Friday, July 29, 2022

PERMAINAN SERU

 PERMAINAN SERU

Selama di SMA, saya mempunyai kelompok teman yang selalu bermain bersama, 4 anak laki-laki dan 7 anak perempuan. Sebagian besar teman-teman saya melanjutkan ke perguruan tinggi di luar negeri karena memang sekolah saya termasuk sekolah elite di kota J yang menghasilkan siswa-siswi dengan hasil lulusan yang cukup . baik. Karena saya berasal dari keluarga ekonomi menengah, pilihan sekolah ke LN menjadi tidak mungkin. Dari kelompok kami hanya tersisa 3 teman perempuan dan saya. Kami bingung mau melanjutkan ke mana, tetapi akhirnya kami memutuskan untuk ke kota B yang mempunyai beberapa universitas swasta dan negeri yang cukup terkenal.

Saya, Rika, Nova, dan Jenni memutuskan untuk mendaftar bersama ke kota B. Di sinilah petualangan kami dimulai. Kami berkumpul bersama di rumah Jenni dan orang tuanya meminjamkan mobil mereka untuk kami pakai. Kami memang sering pergi berkelompok dengan meminjam mobil orang tua dan kadang sampai menginap beberapa hari di luar kota.

Jadi pada saat kami pergi, orang tua teman-temanku tanpa curiga mengijinkan putri-putri mereka berangkat ke kota B dan menginap tiga malam di sana. Sekalian liburan kata kami. Perjalanan ke kota B berjalan lancar dan kami menghadapi ujian masuk dengan kepercayaan tinggi. Maklum, kami semua termasuk berotak encer. Sore hari kami setelah selesai ujian masuk, kami segera mencari penginapan yang terkenal dengan daerah sejuknya di sekitar kota B. Kami menyelesaikan administrasi dan segera masuk ke kamar.

“Wah! Ternyata kamarnya besar juga yah! Ada ruang tamunya lagi,” kataku. “Idam, kamu tidur di sofa aja yah! Kita berdua ambil ranjangnya!” sahut Nova. “Yah… Curang… kan baru kali ini saya menginap bareng perempuan dalam satu kamar! Siapa tahu….” komplainku. “Maunya..” kata Jenni sambil mendorong diriku ke arah sofa.

Kami semua menjatuhkan pantat di sofa sambil melepas lelah. Setelah berbincang selama setengah jam mengenai soal-soal Ujian masuk tadi siang, kami pun bergantian mandi menyegarkan badan. Kami pun memesan makan malam dari room service karena kami terlalu lelah untuk keluar mencari makan. Rika akan menyusul besok pagi dan ketemuan di kota B.

Dia sudah menghadapi ujian masuk seminggu lalu. Pilihan universitasnya berbeda. Oh iya, saya belum menjelaskan penampilan teman-teman saya. Rika : Gadis ini pemalu dengan badan kecil yang sangat indah. Saya tahu ini karena Rika sangat suka memakai baju yang menunjukkan lekuk badannya. Dadanya berukuran sedang saja, 34B (saya tahu setelah melihat BH- nya dan BH yang lain nanti). Kecil-kecil imut merupakan kesan yang diberikannya.

Senyumnya manis sekali. Nova: Gadis ini juga berbadan kecil tetapi dengan dada yang terlihat jauh lebih besar daripada milik Rika. 34C ukuran BHnya. Mulutnya kecil dengan bibir tipis yang memberikan senyum menggoda. Hampir semua anak laki-laki di sekolahku mengejar dia. Manis dengan dada besar. Siapa yang tidak tertarik? Jenni: Gadis bertubuh jangkung yang senang memakai kaos longgar dan berjiwa bebas. Asyik diajak bertukar pikiran, pintar, dan sedikittomboi. Senang sekali olahraga dan sangat jago bermain volley. Paling enak jadi lawan

mainnya di lapangan. Posisiku sebagai tosser sering membuatku berada di depan net dan

berhadapan muka dengan Jenni. Posisi siap menerima bola dan kaos longgarnya sering

mengganggu konsentrasiku di lapangan.

