KISAH DINDA Bagian 1
Terima Kasih, Kak Naya !
Aku hanyalah seorang anak tunggal yang dibesarkan oleh keluarga yang taat agama. Saat ini aku masih duduk di kelas XI di sebuah SMA terkenal di kotaku. Oiya, panggil saja aku Dinda.
Sudah sejak kecil aku dididik dengan penuh kasih sayang dan ajaran tentang norma yang baik oleh kedua orang tuaku. Orang tuaku selalu mengajarkanku bagaimana membedakan hal yang baik buatku dan yang tidak. Termasuk dalam hal berpakaian. Sudah sejak SMP, aku memakai seragam berlengan dan rok panjang serta jilbab tentunya, hingga sekarang ini. Meskipun dalam kesehariannya aku masih diberi kebebasan untuk berpakaian, termasuk untuk tidak memakai jilbab. Namun tetap saja aku harus berpakaian yang sopan, dan tidak terlalu mengumbar
bagian tubuhku yang sekarang ini sedang tumbuh menjadi tubuh wanita yang dapat 'mengundang' bagi siapapun cowok yang melihatnya. Jangankan rok pendek, celana pendek pun aku jarang memakainya. Aku lebih sering memakai rok kain panjang ataupun celana panjang ketika di rumah. Sedangkan untuk atasan aku masih sering memakai kaos lengan pendek asalkan kaos tersebut tidak terlalu ketat.
Orang tuaku juga selalu menjagaku untuk tidak berbuat hal yang dianggap tidak baik oleh mereka. Mereka melarangku untuk berpacaran, karena dianggap dapat mengganggu proses sekolahku. Apalagi aku memiliki reputasi prestasi yang cukup bagus sejak masih SD hingga sekarang. Namun orang tuaku tidak membatasiku untuk bergaul dengan siapapun asal tidak memberi pengaruh buruk terhadapku. Tentu dengan masa puber seperti ini, aku sudah mulai merasakan bagaimana rasanya jatuh cinta. Aku juga penasaran bagaimana rasanya dicintai. Dengan paras yang kumiliki, tidak susah untuk menarik perhatian cowok-cowok yang ada di sekolahku. Namun aku tetap mencoba memegang janjiku kepada orang tuaku. Aku tidak akan pernah berpacaran selama aku masih sekolah.
Meski aku dapat menahan gejolak jatuh cinta yang kualami sekarang, ada hal lain yang harus kuhadapai dalam masa puber ini. Dan sayangnya aku tidak dapat menahan hal tersebut.
****
Hampir setahun yang lalu, aku memiliki sebuah pengalaman yang akhirnya menjadi kebiasaan sampai sekarang. Ini diawali dari kebiasaanku dalam berpakaian. Seperti yang sudah aku ceritakan diatas, aku biasa menggunakan rok kain panjang ataupun celana panjang ketika di rumah. Mungkin sebenarnya ada rasa sedikit terpaksa memakai pakaian tersebut. Aku ingin merasakan bagaimana rasanya memakai celana pendek ataupun hotpants seperti yang dikenakan oleh teman-temanku. Pasti rasanya akan lebih bebas dan tidak gerah jika dibandingkan dengan memakai rok ataupun celana panjang. Tapi jika aku beli pakaian seperti itu, pasti aku kan dimarahi oleh orang tuaku.Merasa kesal dengan kondisi ini, suatu hari aku pernah iseng untuk mencoba melepas rok
panjang yang waktu itu aku kenakan dan membiarkan bagian bawah tubuhku hanya ditutupi
celana dalam. Pastinya hal ini hanya berani aku lakukan ketika di dalam kamar dan dalam
kondisi pintu terkunci, agar orang tuaku tidak mengetahuinya. Benar saja, rasanya begitu
menyenangkan ketika merasakan paha dan kakiku dapat bergerak dengan bebas. Hal ini makin
lama makin sering kulakukan ketika masuk kedalam kamar dan memakai bawahan lagi ketika
keluar kamar. Bahkan kebiasaan ini sampai terbawa ketika tidur.
