Monday, August 8, 2022

DASTER BIBI

 DASTER BIBI

Kulihat bibi tidur tidak berselimut, karena biarpun kamar bibi memakai AC, tapi kelihatan AC-nya diatur agar tidak terlalu dingin. Posisi tidur bibi telentang dan hanya memakai baju daster merah muda yang tipis.

Dasternya sudah terangkat sampai di atas perut, sehingga terlihat CD mininya yang berwarna putih tipis, sehingga terlihat belahan kemaluan bibi yang ditutupi oleh rambut hitam halus ke-coklat2an.

Buah dada bibi yang tidak terlalu besar terlihat samar2 di balik daster tipisnya, naik turun dengan teratur. Walaupun dalam posisi telentang, tapi buah dada bibi terlihat mencuat ke atas dengan putingnya yang coklat muda kecil.

Melihat pemandangan yang menggairahkan itu aku benar2 terangsang hebat. Dengan cepat kemaluanku langsung bereaksi keras dan berdiri dengan gagahnya, siap tempur.Perlahan kuberjongkok di samping tempat tidur dan tanganku secara

hati2 kuletakkan dengan lembut pada belahan kemaluan bibi yang

mungil itu yang masih ditutupi dengan CD.

Perlahan tanganku mulai meng-elus2 kemaluan bibi dan bagian paha

atasnya yang benar2 licin putih mulus dan sangat merangsang.

Terlihat bibi agak bergeliat dan mulutnya agak tersenyum, mungkin bibi

sedang mimpi, sedang becinta dengan paman.

Aku melakukan kegiatanku dengan hati2 takut bibi terbangun. Perlahan

kulihat bagian CD bibi yang menutupi kemaluannya mulai terlihat basah,

rupanya bibi sudah mulai terangsang juga.

Dari mulutnya terdengar suara mendesis perlahan dan badannya

menggeliat-geliat perlahan.

Aku makin tersangsang melihat pemandangan itu.

Cepat2 kubuka semua baju dan CD-ku, sehingga sekarang aku

bertelanjang bulat.

Penisku yang 15 cm itu telah berdiri kencang menganguk-angguk

mencari mangsa.

Dan aku membelai buah dadanya, dia masih tetap tertidur saja.Aku tahu bahwa puting dan klitoris bibiku tempat paling suka dicumbui,

aku tahu hal tersebut dari film2 bibiku.

Lalu tanganku yang satu mulai gerilya di daerah vaginanya.

Kemudian perlahan aku menggunting CD mini bibi dengan gunting yang

terdapat di sisi tempat tidur bibi.

Sekarang kemaluan bibi terpampang jelas tanpa ada penutup lagi.

Perlahan kedua kaki bibi kutarik melebar, sehingga kedua pahanya

terpentang.

Dengan hati2 aku naik ke atas tempat tidur dan berjongkok di atas bibi.

Kedua lututku melebar di samping pinggul bibi dan kuatur supaya tidak

menyentuh pinggul bibi.

Tangan kananku menekan pada kasur tempat tidur, tepat di samping

tangan bibi, sehingga sekarang aku berada dalam posisi setengah

merangkak di atas bibi.

Tangan kiriku memegang batang penisku.

Perlahan kepala penisku kuletakkan pada belahan bibir kemaluan bibi

yang telah basah.

Kepala penisku yang besar ku-gosok2 dengan hati2 pada bibir kemaluan

bibi.Terdengar suara erangan dari mulut bibidan badannya agak mengeliat,

tapi matanya tetap tertutup.

Akhirnya kutekan kepala kemaluanku membelah bibir kemaluan bibi.

Sekarang kepala kemaluanku terjepit di antara bibir kemaluan bibi.

Dari mulut bibi tetap terdengar suara mendesis perlahan, badannya

kelihatan mulai gelisah.

Aku tidak mau mengambil resiko, sebelum bibi sadar, aku sudah harus

menaklukan kemaluan bibi dengan menempatkan posisi penisku di

dalam lubang vagina bibi. Sebab itu segera kupastikan letak penisku

agar tegak lurus pada kemaluan bibi.

Dengan tangan kiriku yang membimbing penisku, kutekan perlahan

pinggulku ke bawah, sehingga kepala penisku mulai menerobos ke

dalam lubang kemaluan bibi.

Kelihatan sejenak kedua paha bibi bergerak melebar, seakan

menampung desakan penisku ke dalam lubang kemaluannya.

Badannya tiba2 bergetar menggeliat dan kedua matanya mendadak

terbuka, terbelalak bingung, memandangku yang sedang bertumpu di

atasnya.

Mulutnya terbuka siap untuk berteriak.Dengan cepat tangan kiriku buru2 kudekap mulut bibi agar jangan

berteriak.

Karena gerakanku yang tiba2 itu, posisi berat badanku tidak dapat

kujaga lagi, akibatnya seluruh berat pantatku langsung menekan ke

bawah, sehingga tidak dapat dicegah lagi penisku menerobos masuk ke

dalam lubang kemaluan bibi dengan cepat.