Jenni : “Mau ngapain nih? Baru jam 6 sore kita dah selesai makan malam.” Nova : “Kita main

kartu aja yuk” Idam : “Memangnya bawa?” Nova : “Bbawa kok. Rika, ayo dikeluarin. Kita main

poker aja.

Pakai uang bohongan aja. Biar seru ada taruhannya.” Kami pun bermain selama satu jam

ketika Nova menyeletuk.

Nova : “Tidak seru nih.. bosan.. gimana kalau dibuat lebih seru?” Idam : “Maksud kamu, Nov?”

Nova : “Strip poker!!” “Gila kamu, Nov!” Nova : “Kaga berani?” Saya lagi terpatung dengan

keberanian ide Nova.

Jenni : “Siapa takut? Berani kok walau ada Idam!” Pipi saya jadi memerah dan berasa panas.

Ada rasa malu juga. Glek.. saya menelan ludah.. Ada kemungkinan dua gadis muda cantik

akan telanjang di depanku.

Nova : “Berani tidak, Dam? Diam aja. Malu yah telanjang di depan cewek-cewek?’ Wah, otakku

langsung berputar cepat. Harus memikirkan semua kemungkinan. Jangan sampai saya kalah

dan tidak melihat gadis-gadis telanjang.

Idam : “Berani dong! Tapi nanti kalian curang, kaga berani buka beneran!”

Nova : “Kalo ada yang kaga berani buka, kita semua yang paksa buka! Setuju tidak?” Kita

semua menganggukkan kepala menandakan persetujuan. Jantungku makin berdebar kencang

dan kelaminku mulai mengeras karena kemungkinan kejadian di depan mata.

Idam : “Ya dah.. Aturannya gimana nih Nov?”

Nova : “Kita semua punya modal 1000. Taruhannya setiap kelipatan 10 dan paling besar 100.

Kalau modal 1000 habis, gadaikan pakaian dengan harga 500. Setuju?” Kami semua setuju.

Idam : “Kita main sampai kapan? Sampai satu orang bugil atau sampai semua bugil?”

Nova : “Sampai semua bugil dong! Biar adil!!” Jenni: “Ok deh. Tapi kasihan Idam dong. Dia kan

paling cuma punya 3 potong baju. maksudnya cuma kaos, celana dan celana dalam. Kita

cewek-cewek kan kelebihan BH.” Nova : “Iya yah… ya udah biar adil, kita semua lepas BH

deh.”

Nova langsung dengan cekatan melepas BH merah mudanya tanpa melepaskan kaos dan

melemparkan BHnya ke mukaku. Harumnya BH langsung memenuhi hidungku. Tanpa kusadari

BH kedua pun mendarat di mukaku. Ini milik Jenni. BH dengan warna cream kulit.Hahahahaha… kamipun tertawa bersama. Nova : “Ayo mulai! Sudah adil kan, Dam? Kita

masing-masing cuma punya 3 modal.” Idam : “Sebentar.. pakaian yang sudah ditanggalkan bisa

dipakai lagi ga?”–

Nova : “Hmm… TIDAK BOLEH! Yang sudah lepas, tidak boleh dipakai lagi!” Idam : “Kalau yang

sudah bugil kalah lagi gimana? Kan modalnya habis!!” Nova : “Banyak nanya yah kamu, Dam!

Gimana Jen?” Jenni : “Boleh dipegang-pegang deh sama yang menang. Dipegang-pegang

selama 1 menit!” Wah asyik nih peraturannya… tetapi otakku sudah mulai pindah ke kelamin

nih.. “Pegang doang kaga seru ah, gimana kalo dadanya dihisap-hisap!”

Nova : “Ih kamu, Dam…. Mau dong!!” Dengan suara manisnya sambil melirik nakal ke arahku!”

Jenni dan Nova tertawa terbahak-bahak. Nova : “Tapi kalau kamu yang sudah bugil dan kalah

gimana, Dam? Saya hisap tititnya yah!!” Jenni : “Wah saya juga mau hisap titit Idam!”

