. Daripada

mengerjakan di kantin atau di kosan, gw lebih milih ngerjain di kantin sebelah. Sekitar jam 5

tetiba ada yang dateng nyapa gw “mas, ngapain?” Clara tetiba duduk di samping gw, dengan

dua orang temannya. “ah ini, nugas” jawab gw sekenanya. Ia memperhatikan laptop dan

setumpuk kertas di samping gw, “banyak ya?” tanyanya penasaran. “yah lumayan, namanya

juga kerja” jawab gw sambil menghisap rokok gw kembali. Gw menutup laptop dan merapikan

dokumen yang menumpuk. Kerjaan ini bisa nanti lagi, toh deadline masih jauh. “yaah kok

dimatiin? Ganggu ya mas?” tanya Clara, “enggak kok, emang udah selesai” jawab gw. Clara

kemudian mengajak gw ngobrol, mulai dari hal-hal sepele, sampai ke materi kuliah. Setengah

jam berlalu, langit mulai gelap. Pembicaraan lagi menyenangkan, Clara menanyakan banyak

hal tentang gw, dan tentang bu Laras. Ia penasaran seperti apa bu Laras, karena beliau

terkenal di fakultasnya sebagai dosen yang menyeramkan.

“Clar, balik yuk” bisik temannya namun cukup keras sampai gw denger. “lo duluan dah, gw ntar

aja” tolak Clara halus. Temannya pergi, Clara mulai menanyakan gw lagi. Gw gabisa kabur dari

matanya, dan setiap ia tersenyum mata gw seperti ditarik paksa untuk terus melihatnya. Dan

akhirnya langit berubah gelap. “laper ga? Makan yuk” tanya gw yang mulai berasa laper. “mau

siih... tapi boseen mas di sini mulu” jawab Clara dengan muka manja. “ah saya 6 tahun di

sebelah ga ada bosennya”. Pernyataan ini memicu rasa penasaran Clara, “kok ga bosen?

Bukannya kantinnya gitu-gitu aja ya?” tanya dia kemudian, “suasananya enak, jawab gw”. ia

memutar matanya, agak bingung mungkin. “mau nyoba makan di sana?” tawar gw kemudian.

“boleh boleh, yuuk!” Clara bersemangat sambil menarik tangan gw. kemudian ia sadar,

melepaskan tangan gw, agak tertunduk malu, “eh, maaf mas”. Gw mengenakan tas gw, dan

memegang jemari Clara, “yuk, santai aja kali”. Clara menyambut dengan menggenggam tangan

gw.

Ga lama emang kami bergandengan, gw langsung melepas tangannya karena takut dengan

regulasi kampus dan masalah profesionalitas. 10 menit berjalan akhirnya kami sampai ke kantin

fakultas gw. suasana masih sama, banyak anak yang main gitar sambil nyanyi ga jelas. Kami

duduk di pojok, agak jauh dari keramaian. Sambil mengunyah makanan masing-masing, Clara

nampak bersenandung mengikuti lagu. “enak ya ampe malem masih rame, pantes betah”

celetuknya di tengah makan. “ya gtulah makanya betah”. Kami selesai makan dan melanjutkan

obrolan. “mas, kenapa make blazer terus dah?” tanya Clara tetiba. Sebenarnya gw males

buka-bukaan, tapi yaudalah. Gw ga menjawab tapi malah membuka blazer gw. “ini kan

ngelanggar aturan” jawab gw kemudian sambil menunjukan tattoo di pergelangan tangan kiri

gw. “cool!” Clara nampak antusias sambil memegangi kedua tangan gw. “arti gambarnya apa

mas?” tanya Clara yang gw jawab dengan arti tattoo pohon yggdrasil di tangan kiri gw. ia masihantusias dan menanyakan tentang tattoo, ia juga menceritakan beberapa temannya yag

memiliki tattoo.

Perbincangan kami makin seru. Dan tetiba, “panas ya” seru Clara kemudian sambil

mengibas-kibaskan blazernya. “buka aja sih, ya panas lah, kantin” jawab gw sekenanya.

Awalnya Clara nampak menolak, ia sedikit berpikir kemudian membuka blazernya, ternyata

kemeja yang dipakainya adalah kemeja tanpa lengan. Lengan putih mulus dan siluet bagian

samping dadanya yang bulat membusung terlihat jelas. Mata gw gabisa lepas dari dua bukit

yang menjulang dan terlihat jelas. Ga terasa waktu menunjukan jam 9. Clara mengajak gw

pulang. Gw menawari dia untuk diantar pulang.

Gantian ia bangkit, menjulurkan tangannya, “yuk” ajak Clara sambil tersenyum. Gw bangkit dan

meraih tangannya. Berbeda dari gw tadi, ia tidak melepaskan pegangan tangannya. Kami

berjalan bergandengan hingga sampai ke parkiran dosen. sebenarnya,dari kata-kata Clara,

jarak kosannya dari kampus Cuma sebatas tembok kampus, tapi harus muter karena make

mobil. Di jalan tetiba Clara merangkul tangan kiri gw yang emang steady di tuas gigi, “dingin

banget sih mas mobilnya” kata Clara manja. Gw bisa merasakan dadanya menempel di lengan

gw, tepat di atas sikut. “ya mau gimana, malem, buka jendela aja?” tanya gw kemudian dijawab

dengan gelengan manja Clara. sepintas gw rasakan bra yang ia gunakan bukan tipe bra yang

bergabus tebal, jadi bisa terasa empuk-empuk dadanya. Sengaja gw naik turunin gigi, biar

lengan gw bergerak menyenggol-nyenggol dada Clara. gw berpikir awalnya ga sengaja ia

menyentuhkan dadanya, tapi beberapa senggolan hingga yang sengaja gw bergerak buat

nyenggol, Clara ga mengubah posisinya. 15 menit dan kami sampai di depan kosan Clara yang

ternyata Cuma berjarak 4 rumah dari kosan gw. Malam itu gw kepikiran, sebenarnya kenapa

Clara? apa dia suka ama gw? atau ini kisah lain mahasiswa menjilat dosen demi nilai?

Entahlah.

Kamis malam, 2 hari setelahnya

Sekitar jam 10 malam di kosan, gw baru menyelesaikan beberapa input data, dan bersiap

streaming anime. Tetiba hape gw berbunyi, telpon dari Clara ternyata. “mas, maaf mengganggu,

lagi di kosan ga?” tanyanya dengan suara yang agak bergetar seperti habis nangis. “iya di

kosan ni, kenapa ya?” balas gw agak bingung. “Clara boleh ke sana ga? Plis banget mas plis,

nanti Clara jelasin” gw gak tega dengan suara bergetarnya, pun karena kosan gw bebas

campur jadi ga masalah. Akhirnya gw iyain permintaan dia. Bakar rokok sebatang dan gw turun

(kamar gw di lantai 3). Baru gw sampai pagar, terlihat sesosok gadis berjalan cukup cepat.

Menggunakan Celana pendek kain sepaha, kaos bali gombrong, dan jaket yang ga diresleting,

dengan tas ransel di punggungnya. Clara berjalan tergopoh, gw langsung mengajaknya masuk

ke kamar gw.“laptop Clara tetiba mati mas, ga mau nyala lagi, padahal ada UTS dikumpulin besok pagi,

boleh pinjem laptop mas ga? Plis, Clara kerjainnya di sini deh” begitu masuk kamar, Clara

langsung menjelaskan maksudnya. Gw langsung mempersilahkannya make laptop gw. perlu

dijelaskan, kosan gw emang agak gede, kasur single di pojok, laptop gw taro di lantai, nyangkut

ke speaker luar karena speaker laptop udah mati, dan Cuma dengan kipas laptop sebagai

alasnya, praktis kalo mau ngerjain sesuatu ya tiduran, atau dipangku laptopnya.