Lama-kelamaan, kebiasaan ini aku lakukan setiap hari. Bahkan, ketika aku pulang sekolah,
setelah aku melepaskan baju seragamku, aku selalu membiarkan tubuhku hanya berbalut
celana dalam dan bra yang didobeli dengan tanktop yang biasa kupakai sebagai baju pelapis di
balik seragamku. Dan baru memakai baju ketika aku keluar kamar. Tentu aku belum berpikiran
macam-macam ketika berbusana seperti ini, meskipun sebenarnya aku suka menatap tubuhku
sendiri yang hanya berbalut tanktop dan celana dalam ini di depan cermin.
Suatu malam, aku sedang mengerjakan tugas sekolahku di kamarku. Aku terbiasa mengerjakan
PRku di atas ranjang tempat tidurku dengan duduk bersila. Meskipun sebenarnya aku punya
meja belajar di dalam kamarku. Waktu itu aku mengenakan sebuah kaos lengan panjang dan
celana dalam seperti biasanya. Tentu saja dengan posisi duduk seperti itu membuat daerah
selangkanganku yang hanya tertutup celana dalam ini terbuka. Aku tidak mempermasalahkan
hal tersebut karena toh tidak akan ada yang melihat karena pintu kamarku sudah kukunci.
Ketika aku berhadapan dengan buku dan pensil, tanpa disadari aku akan memainkan pensil
dengan tanganku. Aku biasa menggunakan jari-jariku untuk sekedar memutar-mutar pensil
ketika aku sedang berpikir. Namun ketika aku memainkan pensilku, ujung pensil tersebut tidak
sengaja mengenai permukaan celana dalamku. Karena memang tidak disengaja, aku tidak
menghiraukan hal tersebut, padahal pensilku beberapa kali mengenai tepat dimana
kemaluanku berada.
Ketika aku selesai dengan tugas sekolahku, aku terkejut mendapati celana dalamku terdapat
noda basah tepat di tengah-tengah celana dalamku. Tentu saja aku reflek memasukkan
tanganku ke dalam celana dalam. Dan benar saja, aku mendapati lubang kemaluanku basah.
Tapi basah karena apa? Apakah aku kencing tanpa aku sadari?
Aku menarik keluar tanganku dan mendekatkan jari-jari yang basah tersebut ke hidungku. Aku
tidak mencium bau pesing dari cairan tersebut. Kalau cairan ini bukan air kencing, lalu ini cairan
apa? Kenapa bisa keluar dari lubang kemaluanku? Aku sadar jika tadi selangkanganku
beberapa kali tersentuh oleh ujung pensilku. Apakah hal tersebut yang membuat vaginaku
mengeluarkan cairan ini?
Karena hari sudah larut, kuputuskan untuk tidur dan mencoba mencari tahu tentang apa yang
terjadi dengan vaginaku esok hari. Namun sebelum tidur, aku melepas celana dalamku dan
menggantinya dengan celana dalam yang kering setelah aku membersihkan vaginaku dengan
tissue.****
Keesokan harinya, aku mencoba memperagakan ulang aktivitas yang membuat celana
dalamku basah. Setelah aku melepas seragam sekolahku, aku memposisikan duduk di
pinggiran tempat tidur dengan kaki yang kubuka. Ditanganku sudah terdapat pensil yang sama
dengan yang kugunakan semalam. Ujung pensil tersebut beberapa kali aku coba sentuhkan ke
permukaan celana dalamku. Sama persis seperti apa yang kulakukan semalam, hanya
bedanya sentuhan kali ini memang disengaja.
Tiba-tiba, aku merasa sedikit geli ketika pensilku menyentuh area tertentu di permukaan celana
dalamku. Apakah semalam aku juga merasa geli seperti sekarang ini? Mungkin karena
semalam aku terlalu fokus berpikir dengan tugas sekolahku, aku jadi tidak menghiraukan rasa
geli ini. Kusentuhkan beberapa kali pensilku ke arah area yang menurutku membuatku geli.