Benar-benar tidak disangka! 3 tahun bersama di SMA, saya tidak menyangka teman-temanku

ini nakal juga. Permainan pun dimulai. Keahlianku bermain strip poker di komputer ternyata

sangat bermanfaat. Jenni segera kehilangan modal awal sehingga harus menggadaikan modal

berikutnya. Jenni hendak membuka celananya, tetapi dicegah oleh Nova. Nova :”Wah kaga

boleh sendiri yang nentuin buka celana. Idam, mau suruh Jenni buka apa?” Wow, thanks Nova!

Aku teringat kalau mereka sudah lepas BH, tentunya dengan melepas kaos, dada Jenni akan

terbuka.

Idam : “Tentu saja kaos dong. Kapan lagi bisa lihat payudara dari dekat!” Jenni dengan

malu-malu mulai melepas kaosnya dan dengan segera menutupi puting payudaranya dengan

satu tangan. Saya terkesima dengan pandangan indah di depan mata. Animasi strip poker di

permainan komputer tidak seindah pemandangan di depan mata. Nova : “Jen.. mana boleh

ditutupin dadanya. Buka dong!” Nova menggaet tangan penutup payudara dengan segera.

Jenni sedikit memberontak sambil memerah wajahnya. Jenni

tertarik tangannya,

memperlihatkan payudara terbuka dan menggantung indah di depan wajahku. Glek.. saya

menelan ludah.

Jenni : “Dam, tutup mulut dong.. Masa sampai menganga terbuka gitu melihat dada gue.” Jenni

dan Nova tertawa. Ini membuat Jenni jadi relaks dan pasrah dadanya terpampang jelas. Wah

kalo mereka serius kayak gini, mendingan saya kalah saja. Mengingat kalau kalah terus, tititku

akan dihisap selama 1 menit setiap kekalahan. Hahahaha.. otakku kotor juga. Maka

dilanjutkanlah permainan. Dengan segera saya menjadikan diri telanjang. Celana dalam saya

buka perlahan-lahan memperlihatkan titit yang sudah mengeras sejak tadi. Saat itu, Nova,

dengan payudara montoknya pun tinggal celana dalam saja. Kedua gadis ini memperhatikan

celana dalamku dengan seksama sambil menahan napas menunggu tititku seluruhnya terlihat.

Nova : “Wah sudah keras yah, Dam! Bagus lho bentuknya!”

Idam : “Gimana tidak keras… ngelihat dua pasang payudara yang bagus-bagus!” Rupa-rupanya

Nova sudah tidak tahan lagi. Aku langsung ditabraknya dan tititku langsung dipegangnya.

Dengan gemas Nova mulai mengocok tititku sambil sesekali dijilatnya. Tentu saja saya tidaktinggal diam. Tanganku mulai meremas-remas payudara Nova yang cukup besar. Tidak cukup

dengan remasan, akhirnya aku meraup payudara kiri dan mulai menghisapnya.

“Ahh.. Enak banget, Dam! Terus hisap..” Sambil menghisap payudara Nova, tanganku mulai

melepaskan celana dalamnya. Karena saya tidak mau melepaskan hisapan, tentu saja

melepaskan celana dalam jadi lebih sulit. Nova membantu dengan melepaskan celana

dalamnya sendiri. Tititku yang menjadi lepas dari pegangan Nova, langsung disambut Jenni

dengan kulumannya. Mimpi apa semalam. Dua gadis sudah mengulum tititku. Kami pun pindah

ke ranjang. Saya berbaring di ranjang dengan titit menjulang langit. Nova melanjutkan

memberikan payudaranya untuk saya hisap dan Jenni kembali mengulum tititku. Tangan saya

mulai bergerilya ke vagina Nova. Basah. Licin. Saya pun mulai menggesekkan jari ke

clitorisnya. Licin sekali. Nova pun mendesah dengan kenikmatan yang dialaminya di bawah.

Jenni yang melihat Nova mengalami kenikmatan, mengubah posisi pantatnya ke sebelah

mukaku. Badan jenjangnya memang membuat posisi hampir 69 tersebut sangat mudah terjadi.