“emang warnet seberang kosan mu penuh?” tanya gw membuka perbincangan saat Clara sibuk

ngeluarin buku catetannya. “ga ada aplikasi statistik mas, Clara panik banget. Pinjem ya” balas

Clara dengan nada masih panik. Awalnya Clara mengerjakan dengan memangku laptop,

karena emang gw larang untuk narik ke manapun, lagi nyetel lagu. Ia nampak sedikit kesulitan

mencocokan data di catatannya dengan yang dimasukan ke laptop, jdi gw ambil inisiatif

ngebantu. Gw langsung pasang mode kerja, tengkurep menghadap layar.

“mas, agak panas ya?” tanya Clara tetiba sambil mengibas-kibaskan jaketnya. “yah emang

kosanmu ada AC-nya, di sini mah makenya kipas” jawab gw seadanya. “boleh Clara lepas

jaket?” ia meminta izin kemudian, gw hanya menjawab anggukan. Clara menaruh laptop di

lantai, bangkit dan melepas jaketnya. Lengan putih itu nampak lagi. Baju yang ia kenakan

ternyata hampir tanpa lengan. Clara kemudian malah tengkurap di samping gw, “pegel mas

lehernya nunduk mlu, sambil tiduran gapapa ya?” tanyanya yang seperti ga butuh jawaban gw.

Gw seperti mendengar beberapa kali samberan petir, yang kemudian disertai guyuran hujan

yang cukup deras. Tapi keseriusan kami ga terganggu karena deadline semakin dekat. Jam

setengah 12, akhirnya Clara selesai mengerjakan UTSnya dan mengirimkannya ke email

dosen. “yah ujan mas?” tanyanya baru sadar kalo udah setengah jam lebih hujan deras. “kamu

kemana aja? Fokus banget” jawab gw sambil noyor kepalanya. “yaah gimana dong, punya

payung mas?” tanyanya agak cemas. “gapunya, lagian kosan kamu kan deket, ujan-ujanan dikit

gapapa” jawab gw sekenanya. “Clara sih gapapa, datanya basah gimana, masih buat uas ini”

serunya sambil menunjuk setumpukan kertas yang daritadi kami pelototin angka-angka di

dalamnya. “yaudah tunggu reda aja dulu, ngapain kek” jawab gw sambil bangkit duduk. Clara

masih asyik tengkurap. Tekanan dari badannya membuat dadanya mencuat ke samping

tertahan bra, bokongnya membusung berani, bulat dan seperti minta dicubit. Dalam hati uda

muncul pikiran selama ini Clara memamerkan badannya, boleh gw jamah nih. Tapi gw buang

jauh-jauh pikiran itu,gw Cuma dosen pengganti, kalo sampe Clara ngadu ke bu Laras selesai

semua karir nama baik gw.

“mas punya film ga? Nonton aja yuk” tanyanya tetiba. “film apa? bokep?” tanya gw mencoba

mancing. “yee jangan, kalo itu entar Clara ga pulang”. Jawaban itu aneh, apa itu berarti kalo gw

buat dia terangsang dia rela gw tiduri? Ah setan makin merasuk. “tadi lagi mau nonton anime

sih, tuh liat aja di tab” jawab gw kemudian. “wah mas ngikutin ini juga? Ih episode baru udakeluar ya? Mau dong mau dong” jawab Clara antusias ketika melihat tab anime yang lagi gw

streaming. Akhirnya kami tonton lah itu film. “mas kok duduk? Clara tiduran aja gapapa kan?”

tanyanya tetiba di setelah memulai film. “pegel, sakit keteken gaenak” jawaban gw masih terus

memancing. Pikiran gw udah mulai kotor terus ngeliat bokong dan dada yang terjepit itu. “hah

sakit? Ooh dedeknya yaa... ahahaha” Clara seperti paham dan malah bercanda. Kenapa

pancingan gw terus-terusan disambut, hmmm. “iya lah, gede sih jadi ketindihan kan

sakit,hahaha” jawab gw terus memancing. “hmmm sombongnya, segede apa sih?” tanya Clara

nantang. Gw udah mulai frontal dan menjurus. “gede deh, masuk mulut kamu mah ga muat”

jawab gw sekaligus menantang. “dih, iya deh, mulut Clara yang kecil mas itu sih” jawabannya

ternyata ga seperti yang gw harapkan. Gw kira dia bakal nantangin. Gw patah akal, gw kembali

nanya ke Clara, “kamu sendiri tengkurep gitu ga sesek?” gw nanya sekaligus tangan gw nunjuk

ke arah dadanya. “hah?ini? engga sih, ga sesek Cuma ngganjel ajah” kata Clara sambil

tangannya memegang dada bagian sampingnya.

Clara kemudian bangkit, duduk di sebelah kanan gw. katanya sesek lama-lama tiduran. Ya

okelah, kami kemudian mulai menonton episode baru anime tersebut. Baru berlalu 15 menit

tetiba petir menyambar keras, dan listrik langsung padam. “hiyaaaah gelap mas” sontak Clara

tetiba. “trafo kesamber petir kali” jawab gw santai. “mas kok suaranya ilang juga? Speaker

laptopnya kemana?” tanya Clara yang menyadari film yang kami tonton tetiba mute. “rusak

speakernya, makanya make speaker luar” jawab gw. “oh” Clara menjawab seperti kehabisan

stok pertanyaan. Ruang gelap gulita, cahaya Cuma dari layar laptop. Kami berdua diam

menyisakan berisik guyuran hujan menghujam talang air dan atap mobil.

Gw memandang Clara, ya hanya wajahnya yang terlihat jelas disinari layar laptop. Clara seperti

sadar pandangan gw ga bergerak dari wajahnya, “kenapa mas? Liatin aja” tanyanya. “cakep

juga kamu ya” jawab gw sambil memandang lurus matanya. “dih kemana aja sebulan lebih tiap

selasa ngeliat?” candanya sambil sedikit tertawa. “selama ini ada pengalih terus kan, sekarang

Cuma kamu yang keliatan, ternyata cantik” jawaban gw bernada serius, meredakan tawa kecil

Clara. ia juga memandang lurus mata gw. perlahan tangan gw merangkul Clara, tak ada

perlawanan.

Kami berdua diam saling berpandangan. Tangan gw naik hingga ke belakang kepalanya, sedikit

membelai rambutnya dan perlahan menarik kepalanya mendekati gw. sementara tangan kiri gw

perlahan menutup layar laptop. Cahaya semakin meredup karena mengarah makin ke bawah,

temaram gw bisa melihat mata Clara perlahan tertutup ketika kepalanya semakin mendekati

kepala gw. tak ada perlawanan sama sekali. Dan layar laptop sudah sepenuhnya tertutup,

ruangan ini gelap gulita tepat ketika bibir gw menyentuh bibir Clara. tarikan napas cukup

panjang sayup terdengar di antara guyuran hujan ketika bibir kami bersentuhan. Tak ada

penolakan, gw mulai melumat bibir Clara. bibir mungil tersebut sedikit terbuka, memberi ruang

untuk lidah gw bergerilya masuk, yang langsung disambut oleh lidahnya yang seperti sudah

tidak sabar.Di tengah silat lidah ini, tangan Clara perlahan merangkul gw. tangan kanan gw masih menahan

kepalanya untuk ga berhenti berciuman. Napasnya terdengar makin cepat. Tangan kiri gw yang

sudah bebas tugas perlahan membelai perutnya, sangat perlahan naik hingga bagian bawah

dadanya. Mencari lampu hijau, gw colek-colek sedikit dadanya. Bukan penolakan yang gw

dapat, tapi tarikan napas cepat ketika gw menyentuh dadanya. Ini pertanda yang gw cari.

Jemari gw langsung terbuka lebar, gw angkat sedikit dan langsung meremas dada kanan Clara.