Sentuhan-sentuhan tersebut berupa gerakan seperti mencolek, dan sesekali seperti
tusukan-tusukan kecil. Dan akhirnya tidak lama kemudian celana dalamku mulai terlihat basah.
Ternyata benar jika aktivitas yang tidak disengaja semalam ini lah yang membuat kemaluanku
mengeluarkan cairan.
Namun aku masih tidak mengerti kenapa vaginaku bisa mengeluarkan cairan ketika disentuh
seperti itu. Akhirnya aku mencoba mencari tahu hal tersebut ke internet.
Dari hasil pencarianku di google, aku mendapati jika hal tersebut bisa saja merupakan penyakit
yang menyerang kemaluanku. Tentu aku panik. Tentu aku takut akan hal tersebut. Aku takut jika
ternyata kemaluanku mengidap penyakit. Namun dari hasil pencarian lainnya, aku sering
mendapati sebuah kata yang pernah kudengar namun sebenarnya aku tidak pernah mengerti
maksudnya apa, yaitu "masturbasi".
Aku pernah mendengar kata tersebut entah dari temanku atau siapa. Yang jelas aku masih
tidak tahu apa arti kata tersebut. Karena penasaran, aku kembali menjelajahi mesin pencarian
dengan kata kunci tersebut. Hingga akhirnya aku mulai tahu apa maksud dari kata tersebut.
Ada perasaan yang aneh ketika mengetahui apa itu masturbasi. Pada satu sisi, aku heran
kenapa banyak cewek di luar sana yang melakukan itu. Karena menurutku perbuatan tersebut
terlalu jorok untuk dilakukan. Dan banyak yang mengatakan kalau masturbasi memiliki efek
yang buruk bagi pelakunya. Namun disisi lain, aku penasaran bagaimana rasanya
bermasturbasi yang katanya menyenangkan tersebut. Aku akui kalau aku sedikit suka dengan
rasa geli yang terjadi di area vaginaku pada saat aku memainkan pensil di permukaannya.
Apakah seperti itu rasanya masturbasi?
Tanpa disadari, permukaan celana dalamku semakin basah. Kusentuhkan ujung jariku ke
permukaan celana dalamku tepat pada lipatan lubang kemaluanku. Awalnya aku hanya ingin
mengecek seberapa basah celana dalamku tersebut. Namun jariku malah tidak sengaja
membuat gerakan yang semakin membuat geli area tersebut. Hanya dengan gerakan jari yangmenyentuh lubang kemaluanku dari ujung bawah dan ditarik hingga tepat sampai ke ujung atas
lipatan vaginaku, mampu membuat tubuhku menggelinjang kegelian.
Kakiku kubuka semakin lebar agar tanganku dapat dengan mudah menyentuh kemaluanku.
Kulangi gerakan-gerakan jariku seperti tadi di permukaan celana dalamku. Rasa yang
ditimbulkan dari gerakan tersebut sampai membuat mulutku tidak dapat menahan desahan
yang keluar. Kugunakan tangan kiriku untuk membungkam mulutku, agar orang tuaku tidak
curiga dengan apa yang sedang aku lakukan.
Semakin lama, gerakan jariku semakin cepat dalam menyentuh kemaluanku. Hingga aku makin
merasa tidak kuat lagi menahan rasa yang ditimbulkannya. Aku merasakan kemaluanku seperti
ingin kencing. Ingin aku mengehentikan aktifitas ini, tapi rasanya aku tidak ingin merelakan
momen-momen rasa geli yang sedang aku alami ini.
Hingga akhirnya aku tidak kuat lagi menahannya. Aku merasakan kemaluanku mengeluarkan
air seperti saat kencing yang disertai perasaan 'lega'. Tanganku berhenti menyentuh
kemaluanku, namun tubuhku masih menggelinjang ketika merasakan sesuatu keluar dari
lubang kemaluanku. Nafasku tersengal-sengal ketika menyaksikan celana dalamku sudah
basah kuyup yang bahkan sampai membuat tempat tidurku ikutan basah.