Tanganku pun menggosok vagina Jenni yang juga sudah sangat basah.

Tangan kiri di vagina Jenni, tangan kanan di vagina Nova. Kukocok keduanya dengan

kelembutan yang lama-lama bertambah cepat. Jenni dan Nova blingsatan dibuatnya. Jenni

berguncang hebat sampai melepaskan hisapan di tititku dan mengeluarkan lenguhan panjang

yang sangat seksi. Nova menyusul dengan teriakan yang tidak kalah seksinya. Keduanya

terjatuh di kiri kananku dengan lemasnya. Aku yang sudah tegangan tinggi tidak mau tinggal

diam. Aku menghampiri Nova dan membuka lebar-lebar selangkangannya. Terlihat vagina

bersih yang sangat indah. Bulu- bulu halusnya sangat seksi. Aku mulai menggesekkan kepala

tititku ke vagina Nova. Ah….. licin dan enak. Belum pernah aku merasakan kenikmatan seperti

ini. Nova yang mulai merasakan kenikmatan, mulai bereaksi dengan menggerak-gerakkan

pinggulnya mengikuti irama gesekan.

Nova semakin meracau…”Oohhh… aahhh… ohh..my… God…..Enak banget Dam” “Terus

Dam… Enak… ahhh… aahhHHH….AAAHHHHHH…Gila.. enak banget Titit lu Dam!! Gue dah

sampe nih” “Baru digesek aja dah enak gini yah, Dam… gimana kalo dimasukin yah? Masukin

deh Dam..” “Serius lu, Nov? Lu mau gue perawanin? Gue sih dah nafsu banget nih.” “Iya,

Dam… Gue pengen ngerasain titit lu di dalam gue… di luar aja dah enak, apalagi di dalam.”

Aku tidak pikir panjang lagi.. langsung berusaha merangsek ke dalam vagina Nova.

“Oww.. pelan-pelan Dam.. Sakit tahu!!” “Ok, Nov.. gue pelan-pelan nih” Pelan-pelan kepala titit

gue mulai terbenam di vagina Nova. Terasa mentok. Aku yang tidak pengalaman berpikir kok

tidak dalam yah? “Nov, udah masuk belom sih?” Nova yang mulai meringis menahan sakit,

“Kayaknya sih belom deh… tapi terusin aja.” “Lu yakin, Nov? Kayaknya lu kesakitan gitu.”

“Terus aja, Dam. Gue pokoknya mau titit lu di dalam gue.” “Ya udah kalo gitu.. Gue terusin nih..”

Dengan tiga sodokan keras yang disertai rintihan Nova, akhirnya tititku masuk juga

sepenuhnya.

“Wah.. Nova… kayaknya titit gue dah masuk semua nih” “Iya.. Dam…” sambil menahan sakit

“diam dulu, Dam.. jangan digerakin dulu..gue masih rada sakit..” Ahh.. nikmatnya vaginaperawan.. tititku berasa banget diremas-remas oleh vagina sempit Nova. Tanpa kusadari, aku

mulai menggerakkan pelan- pelan pantatku. Keluar masuk secara perlahan. Nova pun mulai

bernafas secara teratur dan mulai menikmati kocokan lembut di vaginanya. “Pelan-pelan yah

Dam… masih sakit tapi dah mulai enak nih… vagina gue berasa penuh banget diisi titit lu” Jenni

yang dari tadi menonton menunjukkan ekspresi tidak percaya. “Gila lu berdua.. beneran ngentot

yah?” Jenni pun mendekati TKP dan memperhatikan dengan seksama.

“Gila.. gila.. titit lu beneran masuk ke vaginanya Nova, Dam!” “Iya Jen.. Enak banget vagina

Nova.. gue bisa ketagihan ngentot nih.” Tiba-tiba ada keinginan yang luar biasa untuk segera

sampai.. kupercepat goyanganku. Nova pun semakin mendesah menggila. “Ahhh…

Ohhh…Ahhh…Ohhh…Dam.. gue mau sampe lagi nih” “Barengan Nov.. gue juga mau sampe..”