“mmmmhhhhhh” Clara melenguh di tengah ciuman kami yang semakin intim. Gw menyedot

paksa lidah Clara masuk ke rongga mulut gw.

“ngghh nghhh nghhh” Clara mendesah teratur ketika gw meremas dadanya dari luar kaos.

Tangan kiri gw berhenti meremas dada Clara dan mulai bergerilya ke balik kaos. Perlahan gw

sentuh perutnya, terus naik ke atas. Niat gw mau masuk langsung ke balik bra, ternyata sempit

banget, sangat sulit untuk dijamah. Clara tetiba sedikit mendorong gw, hingga melepaskan

ciuman kami. “susah ya?” tanyanya sambil sekelebat gw melihat tangannya mengarah ke

punggungnya. Ia kemudian menurunkan tali bra dari lengannya. setelah melepaskan kedua sisi

tali bra dari tangannya, Clara langsung merangkul gw dan melumat liar bibir gw. tangan kanan

gw merangkul punggung Clara, dan tangan kiri gw kembali bergerilya masuk ke balik kaosnya.

Ketika gw mendapati bra Clara sudah turun, langsung gw tarik keluar dan gw lempar

sembarangan. Tangan kiri gw langsung bergerilya masuk kembali dan meremas dadanya.

“aaaaahhhhhh” seketika Clara melepas ciumannya untuk melenguh panjang. Kemudian ia

kembali melumat bibir gw, lidahnya liar menari di dalam mulut gw ketika tangan kiri gw bermain

di dadanya, meremasnya hingga mencubit putingnya. Clara merangkul gw erat, membuat

tangan kiri gw terjepit di antara dadanya, gabisa berbuat apa-apa kecuali meremasi kedua

dadanya. Sementara mulut kami terkunci dalam satu ciuman yang kian memanas.

Perlahan gw melepaskan ciuman kami, kepala gw turun. Clara melepaskan rangkulannya.

Kedua tangan gw meremas dada Clara sambil menampik kaosnya ke atas. Kepala gw perlahan

mengarah ke dada kirinya. Clara nampak paham, ia langsung menaikan kaosnya melewati

kepalanya dan membuangnya entah kemana. Gw gigit kecil puting kirinya sambil gw remas

dada kanannya. Bergantian perlakuan ini ke dua dadanya sambil sesekali gw isap putingnya

kuat-kuat. “aahhh maaaas, enak banget siih...aaaaahh” Clara melenguh, meracau sejadinya

ketika putingnya gw isap kuat-kuat. Di tengah permainan ini, tetiba listrik kembali menyala. Mata

gw seperti kena blitz, terang sesaat baru kemudian jelas gw lihat puting pink yang sudah

mencuat dari dada putih bulat membusung. Gw kemudian menyelesaikan permainan, hendak

melihat ekspresi Clara.

Clara nampak agak malu, mungkin listrik yang menyala seperti menyadarkan dia sesaat,

namun libidonya sudah sangat tinggi, wajahnya sayu. “kenapa mas?” hardik Clara ketika gw

melihat wajah cantiknya dalam suasana terang benderang. Semua terlihat jelas, bra putih dankaosnya yang bergeletakan juga kembali terlihat. “ga Cuma mukanya cantik, dadanya juga

bagus banget sih kamu” puji gw. Clara sedikit tersipu, “ah bisa aja mas”. Beberapa detik kami

kembali saling diam, agak kikuk harus melanjutkan permainan atau bagaimana. Hingga tetiba

tangan Clara mengarah ke selangkangan gw, dan langsung mengusap-usap penis gw dari luar

celana. “mana yang katanya ga muat di mulut, Clara mau coba dong” goda Clara sambil

tangannya mengusap-usap penis gw. matanya sangat sayu, ia kemudian juga menggigit bibir

bawahnya setelah bicara. Libidonya jelas sudah sangat tinggi.

Gw langsung melempar badan gw telentang di lantai, memberi kebebasan pada Clara untuk

ngapa-ngapain gw. ia kemudian duduk di samping gw, tangannya mengelus-elus penis gw dari

luar celana. Ia kemudian menurunkan sedikit celana dan cd gw, membut kepala penis gw

muncul dan batang penis terjepit celana. Kemudian menjilati perlahan kepala penis gw. sesekali

Clara ngeliat gw sambil tersenyum menggoda. Seperti puas ngebuat gw kentang, baru ia

kemudian menurunkan celana gw, dan melemparkannya sembarangan. Ia juga menaikan

sedikit baju gw biar ga menghalangi penis. Penis gw tegak berdiri, dan Clara agak terbelalak.

“gede ya, muat ga nih” entah ini ekspresi kaget asli atau semacam lip service. Ia kemudian

beranjak duduk di antara paha gw.

Tangannya mengocok pelan penis gw sambil perlahan Clara mendekatkan wajahnya. Kembali

ia menjilati kepala penis gw. baru kemudian mulutnya terbuka lebar dan perlahan memasukan

penis gw ke mulutnya sambil tangannya tetap mengocok pelan batang penis gw. Clara

mengulum perlahan, kepalanya naik turun. Ketika kulumannya kian dalam, tangannya beranjak

turun dan mengaduk-aduk kedua biji gw. 3 menit berlalu, kepalanya makin cepat bergerak naik

turun. Tangannya bertopang di panggul gw. penis gw berasa hangat walau sesekali terantuk

gigi. sekeras apapun Clara berusaha, kapasitas mulutnya hanya sampai ¾ penis gw.

“phuaaaahh, susaaah” seru Clara sambil melepaskan kulumannya. gw tersenyum ngocol, “ga

muat kan”. Clara nampak sedikit cemberut, merasa dirinya gagal menerima tantangan. Rautnya

tetiba berubah tersenyum, “Clara tau caranya, pasti muat ampe ujung”. “gimana?” tanya gw

sekaligus nantang. “mas tutup mata dulu, rahasia ini, pokoknya ampe ujung” pinta Clara sambil

menaikan kaos gw. tepat ketika leher kaos melewati hidung ia berhenti. Membuat mata gw

ketutup dan kedua tangan gw mengarah ke atas. “janji gaboleh liat, pokoknya Clara marah kalo

mas liat” rajuknya. “iya, coba mana trik rahasianya” tantang gw. emang mata gw ketutup sama

sekali, gw gabisa ngeliat apa-apa seperti saat gelap tadi. Gw bisa ngerasain tangan Clara

mengocok perlahan penis gw. kemudian melepasnya. Kok gw jadi ga diapa-apain gini? “Clara

mana triknya?” tanya gw sambil memastikan Clara ga pergi. “sebentar mas” jawab Clara sambil

gw rasakan tangannya kembali mengocok penis gw tapi dengan posisi yang aneh. Gw

merasakan genggamannya aneh.

tetiba bleeesss...”hhhhaaaaahhhh”Clara melenguh kencang bersamaan dengan gw merasakan

penis gw masuk ke sebuah goa yang sangat sempit, hangat, berlendir dan berdenyut di seluruh

sisinya. Gw langsung menaikan kaos gw dan membuangnya, sedikit bangkit dan gw lihat Claraberjongkok menghadap gw, telanjang bulat tanpa apapun menutupinya lagi. nampak vagina

berwarna coklat muda yang dipenuhi bulu-bulu halus. Penis gw sepenuhnya tertanam ke dalam

vagina Clara. ia kemudian tersenyum puas dengan wajah yang sudah sangat sange. “muat kan

mas ampe ujung” katanya sambil perlahan bergoyang naik turun. “iya muat ampe ujung, tapi

curang, itu bibir bawah, bukan bibir atas” gw masih berusaha bicara di tengah kenikmatan luar

biasa ini. “sshhh...ahhh... gapapahhhh...lebih enak juga kan, ahhhh” Clara berusaha menggoda

gw sambil bergoyang naik turun. “ahhh, iya enaak” gw udah gabisa nahan lagi, dinding vagina

Clara terus menekan penis gw, membuat sensasi yang sangat nikmat.