Jadi inikah yang disebut masturbasi? Ada perasaan menyesal setelah aku melakukan aktifitas
tersebut. Yang paling aku takutkan adalah apakah aku kehilangan keperawanan dengan
melakukan hal tersebut? Apakah aku bisa mandul dari perbuatanku ini? Pertanyaan-pertanyaan
tersebutlah yang mundul dalam benakku ketika melakukan masturbasi pertama kalinya.
Setelah pengalaman pertamaku tersebut, aku sempat berjanji untuk tidak melakukannya lagi
dan mencoba melupakannya. Namun beberapa hari setelahnya, aku kembali mengingat
kejadian tersebut. Ada perasaan untuk ingin melakukannya lagi, namun aku selalu memikirkan
hal buruk tentang apa yang akan terjadi jika aku melakukannya, sehingga aku urung
melakukannya.
Hingga suatu hari, aku kedatangan tamu yang memang sering berkunjung untuk menginap di
rumahku. Dia adalah kakak sepupuku, kak Naya. Meskipun dia hanya kakak sepupuku, namun
dia sudah kuanggap seperti kakak kandungku sendiri. Dari kecil kami memang selalu bersama
seperti layaknya kakak-adik, hingga akhirnya orang tuaku pindah ke kota ini yang membuat
kami terpisahkan oleh jarak. Namun aku masih sering berkomunikasi dengannya. Karena hanya
dialah teman yang biasa aku ajak curhat sampai ke hal yang sangat pribadi. Dan seperti saat
ini, kak Naya sering main ke rumahku untuk menginap seperti halnya ketika aku berkunjung ke
rumahnya. Momen inilah yang coba kugunakan untuk curhat masalah 'kegiatanku' tersebut
padanya.
Malam harinya, kami berdua sudah berada diatas ranjang tempat tidurku. Setiap menginap,
kami selalu tidur seranjang. Meskipun sebenarnya tempat tidur ini hanya muat untuk satuorang. Dan mulailah percakapan kami, yang didahului dengan obrolan-obrolan cewek pada
umumnya. Hingga akhirnya kucoba untuk mengalihkan topik ke pembicaraan yang
kutunggu-tunggu.
"Kak..." kataku.
"Ya..?" jawabnya.
"Aku mau tanya sesuatu... tapi kamu jangan ketawa ya.." kataku.
"Ya tergantung... kalo pertanyaanmu lucu ya aku ketawa... haha" jawabnya.
"Ah kak nay gitu... gak jadi kalo gitu..." kataku.
"Hahaha... gitu aja kok ngambek sih.... emang mau nanya apa? masalah cowok ya?" tanyanya.
"Bukan kak... tapi...."
"Tapi apa?"
"Pokoknya kak nay gak boleh ketawa dan gak boleh ngomong ke siapa-siapa ya..." kataku
meyakinkannya.
"Iya iya... apa sih?"
"Hmmm.... kak nay tahu masturbasi?" tanyaku dengan agak ragu.
Kak Naya terlihat tersenyum atau lebih tepatnya menahan tertawa.
"Tahu." jawabnya singkat.
"Hmmm... kakak pernah?" tanyaku lagi.
"Pernah." jawabnya lagi.
"Kapan?" tanyaku.
"Kapan apanya?" tanyanya balik.
"Ya kapan kak nay pernah masturbasi?"
"Hmmm.... baru semalem aku masturb" jawabnya dengan santai.
"Serius? Semalem?""Iya. Emangnya kenapa?" tanyanya.
"Gak papa... hmm.... kak nay udah biasa?"
"Iya" jawabnya singkat.
"Temen-temen kakak juga banyak yang masturbasi?" tanyaku.
"Ya gak tau lah... masturbasi tu hal pribadi... jarang yang mau nyeritain ke orang-orang..."