Di kepalaku tidak teringat lagi pelajaran Biologi, kalau sperma ketemu sel telur akan

menghasilkan zygot yang akan berkembang menjadi bayi.

“Ayo.. Dam… kita

bbaaareeennggg….” Croootttt…croottt.. croottt…Tiga kali aku menyemprotkan mani ke rahim

Nova. Ahh… ini perasaan yang luar biasa… kenikmatan berhubungan badan dengan seorang

gadis muda yang cantik. Beda banget sama masturbasi. Hubungan langsung lebih nikmat. Aku

langsung terjatuh lemas di sebelah Nova. Jenni yang melihat pertunjukkan langsung bagaimana

berreproduksi mulai mendekati tititku lagi dan menghisapnya dengan lembut. Nafasku yang

tersengal-sengal perlahan-lahan menjadi teratur seraya menikmati hisapan- hisapan Jenni.

Dikocoknya perlahan tapi pasti membuat tititku menjadi tegang kembali. “Dam, jangan

dimasukin yah. Ini pengen gue gesek-gesek ke vagina.”

“Iya, Jen.” Jenni pun mengambil posisi WOT dan mulai menggesek-gesek vaginanya di atas

tititku. “Enak banget, Jen” Goyangan lembut Jenni membuat payudaranya bergoyang-goyang

secara anggun. Pemandangan yang sangat indah. Jenni merupakan salah satu wanita

impianku. Tinggi, berdada montok, atletis, senang bercanda, dan baik hati. Sekarang dia

sedang menggesekkan kelaminnya dengan kelaminku. Ah.. kepengen masukin d. Segera

kubalikkan posisi sehingga aku sekarang di atas. Kakinya kubuka lebar-lebar. Terlihat vagina

yang sangat indah. Bahkan lebih indah daripada punya Nova. Mulus, hampir tanpa bulu.

Warnanya pink dan telah basah mengkilap. Tititku langsung berkedut-kedut melihatnya.

Kuarahkan tititku ke vaginanya. “Dam, jangan dimasukkin yah!” “Kenapa Jen? Sudah tidak

tahan nih” “Jangan Dam… jangan sekarang.” suaranya lembut meluluhkan hati. Entah kenapa

aku berhenti memaksakan kepala tititku. Akhirnya aku hanya menggesek-gesekkan kepala

tititku di muka vagina Jenni.

“Ah… iya Dam.. Begitu saja… gesek saja terus… Ahh… Ahhh” Jenni mulai lebih relaks dan

lebih melebarkan posisi kakinya. Melihat itu, aku semakin cepat menggesekkan titit. Semakin

cepat gesekan, semakin keras desahan Jenni. “OOhhhh… AHhhhh..enak Dam… Teruss..

Terusss.. Lebih cepat lagi… Tee..teeeruussss…. AHHHHHH.”

Jenni mendapatkan orgasmenya dan cukup banyak cairan O-nya yang keluar. Kasur menjadi

basah sekali. Aku melihat Jenni mengalami orgasme yang sangat seksi sampai aku terdiam

terkesima. Jenni cantik sekali…Aku benar-benar terpesona.. Sepertinya aku jatuh cinta dengan

Jenni. Nova yang telah cukup beristirahat dan melihat Jenni telah lemas mengambil alih situasi.Dipegangnya tititku dan dikocoknya perlahan. Tititku yang masih belum puas dengan Jenni

membuat otakku segera beralih ke Nova dan menyuruhku untuk melampiaskannya ke Nova.

Lagi pula tititku bisa coblos ke dalam Nova. Dengan segera kubalikkan Nova dan kucoba Doggy

style di sebelah Jenni yang masih terbaring lemas.