Setiap kali Clara bergerak turun, gw hentakkan bokong gw ke atas, menjadikan gerakan gw dan

Clara saling berlawanan. Setiap hentakkan yang terjadi Clara selalu melenguh kencang.

“aaahh...uuhhh... mhhh...enaak maaas”. Kedua tangan gw juga meremas dada Clara yang

berguncang liar, sambil sesekali mencubit putingnya. 10 menit berlalu, “ahh maasss keluaaar”

Clara melenguh kencang, dan satu hentakkan keras terakhir membuat tubuhnya membusung

dan bergetar. penis gw berasa dimandikan oleh cairah hangat yang mengguyur di dalam vagina

Clara. Clara langsung tumbang ke depan, gw menahannya dan langsung memeluknya. “enaak

banget mas...enak banget” bisik Clara. gw peluk dia dan membalik posisi, ia kini di bawah.

Kakinya gw topang di bahu gw. perlahan gw pompa Clara. “ahh iya mas teruss...ahhh” Clara

meracau sejadinya ketika gw mempercepat gerakan gw. bermain di rpm tinggi membuat Clara

meracau semakin aneh, “ahhh teruss... fuck..yess..ahhh...” lengkingan, racauan, dan lenguhan

menyatu dengan napas yang kian cepat dan hujan yang masih deras.

Sekitar 10 menit sampai gw merasakan gw hampir keluar. “ahhh mas mau keluar lagi” Clara

bersiap untuk orgasme keduanya, pun gw merasakan udah di ujung. Kaki Clara tetiba turun dan

menyilangkannya di punggung gw, mengunci posisi gw sekarang. “terus maas Clara mau

keluaar” Clara meracau makin liar ampe gw harus nyium dia untuk menutup mulutnya. Kakinya

mengunci di punggung gw, tangannya mengikat leher gw untuk ga melepaskan ciuman, dan

tubuhnya bergetar hebat. Gw merasakan penis gw seperti dipijat, seluruh dinding vaginanya

berdenyut, membuat vaginanya makin sempit dan memberi pijatan hebat ke seluruh penis gw.

“sssshhhaaaaaahhhh”Clara mendesah lemas disertai dengan guyuran cairan hangat. Dan gw

mencapai ujungnya, “ra, mau keluaar” gw memperlambat gerakan gw, bersiap mencabut penis

gw. tapi kaki Clara mengikat gw makin kuat, bokongnya bergoyang seperti minta untuk gw

pompa lebih cepat. Tangannya mengunci di tengkuk gw. ia melepaskan ciumannya, berbisik di

telinga kiri gw “ga mau,ahhh... ga boleeeh,ahh... entot teruus...jangan dilepas...ahhh” gw hilang

akal, gw pompa Clara secepat dan sekeras yang gw bisa. “aaahhhh iyaaaahhhh...teruuus”

Clara kian meracau. Gw gabisa nahan muatan penis gw lagi. Satu hentakan terakhir penis gw

masuk sedalam mungkin ke vagina Clara, dan langsung memuntahkan lava putih hangat di

liang rahim Clara. tubuh gw bergidik, 7 semprotan bersarang dalam vaginanya. “aaaaaahhhh

enaaaaak” Clara mendesah dan meracau ketika ia gw rangkul erat sambil penis gw

memuntahkan seluruh muatannya.Setelah yakin semua muatannya keluar,Clara baru melepas seluruh kunciannya dan baru gw

cabut penis gw. gw duduk di antara paha Clara, melihat lava putih perlahan meleleh keluar

bercampur cairan hangat dari vagina yang menganga. Tangan Clara menengadah ke atas

minta gw memeluknya. Gw tidur di sampingnya dan memeluk Clara erat. Kami kembali

berciuman sebentar. “enak banget mas, sumpah demi apapun enak” puji Clara. gw hanya

menjawab dengan senyuman. Beberapa menit mengisi tenaga, Clara kemudian bangkit dan

pergi ke kamar mandi untuk membersihkan vaginanya. gw pindah tiduran di kasur. Pikiran gw

baru agak jernih, inget kalo gw buang muatan di dalam. Deg-degan juga sih. Clara keluar dari

kamar mandi, gw masih ga berani bilang apa-apa. ia kemudian duduk di bibir ranjang. Melihat

gw dengan mata penuh kepuasan, kemudian pandangannya perlahan turun ke penis gw yang

sudah menyusut. Ia kemudian membelai penis gw. “ntar kalo udah gede, ngentot lagi ya... Clara

ketagihan” goda Clara. “itu, peju, gapapa?” gw panik sampe gabisa ngomong kalimat lengkap.

Clara tersenyum, “kondom itu proteksi lemah, sering sobek, kalo KB 99% aman”. Dan gw bisa

napas lega atas jawaban itu, pantas Clara pede banget untuk gw keluar di dalam.

Hujan masih mengguyur deras, dan waktu sudah menunjukan tengah malam. Clara

merebahkan dirinya di samping gw, di kasur yang sempit ini sehingga kami harus tidur miring

agar muat. Clara tiduran membelakangi gw. “mas, Clara boleh nginep aja ga? Udah tengah

malem” ujarnya tetiba. Gw merangkul perutnya sambil membalas, “baru mau minta kamu

nginep aja daripada tengah malem pulang, hahaha”. Clara tetiba membalikan tubuhnya

sehingga tidur miring menghadap gw. “iya mas boleh? Asyik” serunya kemudian mengecup bibir

gw, lalu tersenyum manja. Tangan gw beranjak naik dan mengusap rambutnya. Gw kemudian

tidur telentang, tangan kiri gw menjadi bantal Clara, ia tidur sambil memeluk gw. tangan kiri gw

mengusap-usap rambutnya. Malam kian larut, kami tidur tanpa mengenakan apapun yang

menutupi tubuh kami. ga butuh waktu lama hingga Clara terlelap, mungkin ia sudah kelelahan.

Pagi menjelang, gw bangun dan melihat jam, baru jam 6. Clara sudah tidur berubah posisi,

miring membelakangi gw. perlahan gw rangkul perutnya, berbisik di telinganya. “Clara, udah

pagi, bangun”. Ia masih pulas tertidur. Beberapa kali gw membangunkannya dan tidak ada

respon. Perlahan gw berbisik, kemudin iseng gw mengendus di lehernya. Clara bergidik namun

masih pulas. Tangan kanan gw naik perlahan dari perutnya, menuju dadanya yang tumpah

ruah. Gw elus perlahan, masih ga ada respon. Gw kemudian cubit pelan putingnya. “mmhh...”

Clara bergidik sambil sedikit mendesah. Beberapa kali gw cubit perlahan putingnya, kemudian

gw remas pelan dadanya, kiri kanan bergantian. “mhhh, aaahhhh” Clara mendesah sambil

masih terlelap, jadi seperti mengigau. Gw mainkan kedua putingnya, sambil gw jilati lehernya.