"Oh... jadi jarang ya cewek yang pernah masturbasi?"
"Bukan gitu maksudku... pasti banyak cewek yang sering masturbasi.... cuma mereka gak
ngomong-ngomong kalo mereka pernah masturbasi..." jawabnya.
"Oh... emang masturbasi tu baik gak sih?" tanyaku.
"Ya tergantung... ada baiknya, ada buruknya...." jawabnya.
"Contohnya?"
"Susah jelasinnya.... pokoknya jangan sering-sering aja..."
"Emang kak nay sesering apa?"
"Hmmm... ga sering-sering amat kok... paling sering 3 hari sekali..." jawabnya.
"Itu normalnya ya?"
"Ya tergantung orangnya masing-masing... ada kok orang yang tiap hari masturbasi... ada juga
yang gak pernah sama sekali..."
"Jadi... sebenernya wajar gak sih kalo cewek itu masturbasi...?" tanyaku.
"Ya... kalo menurutku sih wajar-wajar aja... kenapa sih kamu nanyanya gitu? Pasti abis nyobain
ya? hahaha" katanya.
Lalu kuceritakan tentang kejadian beberapa hari sebelumnya. Setelah kuceritakan kejadian
tersebut, Kak Naya tertawa.
"Tuh kan... dibilangin jangan ketawa..." kataku ketus.
"Hahaha... habisnya kamu lucu.... haha" jawab kak Naya."Ya kan aku masih polos.... belum tahu apa-apa...." kataku.
"Hahaha.... terus...." katanya.
"Terus apa?" tanyaku.
"Enak?" tanyanya singkat.
"Yaaaaa.... hmmmm.... ya gitu deh..... kak nay kan udah pernah... ngapain nanya aku...."
jawabku.
"Ya... menurutmu enak gak?" tanyanya lagi.
"Hmmm..." aku hanya mengangguk.
Kak Naya kembali tertawa.
"Pokoknya kak nay harus janji gak boleh ngomong ke siapa-siapa soal ini!" kataku.
"Iya iya.... kamu juga jangan bilang siapa-siapa kalo aku sering masturb.... ini harusnya privasi...
gausah dicritain siapa-siapa..." katanya.
"Iya-iya... ngomong-ngomong kak nay kalo masturbasi gimana?" tanyaku penasaran.
"Rahasia." jawabnya.
"Ih.. kak naya gitu...."
"Kan aku udah bilang.... ini privasi...." katanya.
"Cerita ke aku plisss..... aku kan masih polos... belum tahu apa-apa..." rengekku.
"Emang mau ngapain? kepo amat sih? pengen belajar masturb? hahaha.... udah... kamu gak
usah masturbasi... kamu kan masih kecil..." katanya.
"Emang kak nay pertama kali masturbasi kapan?" tanyaku.
"Hmmmm..... seumuran kamu deh kayaknya... ahahaha" jawabnya.
"TUH KAN!" kataku kesal sambil memukulnya dengan bantal.
"Susah ngasih taunya... yang jelas aku copot cd dan gak pake pensil.... hahaha" katanya."Udah.. tinggal jelasin aja gimana!" kataku sambil memukulnya lagi.
"Susah njelasinnya... harus praktek...." katanya.
"Yaudah praktekin..."
"Ih... ogah..... kamu aja yang praktekin nanti aku ajarin..." katanya.
"Aku?" tanyaku.
"Iya... udah buruan buka celananya..." katanya sambil mencoba meraih ujung celana
panjangku.
"Ih jangan... aku malu...." kataku sambil memegangi celanaku agar tidak dipelorotkan oleh kak
Naya.
"Kenapa harus malu? kita kan sama-sama cewek...." katanya.
"Pokoknya gak mau... aku malu....!" kataku.
"Kalo gak mau yaudah..." katanya.
"Kak nay aja yang praktekin...." kataku.
"Gak mau... aku juga malu... hahaha" jawabnya.