Badan bibi tersentak ke atas dan kedua pahanya mencoba untuk

dirapatkan, kedua tangannya otomatis mendorong ke atas, menolak

dadaku.

Dari mulutnya keluar suara jeritan, tapi tertahan oleh bekapan tangan

kiriku.

”Aauuhhmm.. aauuhhmm.. hhmm..!” desahnya tidak jelas.

Kemudian badannya meng-geliat2 dengan hebat, kelihatan bibi sangat

kaget, mungkin juga kesakitan akibat penisku yang besar menerobos

masuk ke dalam kemaluannya dengan tiba2.

Meskipun bibi meronta-ronta, akan tetapi bagian pinggulnya tidak dapat

bergeser karena tertekan oleh pinggulku dengan rapat.

Karena gerakan2 bibi itu, penisku yang telah terbenam di dalam vagina

bibi terasa dipelintir-pelintir dan seakan dipijit-pijit oleh otot2 dalam

vagina bibi.Hal ini menimbulkan kenikmatan yang sukar dilukiskan.

Karena sudah kepalang tanggung, maka tangan kananku yang tadinya

bertumpu pada tempat tidur kulepaskan. Sekarang seluruh badanku

menekan dengan rapat ke atas badan bibi, kepalaku kuletakkan di

samping kepala bibi sambil berbisik kekuping bibi.

”Bii.., bii.., ini aku Eric. Tenang bii.., sshheett.., shhett..!” bisikku.

Bibi masih mencoba melepaskan diri, tapi tidak kuasa karena badannya

yang mungil itu teperangkap di bawah tubuhku.

mendekap mulut bibi, aku menjilati kuping bibi dan pinggulku secara

perlahan mulai kugerakkan naik turun dengan teratur.

Perlahan badan bibi yang tadinya tegang mulai melemah.

Kubisikan lagi ke kuping bibi, “Bii, tanganku akan kulepaskan, asal bibi

janji jangan berteriak yaa..?”

Perlahan tanganku kulepaskan dari mulut bibi.

Kemudian Bibi berkata, “Riic., apa yang kau perbuat ini..? Kamu telah

memperkosa Bibi..!”

Aku diam saja, hanya gerakan pinggulku makin kupercepat dan

tanganku mulai memijit-mijit buah dada bibi, terutama putingnya yang

sudah mengeras.Meskipun wajah bibi masih menunjukkan perasaan marah, tetapi reaksi

badannya tidak dapat menyembunyikan perasaannya yang sudah mulai

terangsang itu.

Melihat keadaan ini, tempo permainanku kutingkatkan lagi.

Akhirnya dari mulut bibi terdengar suara, “Oohh.. sshh.. eemm.. Riicc..!”

Dengan masih melanjutkan gerakan pinggulku, perlahan kedua

tanganku bertumpu pada tempat tidur, sehingga aku sekarang dalam

posisi setengah bangun, seperti orang push-up.

Dalam posisi ini, penisku menghujam kemaluan bibi dengan bebas,

melakukan serangan2 langsung ke dalam lubangkemaluan bibi.

Kepalaku tepat berada di atas kepala bibi yang tergolek di atas kasur.

Kedua mataku menatap ke bawah ke dalam mata bibi yang sedang

meram melek dengan sayu.

Dari mulutnya tetap terdengar suara mendesis-desis.

Setelah merasa pasti bahwa bibi telah dapat kutaklukan, aku berhenti

dengan kegiatanku.

Setelah mencabut penisku dari dalam kemaluan bibi, aku berbaring

setengah tidur di samping bibi.Sebelah tanganku mengelus-elus buah dada bibi terutama pada bagian

putingnya.

“Eehh.., Ric.., kenapa kau lakukan ini kepada bibimu..!” katanya.

Sebelum menjawab aku menarik badan bibi menghadapku dan memeluk

badan mungilnya dengan hati2 ketat ke badan.

Bibirku mencari bibinya, dan dengan gemas kulumat habis. Woowww..!

Sekarang bibi menyambut ciumanku dan lidahnya ikut aktif menyambut

lidahku yang menari-nari di mulutnya. Sejenak kuhentikan ciumanku.

Sambil memandang langsung kedua matanya dengan mesra, aku

berkata, “Bii.. sebenarnya aku sangat sayang sekali sama Bibi, Bibi

sangat cantik lagi ayu..!”Sambil berkata itu kucium lagi bibirnya, “Setiaap

kali melihat Bibi bermesrahan dengan Paman,aku merasa sangat

cemburu, seakan Bibi adalah milikku, jadi Bibi jangan marah yaa

kepadaku, ini kulakukan karena tidak bisa menahan diri ingin memiliki

Bibi seutuhnya."

Selesai berkata aku menciumnya dengan mesra dan dengan tidak

tergesa-gesa.

Ciumanku kali ini sangat panjang, seakan ingin menghirup napasnya

dan belahan jiwanya masuk ke dalam diriku.Ini kulakukan dengan perasaan cinta kasih yang setulus-tulusnya.