Clara semakin mendesah, namun belum ada tanda ia bangun. Tangan gw turun dari dadanya

menuju bokongnya. Gw cubit bokongnya, dan ia masih juga belum bangun. Kemudian tangan

gw turun sedikit ke selangkangannya, gw elus vagina yang mengintip di antara kedua belah

bokongnya. “ahhhh...ahhh” Clara mendesah, bokongnya bergoyang mengikuti pola elusan jari

gw di bibir vaginanya. gw kemudian memainkan Clitorisnya yang terjepit di antara bibir vagina

dan pahanya. “aaahhhh...mmmmm” desahan Clara makin mejadi, tubuhnya bergoyang, namun

masih seperti orang mengigau. Vaginanya perlahan basah, dan bahkan sudah hampir banjir.Penis gw udah berdiri tegak, antara sange dan berdiri ketika pagi. Gw selesaikan gesekan

jemari gw di vagina Clara. gw kemudian memegang penis gw, mengarahkannya ke antara dua

bokong Clara. gw gesekan perlahan penis gw di bibir vagina yang mengintip tersebut. “mmhhh”

Clara mendesah kembali, disertai bokongnya yang bergoyang perlahan. Gw mengira-ngira di

mana letak lobang vaginanya, gw arahkan kepala penis gw tepat di depan lobang vaginanya,

dan perlahan gw memasukan penis gw ke dalam vagina Clara. kepala penis gw kini sudah

masuk, menyisakan batang penis yang sudah keras di luar. Tangan kanan gw kemudian

meremas melebarkan bokong Clara dan dengan kekuatan penuh gw benamkan seluruh penis

gw ke dalam vagina Clara. “huaaaaahhh” Clara sedikit berteriak ketika sodokkan gw langsung

membenamkan seluruh penis gw ke dalam vaginanya yang sudah basah. Langsung gw sodok

cepat Clara. posisi ini membuat vaginanya terasa lebih sempit. Penis gw seperti dijepit oleh

ruang hangat yang telah basah. Tangan kanan gw naik dan langsung meremas dada Clara.

Beberapa lama gw menggoyang Clara barulah ia bangun, “mmhhh aaahhh maas enaaaak,

teruuus” Clara bangun langsung meracau. Tangannya langsung merangkul kepala gw. tangan

gw kemudian mengangkat kaki kanan Clara, membukanya lebar, kemudian tangan gw langsung

menyusup ke perutnya dan turun ke vaginanya. di balik rambut-rambut halus vagina itu gw

mainkan Clitoris Clara sambil masih memompanya. Kepala Clara menengadah sambil terus

meracau “hhhaaaahhh teruus... teruus mas teruus, Clara mau pipis”. Beberapa sodokan

kencang membuat tubuh Clara membusung, tangannya kencang merangkul kepala gw,

tubuhnya bergetar, sesaat kemudian gw merasakan penis gw diguyur cairan hangat yang begitu

deras disertai lenguhan panjang Clara. memastikan ia selesai orgasme baru gw cabut penis gw,

dan cairan putih mengalir keluar vaginanya, membasahi bulu-bulu halus yang sudah lembab.

Gw kemudian membalik tubuh Clara, memeluknya erat dan mencium bibirnya mesra, “selamat

pagi Clara”. Clara tersenyum manja, ia memeluk gw erat sehingga penis gw yang masih berdiri

tegak menempel di perutnya. “pagi mas, pagi-pagi Clara udah dientot aja mas” timpalnya sambil

tersenyum manja. “ya kamu dibangunin ga bisa, memek udah basah, tusuk aja lah, hehehe.

Marah ya?” balas gw kemudian. Clara menggeleng, “enggak, alarmnya enak banget mas. Clara

biasa bangun sebel kalo bunyi alarm, kalo ini enak”. Jawaban diiringi dengan tawa kami pagi

itu. “kamu enak, mas kentang nih” timpal gw. “uuu kaciaan dedeknya belum keluar yaa” canda

Clara sambil tangannya perlahan mengocok penis gw yang masih berdiri tegak. “masukin lagi

ya?” tanya gw minta ijin. Clara bangkit duduk sambil tangannya masih memegang penis gw.

“bukan ga mau mas, Clara lemes entar gabisa kuliah, disepong aja yaa?” jawabnya. Yang tanpa

menunggu balasan gw, wajahnya mengarah ke penis gw dan langsung menjilati kepala penis

gw. perlahan Clara mengulum penis gw sambil tangannya mengocok batang penis gw. kuluman

yang penuh gairah disertai lenguhan-lenguhan yang bisa gw dengar di sela-sela kulumannya.

Clara kemudian memposisikan tubuhnya berlutut di antara paha gw. ia melepas kulumannya,

menegakkan penis gw, kemudian menjepitnya di antara kedua dadanya. Ya, dada Clara cukup

besar untuk bisa benar-benar menjepit penis gw dan mengocoknya. Namun posisi ini keliatan

susah buat dia. Jadi gw minta ia berhenti dan tidur telentang di tempat gw. kemudian gw

berlutut di atas perutnya, ia kembali menjepitkan dadanya di penis gw. gw bergerak majumundur beraturan dengan pola Clara mengocokkan dadanya. Sesekali kepalanya berusaha menjangkau kepala penis gw. agak susah keliatannya tapi ia berhasil mengulum kepala penis gw sambil dadanya mengocok penis gw. sensasi unik ini membuat gw sangat bergairah. Dan tak perlu waktu lama untuk gw sampai ke puncaknya. “ahhh mau keluaar” dan *crot crot crot crot* empat semburan bersarang ke wajah cantik Clara. ia menjilati sperma gw yang mendarat di sekitar mulutnya. Clara tersenyum puas dengan wajah belepotan sperma.

Rehat sejenak baru kami kemudian mandi. Jujur kamar mandi gw ga cukup lebar untuk bisa dipakai berdua. Sehingga tak banyak yang bisa kami lakukan. Setelah Clara membersihkan sperma gw yang mulai mengering di wajahnya, kami mengguyur badan masing-masing. Clara menuangkan sabun di dadanya, dan menggunakan dadanya untuk menyabuni gw. ia menempelkan dadanya di seluruh tubuh gw, kemudian berlutut dan membenamkan penis gw yang masih tertidur di dadanya. “dedek bangun dedek” candanya sambil menggosok-gosokan dadanya yang penuh sabun di penis gw. “jangan ganggu dedek tidur, ntar kalo bangun kamu lemes” balas gw disertai tawa Clara. selesai menyabuni gw. Setelah sedikit membilasnya, gantian gw menuangkan sabun di telapak tangan gw dan mulai menyabuni tubuh Clara. ia berdiri membelakangi gw. gw oleskan ke seluruh tubuhnya, dan terakhir dadanya. Gw mengolesi sambil meremas-remas dadanya. Tubuhnya mencilat, air bercampur sabun diterpa cahaya. Membuat perlahan penis gw bangkit kembali. Gw kemudian mencoba mengambil sikat gigi, namun sengaja menjatuhkannya. “yah ambilin dong tolong” pinta gw. Clara membungkuk berusaha mengambil sikat gigi yang terjatuh, dengan cepat gw arahkan penis gw yang sudah meninggi ke vagina clara, “aaaaahhhhhhh” Clara melenguh kencang ketika penis gw menyeruak masuk ke dalam vaginanya. tangannya yang semula ingin mengambil sikat gigi langsung bertopang ke tembok. Gw memegang panggul Clara sebagai tumpuan dan langsung memompanya perlahan. “sshhh aahhh alibi banget ngambil sikat gigi maas...ahhh” Racau Clara menyadari permintaan gw Cuma alibi. “ahh mas, enak...ahhh, udah jam segini mas...ahh” Clara meracau keenakan namun juga menyadari jam kuliahnya hampir tiba. Baru sekitar 3 menit gw cabut penis gw. ga enak juga kalo dia ampe ga masuk kuliah, kentang sebenernya sih, tapi mau gimana lagi. Clara bangkit, membilas tubuhnya. Kemudian berbalik dan langsung mencium gw. lidahnya langsung liar menyeruak. Gw membalas pelukannya, sambil meremas bokongnya. Cukup lama kami berciuman, hingga Clara yang melepaskan ciuman kami. ia kemudian menggenggam penis gw, “sabar ya dedek, nanti Clara puasin kamu deh” ujar Clara. “janji?” tanya gw kemudian. Clara membalasnya dengan senyuman nakal, lalu memeluk gw.