"Ah kak nay.... pliss..." kataku.
"Udah ah... tidur aja kita... aku ngantuk!" katanya sambil memposisikan diri untuk tidur.
"Yahh.. kak nay..."
Kak Naya pun tidur dengan posisi membelakangiku. Mau tidak mau aku juga ikut tidur dengan
posisi membelakanginya. Namun setelah mencoba memejamkan mata beberapa saat, aku
tetap tidak bisa tidur. Aku masih kepikiran oleh hal masturbasi tadi. Aku selalu membayangkan
kak Naya melakukan masturbasi sama seperti gambar cewek yang sedang masturbasi yang
kutemukan di internet.
Tiba-tiba, aku merasa ada sedikit gerakan dari kak Naya yang notabene tidur di belakangku.
Apakah kak Naya juga belum tidur. Karena penasaran, aku langsung membalikkan posisi dan
melihat kak Naya sedang menurunkan celananya!
"Oops...." kata kak Naya ketika aksinya diketahui olehku.Kedua tangannya masih berada di pinggiran ujung celana panjangnya yang masih nyangkut di
setengah pahanya.
"Hayo! Kak Naya mau ngapain?!" tanyaku.
"Eh kamu belum tidur ya? Gak... ini paha aku gatel minta digaruk..." jawabnya.
"Mau garuk kok harus buka celana segala?" tanyaku.
"Ya kan biar gampang garuknya..."
"Kak nay mau masturbasi ya?" tanyaku to the point.
"Sok tau kamu! Dibilangin aku cuma gatel..."
"Ah kak nay pasti boong! Ngaku aja!"
"Kamu kenapa sih? Kok maksa aku buat masturb?" gertaknya.
"Aku pengen liat gimananya..."
"Gimana apanya?"
"Ya gimana kak nay masturb..." jawabku.
"Kamu serius pengen belajar masturb?" tanyanya.
"Hmmm... sebenernya aku cuma penasaran aja sih kak..." kataku.
"Kalo mau liat cewek masturb kan bisa googling din..."
"Emang ada?"
"Ya banyak lah... sini hapemu, aku cariin" katanya.
Aku pun memberinya handphoneku. Tak lama kemudian dia sibuk mengetikkan sesuatu ke
hpku.
"Nih..." katanya sambil menunjukkan layar hpku.
Kulihat hpku memainkan sebuah video yang berisi seorang cewek bule sedang duduk
menghadap ke kamera. Tubuhnya sudah tidak tertutup apa-apa lagi. Dan posisi duduknya pun
mengangkang hingga menunjukkan lubang kemaluannya ke kamera."Gimana? Ini namanya bokep... hahaha" kata kak Naya sambil tertawa.
Tentu aku tahu apa itu bokep. Namun hanya sekedar tahu, aku tidak pernah menontonnya
sama sekali dalam seumur hidupku. Dan aku baru tahu jika ada bokep yang mempertontonkan
cewek yang sedang bermasturbasi seperti ini, karena setauku bokep itu hanya sebuah video
tentang orang yang sedang berhubungan badan.
"Eh itu pepeknya dimasukin apa?!" tanyaku setelah melihat cewek di video tersebut
memasukkan sebuah benda yang panjang ke kemaluannya.
"Itu namanya dildo." jawabnya.
"Kak nay kalo masturb pake begituan juga?" tanyaku.
"Gak, aku gak punya begituan." jawabnya.
"Trus pakenya apa?"
"Pake terong!" jawabnya.
"Serius?"
"Ya gak lah. Aku gak pake apa-apa... cuma pake tangan...." jawabnya.
"Tangannya dimasukin juga?" tanyaku.
"Kalo aku sih nggak.... cuma dielus-elus luarnya aja... aku gak mau virginku ilang kali..."
jawabnya.
"Oh.. jadi kalo cuma dielus-elus doang masih tetep perawan ya?"
Kak nay hanya mengangguk.
"Gimana? Udah tau kan sekarang?" tanyanya.