Ternyata Doggy style memberikan sensasi yang berbeda. Rasanya tidak bisa dituliskan dengan

kata-kata.. Hanya nikmat.. Walaupun Nova yang sedang aku sodok, tatapanku tidak lepas dari

Jenni. Jenni membuka matanya dan menatapku dengan penuh kemesraan. Senyumnya yang

manis membuat hatiku bingung. Di sini aku sedang jatuh cinta dengan Jenni, tetapi tititku

sedang menikmati pelayanan Nova, dan Jenni tersenyum kepadaku. Ah bingung….. Aku pun

tersenyum balik ke Jenni sambil semakin keras menyodok Nova. Sodokan kerasku yang terus

bertubi-tubi dari belakang membuat Nova tidak dapat menahan diri lagi dan dia mendapatkan

orgasme lagi. Aku memperlambat sodokanku agar Nova bisa menikmati orgasmenya. Jenni

bangun dan memberikan payudaranya ke mukaku.

“Hisap Dam! Biar lu tambah seru!” Ah.. nikmatnya tetek Jenni.. Kenyal tetapi kencang. Tentu

saja akibat tetek Jenni yang nikmat, goyanganku ke Nova semakin bertambah cepat. “Gila lu

Dam, enak banget sih dientot dari belakang sama lu… gue.. mauuuuu… Ahhhhh…” Nova pun

orgasme lagi. Aku pun tidak tahan nikmatnya menghisap tetek Jenni sambil doggy ke Nova dan

akhirnya.. croott…croott… dua kali aku semburkan spermaku. “Dam enak banget disemprot

elu… Rasanya nikmat.. kayak mandi air hangat.. tapi ini rasanya di dalam.’ Posisi kami belum

berubah.. aku masih menancapkan titit ke dalam vagina Nova sambil terus menyemprotkan

sisa-sisa sperma dan mulutku terus mengulum, menghisap dan menggigit-gigit payudara Jenni.

“Enak yah Dam, isap tetek gue dan ngentot-in Nova” “Iya Jen! Cuma impian bisa threesome

kayak gini tapi gue bisa ngerasain kejadian benernya.” “Udah dong Dam, cabut titit lu. Pegel nih

nungging melulu” timpal Nova.

Kucabut tititku tetapi pandanganku terus menatap mata Jenni. Kelihatannya aku benar-benar

jatuh cinta. Malam itu kami tidur bertiga dalam keadaan bugil. Jenni di kananku, Nova di kiriku.

****** Tok tok tok.. Pintu kamar hotel diketuk. Nova yang telah bangun lebih dulu membuka pintu

dan Rika terlihat telah sampai dihantar oleh orangtuanya.

“Eh.. Rika” Nova panik “Bokap Nyokap lu mana?” “Tenang Nova, mereka cuma menghantarku

kok.. tadi langsung jalan lagi ke kota C.” “Wah… lega.. gue pikir mereka mau masuk ke dalam.”

“Memangnya kenapa Nov? Eh… lu kok kaga pake BH?” “Itu dia Rik.. takut ketahuan.. Gue

kemaren berhasil nih” “Berhasil apaan sih, lu?” “Gue kasih perawan gue ke Idam!!” “Haahh??

Yang bener lu? Jenni juga? Kita semua kan memang kepengen banget dientot Idam!!” “Jenni

belum.. masih perawan dia.. kayaknya takut.. tapi udah main juga sama si Idam, cuma belum

dimasukin aja.” “Gue jadi horny nih, Nov. Idam di mana? Mau gak yah dia?” “Masih tidur tuh.. lu

bangunin aja.. laki-laki kalo dikasih perawan mana ada yang nolak.” “Hahahaha…bener juga

lu!” “Tuh lihat, Rika. Ada yang menonjol di selimut. Dia masih telanjang lho. Kita kemaren tidur

begitu gayanya.” “Jenni mana, Nov? Kok kaga ada?” “Lagi di kamar mandi. Tuh lu urus si Idam

aja. Pagi-pagi dah tegak gitu. Lu hisap aja dulu tititnya.”Rika pun menghampiri ranjang dan segera menarik selimut sehingga tititku terbuka dengan

leluasa. Aku yang masih tidur tidak sadar apa yang sedang terjadi hanya mengetahui kalau

tititku mengalami kenikmatan. Perlahan-lahan kubuka mataku berpikir Nova atau Jenni sedang

mengulum si junior. “Hah? Rika? Ngapain lu?” tanyaku tanpa berusaha melepaskan diri. Lagi

enak kok masa melarikan diri. Betul gak? “mmlammggii hissmmmaaapp mttiimmtiitttmm mmlu”

Jawab Rika dengan tidak melepaskan muatan di mulutnya. “Hahahaha” Nova tertawa geli.