Selesai mandi kami bergantian handukan. Keluar kamar mandi gw duduk di bibir ranjang. Gw memandanginya yang sedang mengeringkan tubuhnya. Ia sadar kalo pandangan gw tertuju padanya ketika ia akan memakai celana dalamnya, “kenapa mas?” tanyanya. “yah kamu make baju, mau liat kamu telanjang lebih lama” jawab gw sambil terus memandangi dadanya yang berguncang liar. “iya mas entar kita main lagi, puasin deh liat Clara telanjang” jawabnya sambil berpakaian. “masih lama ya? Pengen terus liat kamu telanjang aja boleh?” tanya gw diselingi sedikit tawa. “yeeh masuk angin dong clara kalo telanjang terus” jawab Clara setengah bercanda. Selesai berpakaian, kami kemudian turun. Gw mengantar Clara ke kosannya, untuk berganti baju dan menyiapkan bawaan kuliahnya. Kemudian berangkat menuju kampus 

Wednesday, July 20, 2022

MAMAKU YANG NACKAL

 kedalam kelas untuk memberikan pelajaran yang paling kubenci. Pak Kuntoro adalah guru mata pelajaran fisika disekolahku. Entah kenapa setiap kali pelajarannya jam terasa begitu lama sekali untuk berputar.

"Teeettttt" inilah saat yang kutunggu tunggu dimana bel sekeloh berbunyi menandakan jam pelajaran fisika telah habis sekaligus waktunya untuk pulang.

Akhirnya pelajaran yang sangat amat kubenci ini selesai juga. Aku segera memasukan buku buku pelajaranku kedalam tasku dan langsung pergi meninggalkan kelas dimana Pak Kuntoro masih ada didalamnya. Aku berjalan pelan pelan menuju rumahku maklum anak SMP belum boleh menggendarai kendaraan bermotor. Sebenarnya orang tuaku menyurhku untuk kesekolah memakai sepeda tapi akunya aja yang menolak dengan alasan sekolah sama rumahkan deket ngapain naik sepeda. Aku terus berjalan menuju rumahku hal ini sudah menjadi rutinitasku sehari hari, mungkin udah kebiasaan iya makanya aku gak merasa capek.

Oh iya perkenalkan namaku Toni usiaku baru 15 tahun. Aku termasuk anak yang bongsor diusiaku bagaimana tidak tinggi badanku aja 162cm dan berat badanku 58kg jelas saja aku terlihat paling besar dikelasku bahkan disekolahku. Wajahku sih termasuk anak yang bisa dikatagorikan sebagai anak yang cakep apalagi ditambah kulitku yang putih dan hidungku yang mancung mebuat banyak cewek cewek centil disekolahku yang naksir aku tapi aku gak mau dengan alasan aku masih fokus untuk belajar, sebenarnya bukan itu juga alasannya tetapi aku lebih suka ama cewek yang usianya jauh lebih tua dariku.

Siang itu aku terus berjalan menuju rumahku, terasa sekali terik sang mentari yang menyegngat kulit putihku ini, rasa dahaga kini mulai menyiksaku sehingga kuputuskan untuk berhenti sejenak disebuah warung yang sudah dekat dengan rumahku hanya sekedar membeli minuman dingin pelepas dahaga setelah itu baru kulanjutkan perjalanan menuju rumahku. Sampai dirumah kulihat rumah seperti dalam keadaan kosong.

"Ma Mama" kupanggil Mamaku tapi tak ada jawaban darinya mungkin Mama lagi keluar pikirku.

Setelah mencari Mama keliling rumah tapi tak juga ketemu yasudah aku langsung masuk kekamarku untuk segera menganti pakaian seragamku. Karena cuaca hari ini begitu panas aku putuskan untuk tak memakai baju. Setelah kulepas semua pakaianku aku langsung tidur dan hanya menutupi tubuh bugilku dengan sebuah selimut. Ketika sedang enak enak terttidur tiba tiba Mamaku masuk kedalam kamarku dan membangunkanku.

"Ton bangun bangun" Mama mencoba membangunkanku yang sedang tertidur siang itu.

"Ada apa sih ma Toni capek banget nih mau istirahat" aku masih saja enggan untuk bangun dari tidurku."Kamu gak makan siang dulu apa?" Tanya Mama sembari mencoba untuk membanggunkanku

lagi.

"Nantik aja Ma Toni masih males masih pengen tidur" jawabku kepada Mamaku

"Yaudah kalau gitu Mama juga mau tidur siang dulu. Awas iya kalau nantik Mama udah tidur

kamu bangunin kayak biasanya" Mamaku lalu keluar dari kamarku. Aku sendiri langsung

melanjutkan tidurku yang sempat terhenti akibat Mama.

Kenalakan Mamaku bernama Indri usianya 39tahun tapi diusianya yang sudah hampir

menginjak kepala empat Mama masih terlihat sangat cantik dan terbukti apabila Mama keluar

rumah banyak sekali lelaki lelaki buaya yang selalu menikmati kecantikan wajah Mama. Tak

berhenti disitu kulit Mama juga putih dan mulus seperti tak ada cacatnya sama sekali. Dengan

tinggi badan 165cm dan dipadu dengan berat badan 55kg membuat tubuh Mama terlihat ideal.

Ditambah lagi payudaranya yang besar kira-kira ukurannya 38B dan bongkahan pantat yang tak

terlalu besar tapi masih kenceng membuat mata lelaki seperti mau copot bila melihatnya.

Sore harinya aku terbangun dari tidurku karena perutku terasa lapar sekali. Seperti biasanya

aku langsung keluar dari kamarku dan mencari keberadaan Mamaku. Aku langsung saja

menuju kamarnya tapi Mama gak ada disana padahal tadi dia bilang mau tidur tapi kok gak ada

iya. Mungkin Mama udah bangun dan seperti biasanya kalau sore Mama pasti lagi dihalaman

belakang ngerawat bunga bunga kesayangannya. Benar dugaanku Mama memang ada disana

saat itu.

"Ma Toni laper, makan apa nih?" Tanyaku pada Mama yang masih asik merawat bunga bunga

kesayangannya.

"Tadi katanya males makan" ucap Mama tanpa menoleh kearahku.

"Ayolah Ma masak gitu aja Mama marah?" Aku berusaha memlas pada Mamaku dan biasanya

kalau pakai jurus ini selalu berhasil meluluhkan hati Mama.

"Tadi Toni beneran capek Ma"

"Iyaiya kamu ini selalu kok" mama mulai beranjak dari tempatnya merawat bunga dan berjalan

masuk kearah rumah. Tiba-tiba langkahnya terhenti.

"Aaaahhhhhh" teriak Mama saat Mama melihatku. Aku sebenarnya juga bingung kenapa Mama

teriak seperti itu.

Setelah lama berpikir akhirnya aku sadar kalau aku lupa memakai baju, jadi aku saat ini dalam

keadaan benar benar telanjang.

"Maaf maaf Ma Toni lupa kalau Toni belum pakai baju" aku spontan langsung menutupi

kemaluanku yang sudah mulai ditumbuhi bulu bulu tipis dengan kedua tangganku."Kok bisa lupa gak pakai baju ituloh?" Kelihatan kalau Mama seperti tidak menutup matanya

dengan sungguh sungguh terlihat dia sedikit mengintip disela sela jari tanggan yang menutupi

matanya.

"Namanya aja orang lupa Ma, wajar ajakan Toni juga baru bangun tidur" jawabku seadanya.

"Yaudah cepet sana masuk pakai bajumu Mama mau nyiapin makanan buat kamu" mendengar

kata kata itu aku langsung masuk kekamarku dan langsung memakai baju.

Setelah memakai baju aku keluar dari kamarku menuju meja makan, tampak disana ada Mama

yang sedang sibuk menyiapkan makanan untukku. Sampai dimeja makan aku sangat terkesima

melihat pakaian yang sedang digunakan oleh Mama, dia munggunakan daster tipis tanpa

lengan dengan belahan dada yang sangat rendah sehingga tampak jelas belahan payudaranya

yang menggoda dan panjang daster bagian bawahnya hanya 10 centi dibawah pangkal paha.