"Udah sih..."
"Mau dicoba?" tawarnya.
"Ha? Kapan-kapan deh..." jawabku.
"Kenapa gak sekarang aja?"
"A.aaku malu...""Yakin? Aku tau kok kamu sebenernya pengen..." katanya.
"Ah gak... aku cuma pengen tau aja... bukan pengen nyoba..." jawabku.
"Ah gak percaya.... coba cek CD kamu... kalo basah berarti kamu lagi pengen... hehehehe"
katanya.
Demi membuktikannya, aku pun memasukkan tanganku ke celana untuk mengecek apakah
celana dalamku basah atau tidak. Dan ternyata dugaan kak Naya benar. Celana dalamku telah
basah oleh cairan yang keluar dari kemaluanku.
"Gimana? Iya kan?" tanyanya.
"Ee..ee... gak kok.... kering..." jawabku berbohong.
"Jangan bohong lho... dosa..." katanya.
"Punya kak nay sendiri?" tanyaku.
"Hahaha... kalo aku gausah dicek... aku ngaku kalo aku emang lagi pengen... hahaha..."
jawabnya.
"Jadi bener tadi kak naya mau masturbasi?"
"Iya! Tapi gak jadi!" jawabnya kesal.
"Kok gak jadi?"
"Lah kamunya ngeliatin..."
"Emang kenapa aku ngeliatin?" tanyaku.
"Risih tau! Masa masturb diliatin! Udah ah... tidur aja..."
"Ah paling kak naya nunggu aku tidur biar bisa masturb kan?" tanyaku.
"Gak... aku mau tidur beneran..." jawabnya.
Dan suasana kembali hening. Sepertinya kak Naya memang benar-benar tidur. Aku pun
mencoba untuk tidur kembali, namun tetap saja aku tidak bisa tidur.
Karena kurasa nan Naya sudah tidur, diam-diam aku mencoba untuk bermasturbasi. Aku
memasukkan tanganku ke celana dalamku. Kugunakan jari-jariku untuk menyentuh kemaluankuyang sudah sangat basah tersebut. Kucoba belai permukaan vaginaku seperti yang diajarkan
kak Naya tadi. Dan benar, rasanya sungguh menyenangkan. Timbul rasa geli yang menjalar ke
seluruh tubuhku ketika jari-jariku menyentuh bagian tertentu dari kemaluanku. Mataku terpejam
ketika aku menikmati rasa geli tersebut.
"Celananya dibuka aja biar gampang din..." tiba-tiba kak Naya nyeletuk di sebelahku. Ternyata
dia belum tidur dan tahu kalau aku sedang masturbasi!
"Ehh.. kak nay belum tidur?" tentu saja aku kaget.
"Sebenernya udah mau tidur tadi... tapi kamunya gerak-gerak terus... makanya aku curiga...
hehehe.... udah... dibuka aja celananya... lagian kan ketutup selimut... aku gak ngeliat kok..."
katanya.
Sempat ragu, akhirnya aku menuruti perkataan kak Naya. Dengan tetap masih didalam selimut,
aku mencoba melepaskan celana panjang beserta celana dalamku. Oh iya, meski kami tidur
seranjang, kami tetap memakai selimut kami masing-masing.
"Udah?" tanyanya.
"Uu.udah..." jawabku.
"Oke, sekarang kakinya ditekuk aja terus dibuka lebar-lebar..." lanjut instruksi oleh kak Naya.
Aku menuruti instruksinya tersebut.
"Gimana? Jadi gampang kan sekarang?"
"Iya.. kak..." jawabku.
"Udah... lanjutin..."
Aku mencoba melanjutkan sentuhanku ke selangkanganku. Memang benar, kini aku lebih
leluasa untuk menyentuhkan jariku ke area tersebut. Mataku kembali terpejam seiring dengan
sentuhan-sentuhan yang kubuat. Tiba-tiba sesuatu menimpa dadaku.
"Aaaaa.!" aku kaget.