“Lanjutin aja Rik, si Idam kaga nolak tuh.. cuma ngeliatin lu sambil merem melek gitu.” Jenni

yang mendengar tertawanya Nova, segera melongok keluar dan cukup kaget melihat Rika

sedang mengulum tongkat kenikmatanku. “Eh.. Rika… baru sampe langsung sarapan aja nih”

tukas Jenni dengan nada yang menunjukkan kekagetan. Jenni keluar dari kamar mandi sambil

masih mengeringkan rambutnya. Body Jenni memang luar biasa.

Aku tidak bisa melepaskan pandangan dari tubuh langsing dengan payudara yang sempurna

itu. “Idam.. jangan ngeliatin gue aja dong.. Rika dah nafsu tuh… puasin gih… kayak lu puasin

kita berdua kemarin. Iya gak Nov?” “Iya Jen.. Ayo Dam.. Puasin Rika.. Perkosa dia..

hahahaha..” “Kaga usah diperkosa.. orang gue mau secara sukarela kok” timpal Rika.

Mendengar jawaban Rika, aku segera beraksi. Kucium bibirnya dan kami melewatkan beberapa

menit melampiaskannya sambil bertukar air liur. Rika badannya kecil sehingga dengan mudah

kuangkat dari tepi ranjang dan meletakkannya di ranjang. Kudekati Rika dan menciumnya lagi.

Kali ini tanganku tidak tinggal diam. Payudara Rika aku pijat dan remas-remas halus.

Kaos ketatnya segera kubuka memperlihatkan tetek mungil yang kencang. Pentilnya telah

keras menjulang ke atas. Pentil yang bagus dan segera kulumat. “Ohh.. enak banget Dam..

terus Dam….aahhh.. ahhh..” Rika meracau kenikmatan. Hisapan dan kulumanku pun

bertambah keras. Tititku sudah sangat kencang sekali. Dengan sedikit agak kasar kulepaskan

semua pakaian yang masih melekat di Rika. Wow.. ternyata Rika mempunyai bulu jembut yang

sangat lebat. Lebat tapi terlihat sangat rapi dan terawat. Kudekati vaginanya dan tercium wangi

vagina yang merangsang.

Tapi Jenni punya lebih wangi. Ah.. Jenni lagi.. ini ada gadis yang sukarela memberikan

perawannya, kok masih mikirin perempuan lain. Kulirik Jenni dan kulihat dia tersenyum penuh

pengertian. Kujilat vagina Rika sambil terus melihat Jenni. Jenni pun tersenyum terus dan

memberikan anggukkannya seakan-akan mengerti kalau aku sedang bertanya bolehkan aku

menjilat memek perempuan lain. “ Ohh…oohhh… enak banget Dam.. baru dijilat aja gue dah

kayak gini..” “Suruh Idam ngentotin elu, Rik… Pelan-pelan yah Dam.. Kemaren gue cukup sakit

lho” Nova menghangatkan suasana.

“Iya Dam.. masukin dong buruan.” “Yakin lu, Rik?” Aku bertanya kepada Rika tetapi tatapanku

kembali ke Jenni. Jenni pun mengangguk kembali. Aku pun segera membuka lebar

selangkangan Rika. Vagina Rika terlihat sangat imut, karena memang Rika orangnya cukup

kecil. Tinggi badannya hanya di bawah bahuku sedikit. Perlahan-lahan aku dorong tititku ke

dalam vagina Rika. Rika yang sudah sangat basah hanya bisa mendesah. Kepala tititku sudah

masuk sepenuhnya tetapi seperti ketemu tembok. “Siap Rika? Ini dah di depan selaput dara

nih. Tinggal gue sodok masuk” Entah kenapa sekali lagi aku melirik ke Jenni dan Jenni puntersenyum kembali. Senyum yang sangat manis. “Iya Dam.. sodok aja.. perkosa gue.. bikin gue hamil.. gue mau anak dari lu.” Rika sudah lupa daratan. Kupegang pinggul Rika dengan erat dan kudorong dengan penuh kekuatan. Blesss.. masuk sudah. Rika menitikkan air mata menahan sakit. “Lanjut Rik?” “Iya Dam.