Melihat pemandangan yang seperti ini sontak membuat Si Jago langsung berdiri seketika.

Ketika Mama sudah selesai menyiapkan makanan untuku dia langsung menggambil posisi

duduk disebelahku dengan otomatis daster yang dipakainya tertarik keatas, kini paha mulusnya

semakin terlihat jelas. Aku tak kuasa melihat pemandangan ini ingin sekali kuelus paha mulus

milik Mama.

"Ton itu kenapa kok bisa seperti itu?" Tanya Mama sembari menunjuk kearah Si Jago. Hal ini

benar benar membuatku sangat malu.

"Ehhh anu Ma Toni sendiri juga gak tau kenapa kok tiba tiba seperti ini" kataku yang gelagapan

menjawab pertanyaan dari Mama.

"Gak mungkin ah kamu gak tau penyebabnya" sepertinya Mama tau apa penyebab Si Jago

junior berdiri.

"Ahh Mama beneran Toni gak tau" sebenarnya saat ini aku benar benar maulu banget sama

mama, gara gara Si Jago yang gak bisa diajak kompromi.

"Yaudah deh kalau gak tau" sekarang Mama sudah memalingkan pandangannya kearah lain

dan tidak lagi memandang Si Jago yang sedang berdiri tegak menantang.

"Panas juga iya Ton cuaca sore ini? Pantas kamu tadi gak pakai baju" ucap mama sambil

mengibas ngibaskan tanggannya kemukanya.

"Iya Ma" sekarang aku sedikit lega karena mama tak lagi memandangi penisku.

"Sepertinya enak juga iya Ton kalau buka baju?" Mama langsung bangkit dari tempat duduknya

dan melepas daster yang sedang dikenakannya. Kini terpampang jelas BH dan CD Mama yang

berwarna putih.Melihat apa yang dilakukan oleh Mama membuat penisku semakin tegang seperti tak

terkendali, nafasku kini mulai memburu, dan jantungku seakan terpacu dengan begitu kencang.

Beda sekali dengan Mama yang terlihat sangat santai memamerkan bentuk tubuhnya

dihadapanku.

"Loh ada apa Ton kok kamu ngelihatin Mama seperti itu? Ada yang salah sama Mama?"

Ucapan Mama sepertinya tidak merasa bersalah sama sekali.

"Ee....eeenggakk kookk Ma" jawabku yang terbatah batah karena perasaan gugup yang

melandaku saat ini.

"Kok kamu malah gugup gitu seh? Hayo kamu horni iya ngelihat Mama dalam keadaan seperti

ini" Mama terus saja mengodaku sepertinya dia tau bahwa aku saat ini sudah sangat

terangsang oleh tingkahnya.

"Apaan sih Mama ini" aku yang sudah tidak kuat melihat hal ini langsung meninggalkan meja

makan dan langsung menuju kamarku.

Didalam kamar aku terus saja memikirkan hal yang baru saja kualami. Aku terus memikirkan hal

itu sampai malam harinya aku susah untuk tidur alhasil besoknya aku bangun kesiangan dan

dengan terpaksa juga akhirnya aku bolos sekolah.

"Kok baru bangun sih Ton? Sudah jam berapa ini?" Sapa Mama ketika aku keluar dari kamarku.

"Iya Ma maaf semalam Toni gak bisa tidur, gak tau kenapa kok semalam mata Toni kayaknya

gak mau buat dipejamin" jawabku kepada Mama sambil mengucek ngucek mataku yang masih

sulit untuk melek.

"Yaudah sana mandi dulu gih habis mandi terus sarapan" setelah selesai ngomong mama

langsung pergi meninggalkanku.

Aku segera mandi dan setelah mandi seperti perintah mama aku langsung sarapan karena

makanannya sudah disiapkan sama mama. Saat aku sedang asik asiknya makan Mama

mendatangiku dan alangkah kagetnya aku Mama kini hanya memakai BH dan CD yang

berwarna hitam kontras sekali dengan warna kulitnya yang putih. Melihat hal itu dengan cepat

penisku berdiri seperti kemarin. Kini Mama mengambil posisi duduk disampingku.

"Gimana Ton enak masakan Mama? Tanya Mama ketika dia sudah duduk disebelahku.

"Ehhhh anu anu enak kok Ma"

"Iya udah terusin makannya iya sayang""Iiiiyyaaa Mmmaaaa" aku semakin gugup saat ini melihat BH dan CD Mama yang sangat

mengairahkan menurutku.

"Kok kamu kayak orang gugup gitu sih sayang? Emangnya ada apa?" Tanya Mama yang

sebenarnya sudah mengerti keadaanku saat ini.

"Gapapa kok ma" jawabku singkat.

"Mama kok gak pakai baju lagi sih?" Aku mencoba protes dengan hal yang dilakukan oleh

Mama.

"Kan Mama tadi habis senam jadi Mama gerah sayang makanya Mama gak pakai baju gini"

Mama mencoba menjelaskan kepadaku.

"Emang kenapa sih sayang? Ada yang salah kalau Mama seperi ini? Toh disini juga gak ada

siapa siapa cuma ada kamu" kini Mama yang mencoba protes kepadaku.

"Yaudah deh terserah Mama aja kalau gitu" kataku sok cuek dengan perilaku Mama padahal

aku sangat menikmati apa yang dilakukan Mama saat ini.

Setelah makan aku langsung nonton TV sedangkan Mama sibuk untuk mencuci piring yang

dipakai untuk sarapan tadi. Setelah mencuci piring Mama langsung duduk disebelahku.

"Waduh gara gara cuci piring nih BH mama jadi basah" Mama memegang BHnya yang

memang basah terkena cipratan air, dan tanpa diduga Mama mencopot BHnya yang basah

hinga kini menyembulah dua bongkahan payudara Mama yang bebas tanpa penutup apa-apa.

"Loh kok dicopot BHnya Ma?" Tanyaku yang pura pura bingung melihat tingkah Mama tapi

penisku seakan tak bisa berbohong kalau aku menikmati pemandangan ini.

"Kan BHnya basah sayang, nantik malah Mama masuk angin kalau BHnya gak dilepas" Mama

kini memegang payudaranya seolah olah mengelapa payudaranya yang basah akibat terkena

cipratan air tadi.

"........" Aku hanya diam tak menjawab dan mataku terus mengamati setiap adegan yang

dilakukan oleh Mama disampingku.

"Hayo kamu lagi liat apa? Kamu horni iya" Mama kembali mengodaku.

"Eee....eenngggaakkk kkoookkk Maaaa" jawabku mengelak.

"Gak apa? Ini buktinya kemaluanmu udah berdiri" kini Mama sudah mulai meremas remas

penisku.

"Eehhhh eeehhhh aaddduuu Maaaa" aku mengeluh menahan nikmat sensasi yang diberikan

oleh Mama."Enak sayang? Sekarang dilepas iya celananya" Mama kini menarik celana kolor yang kupakai

saat itu beserta CDku juga.

"Wow besar juga iya kontolmu Ton" seprtinya Mama sangat terkesima melihat ukuran penisku

yang lumayan besar.

Mama lalu mengocok dengan lembut batang penisku, nikmat sekali rasanya mungkin karena ini

pertama kalinya penisku dijamah oleh seorang wanita. Dengan telaten Mama terus mengocok

batang penisku. 10 menit lebih Mama sudah masih saja mengocok penisku dengan tempo yang

naik turun kadang cepat kadang pelan tapi cara itulah yang membuatku semakin merasakan

nikmat. Kini Mama mendekatkan bibirnya kearah batang penisku, mula mila dijilati terlebih

dahulu kepala penisku.