Sesuatu tersebut adalah tangan kak Naya. Secara tiba-tiba tangannya memegang dada
sebelah kananku.
"Kalo aku giniin, enak?" tanyanya ketika tangannya sedikit meremas dadaku dari luar kaosku.
"Eee..ee.nak kak..." jawabku."Nah, pake tanganmu yang satu lagi buat ngeremes tetek kamu kayak gini..." katanya sambil
melepaskan tangannya dari dadaku.
Aku menuruti perkataan kak Naya. Sementara tangan kananku mansih menyentuh
kemaluanku, tangan kiriku meremas-remas dada sebelah kiriku.
"Kalo perlu, lepas aja kaosnya... enakan kalo langsung megang teteknya..." kata kak Naya.
Aku sempat mempertimbangkan saran kak Naya tersebut. Namun rasanya aku enggan untuk
melepaskan tanganku dari selangkanganku. Bahkan gerakan tanganku makin cepat saat
menyentuh permukaan vaginaku. Hingga akhirnya aku merasa ada yang mau keluar dari
lubang kemaluanku. Rasanya seperti ingin kencing.
"Aaaahh..." vaginaku terasa berkedut dan mengeluarkan cairan yang sangat banyak. Ada
perasaan lega seperti melepaskan kencing yang ditahan lama.
"Lho? udah keluar?" tanya kak Naya yang dari tadi memperhatikan aktivitasku.
Aku mengangguk sambil mengeluarkan tanganku yang berlumuran lendir bening dari dalam
selimut.
"Cepet amat? ihihi... gimana? puas?" tanya kak Naya lagi.
Aku hanya mengangguk disertai nafas yang tersengal-sengal.
Kak Naya lanjut menjelaskan tentang orgasme dan bercerita tentang pengalamannya
mendapatkan orgasme pertama kali. Aku tidak terlalu memperhatikannya. Bahkan aku tidak
mendengarkan cerita kak Naya, karena saat ini aku hanya menikmati sisa-sisa orgasmeku
sendiri.
Setelah mereda, kubuka selimutku dan turun dari tempat tidur. Aku tidak malu lagi membiarkan
tubuh tak bercelanaku terekspos meski aku tetap menutupi kemaluanku dengan tangan. Ya,
meski sama-sama cewek, aku masih merasa malu untuk memperlihatkan tubuh telanjangku
sendiri. Aku menuju kamar mandi yang ada di kamarku untuk membersihkan kemaluanku dari
sisa-sisa masturbasiku.
Ketika aku keluar dari kamar mandi, aku mendapati kak Naya juga melakukan aktivitas yang
aku lakukan barusan. Ya, dia bermasturbasi. Posisinya sama persis seperti yang kulakukan.
Dengan tetap didalam selimut, aku yakin dia sudah tidak lagi memakai celananya. Dia masih
memakai kaosnya, hanya saja tangannya masuk ke dalam kaosnya untuk meremas dadanya
sendiri.Setelah memakai celanaku lagi, aku kembali ke tempat tidur. Aku tiduran di sebelahnya yang sedang masturbasi sambil mengamatinya meski aku tidak dapat melihat secara langsung apa yang di lakukannya dibalik selimut. Namun rasanya mataku semakin berat ketika mencoba memperhatikannya. Rasanya aku capek sekali. Dan akhirnya aku memejamkan mata dan tertidur.
****
Begitulah pengalamanku pertama kali mengenal masturbasi. Hal yang akhirnya sering aku lakukan sampai sekarang. Sekarang, setidaknya aku masturbasi 2-3 kali dalam seminggu. Tentu tidak ada yang akan menyangka, bahkan orang tuaku pun tidak akan menyangka. Dengan penampilanku yang seperti ini, dengan usiaku yang masih belia ini, dan dengan kepolosanku ini, ternyata sering menghabiskan waktunya di dalam kamar dengan memainkan alat vitalnya.
Labels: KISAH DINDA


0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home