Dah mulai terbiasa nih. Rasanya penuh banget vagina gue” Proses menyetubuhi Rika pun segera berlangsung. Keluar.. masuk…keluar… masuk..pelan-pelan tetapi pasti vagina Rika semakin

basah. “Gila….Enak..banget….Tahu gini… dari kemaren…

gue…ikutan…nginep….”Rika semakin larut dalam kenikmatan. “Ohh…ooohh…enak… aahh.. terus.. Dam.. yang cepat.. Dam!” Kuturuti kemauannya. Semakin cepat aku menggoyang Rika, payudaranya pun semakin liar tergoncang-goncang. “Bareng yah Rika.. gue juga dah mau nyemprot..” “Ayo Dam.. bikin gue hamil.. semprot yang banyak…AAARRRHHHH” Kami berdua pun orgasme luar biasa. Vagina Rika memeras semua sperma yang ada di tititku. Kucabut tititku dan terlihat tetesan darah perawan merembesi sprei. Noda darah perawan Rika dan Nova terlihat bersebelahan.

Wah aku harus membeli sprei ini dari hotel. Kenang-kenangan pikirku. Jenni menghampiriku dan menciumku di bibir dengan ciuman yang sangat lembut. Tiba-tiba ada perasaan bersalah di hatiku. Sepertinya Jenni tahu karena dia bilang, “Tidak apa-apa Dam. Kita semua memang ingin menikmati titit lu.” dan kemudian dia menciumku lagi. Ciuman yang penuh mesra. Nova mengganggu ciuman kami dengan mengambil tititku dan menghisapnya. Jenni mengganguk kembali dan merebahkan tubuhku. Nova terus menikmati permainannya di bawah. Jenni menduduki kepalaku dan memberikan vaginanya untuk kuhisap. Ah.. nikmatnya memek Jenni. Kujilat dan kujilat terus sambil kami terus bertatapan mata. Aku benar-benar jatuh cinta. Pagi itu aku digilir tiga perempuan cantik. Jenni tetap hanya meminta digesek-gesek saja.

Nova dan Rika berhasil membuatku menyemprotkan sperma di dalam mereka sebanyak dua kali. Kami baru selesai ketika kami sudah kelelahan dan kelaparan. Sudah waktunya makan siang. ****** Epilog: Kami berempat berhasil masuk universitas di kota B dan sepakat untuk mengontrak rumah untuk tinggal bersama. Orang tua kami tidak ada yang curiga. Mereka pun setuju mengontrak rumah lebih enak daripada kos-kosan. Bisa masak dan cuci baju sendiri. Tidak takut ada barang yang hilang. Empat tahun kuliah, sehari pasti minimal sekali aku menyetubuhi salah satu dari tiga wanita cantik tersebut.

Dengan Jenni, selalu hanya gesek-gesek. Dengan Rika dan Nova, tentunya celup-celup dong. Tidak ada yang hamil karena kami menghitung kalendar dengan sangat disiplin. Sesudah lulus pun kami masih sering berkumpul untuk “bermain”. Nova bertemu dengan suaminya di tempat kerja. Rika bertemu dengan suaminya di kuliah S2. Jenni akhirnya menjadi isteriku.

Perawannya baru diberikan pas malam pernikahan. Kami berdua punya dua orang anak. Jenni sering mengundang Nova dan Rika untuk bermalam di rumah kami. Saking seringnya, aku berhasil menghamili Nova dan Rika. Anak kedua Nova dan anak ketiga Rika mirip sekali denganku. Untung suami mereka tidak pernah ada yang curiga. Alasannya karena sering bergaul denganku, jadi mirip deh anaknya.

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home