"Uuuhhhhh aaaahhhhh eeeennnnaaakkkk baaangggeeettt Maaaa" aku terus meracau

merasakan nikmatnya jilatan dari Mama pada ujung penisku.

Tampaknya Mama sangat mahir memperlakukan batang seorang lelaki. Kini Mama mulai

memasukan penisku kedalam mulutnya, dikulumlah penisku oleh Mama. Hangat sekali rasanya

dan ketika Mama mulai memajukan mundurkan mulutnya lagi lagi rasa nikmat kurasakan

hingga penisku terasa sangat geli sekali seperti ada sesuatu yang berontak ingin keluar dari

lubang penisku. Rasa geli semakin lama semakin parah hingga aku benar benar tank mampu

menahannya dan akhirnya "cret cret cret" entah berapa kalo spermaku tumpah didalam mulut

Mama. Yang membuatku heran saat itu Mama tanpa rasa jijik sama sekali menelan seluruh

spermaku yang ada dimulutnya.

"Ton tolong jilatin tetek Mama dong" Kini posisi Mama berbaring tepat disebelahku.

Aku hanya mengangguk menangapi perintah yang diberikan oleh Mama. Mula mula kukulum

puting susu Mama, terlihat Mama hanya meringis menahan geli karena puting susunya

kukulum. Semakin lama kulumanku berubah menjadi sedotan pada puting susunya. Kusedot

terus puting susu Mama hingga puting yang awalnya berwarna coklat kin berubah menjadi putih

pucat. Kini Mama mengarahkan tangganku kearah payudaranya yang satunya, aku tau apa

maksud dari Mamaku. Segera kuremas remas payudaranya sedangkan mulutku tak berhenti

dengan kegiatan mengulum dan menyedot.

"Aaaahhhh uuuusssshhhhh tteeerrruuussss Rrrroooonnnn tttteeerrruuussss" kini mulai

terdengar racauan yang keluar dari mulut Mama.

Mama sepertinya tidak ingin aku menghentikan kegiatanku ini terlihat dari tanggannya yang

terus menahan kepalaku agar terus berada dipayudaranya. Mama sepertinya sudah sangat

terangsang dengan kegiatan yang aku lakukan.

"Stttoooppp Tooonnn hhhheeennnttttiiiiiikkkaaaannnn" mendengar hal itu aku sempat kaget dan

menghentikan kegiatan yang kualakukan saat ini."Sekarang kamu jilatin memek Mama"

Bagai kerbau yang dicucuk hidungnya aku menuruti saja apa perintah yang diberikan oleh

Mamaku. Kubuka CD Mama yang masih melekat ditubuhnya, ternyata CD Mama saat itu sudah

sangat basah. Ketika CD Mama sudah terlepas aku dengan cepat menjilati memek Mamaku

seperti apa yang diperintahkan olehnya. Bau khas kewanitaan Mama membuatku semakin

bernafsu untuk segera menjilati vagina Mama.

"Uuuhhhhh uuuhhhhhh sssssttttthhhhh ennnnaaakkk

tttttooonnnn tteeerruuuussss

aaaaauuuhhhhh" racau Mama saat aku mulai menjilati lubang kewanitaaannya.

Terus kujilati bibir vagina Mama dan sesekali kucoba memasukan lidahku kedalam liang

vaginanya. Kini tanggan Mama seperti menahanku agar aku tidak menghentikan kegiatanku

pada vagina Mama. Kini vagina Mama sudah semakin basah karena jilatan yang kuberikan.

Puas dengan lubang vagina Mama kini keletitnya yang menjadi sasaranku. Tubuh mama

bergetar ketika lidahku menyentuh keletitnya. Melihat hal itu aku semakin bersemangat untuk

memainkan keletitnya. 5 menit aku bermain dengan keletit Mama tiba tiba tubuh Mama

mengelijang dengan hebat, tanggannya seperti menekan kepalaku sampai sampai aku sulit

untuk bernafas.

"Oooooohhhhhhhhhhh" teriak Mama yang dibarengi dengan cairan yang keluar dari dalam

vaginanya. Kepalaku yang masih ditahan oleh kedua tangan Mama membuatku dengan

terpaksa harus menerima cairan yang keluar dari vagina Mama.

Mama melapaskan tanggannya dari kepalaku, akhirnya aku bisa bernafas dengan lega. Tapi

tiba tiba mama mendorongku hingga aku jatuh terlentang dilantai rumahku. Tak lama kemudian

Mama beranjak menuju keatas tubuhku dan mengarahkan penisku agar masuk kedalam lubang

segama milik Mamaku. Dengan telaten Mama memasukan penisku kedalam vaginanya dan

pelan tapi pasti akhirnya penisku masuk sedikit demi sedikit kedalam lubang vagina Mamaku.

Rasa hangat terasa menjalar didaerah penisku saat penisku masuk kedalam vagina Mama. Kini

Mama mulai mengerakan badannya naik turun. Semakin lama gerakan yang dilakukan Mama

semakin cepat, sesekali Mama melakukan gerak memutar seperti goyang ngebor milik artis

dangdut Inul Daratista. Semakin lama goyangan Mama terasa semakin nikmat.

"Aaahhhh nniikkkmmmaaatttt sssseeekkkkaaaallllllllliiiii Maaaaaa"

"Aaaauuuuuhhhhh aaauuuhhhhhhhh iiiiiyyyaaaaa Sssaaayyyyaannngg kkoooonntttoollllllmuuuu

jjuuugggggaaa eeennnaaakkk"

"Aayyyoooo Maaaaa lllleeeebbbbiiihhh ccceeepppaatttt llllllaagggiiiii Maaaaaa"

"Iiyyyaaaaaa Ssssaaayyyyaaannngggg iiiiiiiiiyyyyyaaaaa"Kami berdua terus meracau menahan nikmat yang tiada tara. Goyangan Mama semakin lama juga semakin cepat membuatku semakin kelonjotan melayaninya.

"Ton Mama...........Mama mauu keeelllllllluuuuuaaaarrrrrr aaaahhhhhh" racau Mama semakin menjadi kini tubuhnya mngeliat seperti cacing kepanasan dan jatuh menimpahku.

Kubalikan tubuhnya tanpa melepas penisku dari lubang vaginanya. Aku mulai mengerakan badanku maju mundur memompa vagina ibuku.

"Aaaahhhhhh ahhhhh aaaaahhhhhhhhwwww" Mama terus mendesah menerima genjotan yang kuberikan. "Aaahhhhhhh eeennnaaakkkkk Saaaayyyyaaaannnggg eeeeennnnaaakkkk"

Mendengar desahan demi desahan yang keluar dari mulut Mama membuatku semakin bernafsu, kupercepat gerakanku hingga terdengar keras sekali suara kemaluan aku dan Mama beradu. Hampir 15 menit aku terus memompa vagina Mama kini saatnya orgasmeku datang,

terasa sangaty geli sekali sehingga aku tak mampu untuk menahannya dan akhirnya "crrreeettttt cccrrrrreeetttttt cccrrrrreeettttt" entah berapa kali spermaku menyembur menyirami rahim dan vagina Mamaku. Setelah itu tubuhku tergeletak lemas diatas tubuh Mama. Peniskupun tetap kubiarkan berada didalam vagina Mama, tapi lama kelamaan penisku menyusut menjadi kecil hingga terlepas dengan sendiri dari vagina Mamaku. Akhirnya kami berdua tidur didepan tv berdua dengan keadaan telanjang.

Sorenya mama membangunkanku karena Ayahku akan segera pulang. Mendengar kabar itu sontak aku langsung bergegas lari menuju kamarku. Kami terus melakukan hubungan terlarang ini ketika aku pulang sekolah karena tak mungkin bila malam hari kita melakukan hubungan ini.