Rupanya bibi dapat juga merasakan perasaan sayangku padanya,

sehingga pelukan dan ciumanku itu dibalasnya dengan tidak kalah

mesra juga.

Kemudian aku menghentikan ciumanku dan aku pun berbaring telentang

di samping bibi, sehingga bibi dapat melihat keseluruhan badanku yang

telanjang itu.

”Iih.., gede banget barang kamu Ricc..! Itu sebabnya tadi Bibi merasa

sangat penuh dalam badan Bibi.” katanya.

Mungkin punyaku lebih besar dari punya paman.

Lalu aku mulai memeluknya kembali dan mulai menciumnya. Ciumanku

mulai dari mulutnya turun ke leher dan terus kedua buah dadanya yang

tidak terlalu besar tapi padat itu.

Pada bagian ini mulutku melumat-lumat dan menghisap-hisap kedua

buah dadanya, terutama pada kedua ujung putingnya.

Sementara aksiku sedang berlangsung, badan bibi menggeliat-geliat

kenikmatan.

Dari mulutnya terdengar suara mendesis tidak hentinya.Aksiku kuteruskan ke bawah, ke perutnya yang ramping, datar dan

mulus.

Maklum, bibi belum pernah melahirkan. Bermain-main sebentar disini

kemudian turun ke bawah, menuju sasaran utama pada lembah di

antara kedua paha yang putih mulus itu.

Pada bagian kemaluan bibi, mulutku dengan cepat menempel ketat

pada kedua bibir kemaluannya dan lidahku bermain-main ke dalam

lubang vaginanya.

Mencari-cari dan akhirnya menyapu serta menjilat gundukan daging

kecil pada bagian atas lubang kemaluannya.

Segera terasa badan bibi bergetar hebat dan kedua tangannya

mencengkeram kepalaku, menekan ke bawah disertai kedua pahanya

yang menegang dengan kuat.

Keluhan panjang keluar dari mulutnya, “Oohh.., Riic.., oohh.. eunaakk..

Riic..!”

Perlahan kutempatkan posisi badan sehingga bagian pinggulku berada

sejajar dengan kepala bibi dan dengan setengah berjongkok.

Batang kemaluanku persis berada di depan kepala bibi. Rupanya bibi

maklum akan keinginanku itu, karena terasa batang kemaluanku

dipegang oleh tangan bibi dan ditarik ke bawah.Kini terasa kepala penis menerobos masuk di antara daging empuk yang

hangat.

Ketika lidah bibi mulai bermain-main di seputar kepala penisku, suatu

perasaan nikmat tiba2 menjalar ke seluruh badanku, sehingga dengan

tidak terasa keluar erangan kenikmatan dari mulutku.

Dengan posisi 69 ini kami terus bercumbu, saling mengisap, menjilat

seakan berlomba-lomba ingin memberikan kepuasan pada satu sama

lain.

Lalu aku menghentikan kegiatanku dan berbaring telentang di samping

bibi.

Kemudian sambil telentang ku tarik bibi ke atasku, sehingga sekarang

bibi tidur tertelungkup di atasku.

Badan bibi dengan pelan kudorong agak ke bawah dan kedua paha bibi

kupentangkan.

Kedua lututku dan pantatku agak kunaikkan ke atas, sehingga dengan

terasa penisku yang panjang dan masih sangat tegang itu langsung

terjepit di antara kedua bibir kemaluan bibi.Dengan suatu tekanan oleh tanganku pada pantat bibi dan sentakan ke

atas pantatku, maka penisku langsung menerobos masuk ke dalam

lubang kemaluan bibi.

Amblas semua batangku.

“Aahh..!” terdengar keluhan panjang kenikmatan keluar dari mulut bibi.

Aku segera menggoyang pinggulku dengan cepat karena kelihatan

bahwa bibi sudah mau klimaks.

Bibi tambah semangat juga ikut mengimbangi dengan menggoyang

pantatnya dan menggeliat-geliat di atasku.

Kulihat wajahnya yang cantik, matanya setengah terpejam dan

rambutnya yang panjang tergerai, sedang kedua buah dadanya yang

kecil padat itu bergoyang-goyang di atasku.

Ketika kulihat pada cermin besar di lemari, kelihatan pinggul bibi yang

sedang berayun-ayun di atasku.

Batang penisku yang besar sebentar terlihat sebentar hilang ketika bibi

bergerak naik turun di atasku.

Hal ini membuatku jadi makin terangsang.Tiba-tiba sesuatu mendesak dari dalam penisku mencari jalan keluar, hal

ini menimbulkan suatu perasaan nikmat pada seluruh badanku.

Lalu air maniku tanpa dapat ditahan menyemprot dengan keras ke

dalam lubang vagina bibi, pada saat bersamaan terasa ber-denyut2

dengan kencangnya, badannya bergetar hebat dan ter-lonjak2.

Kedua tangannya mendekap badanku dengan keras.

Kami berdua mengalami orgasme dengan dasyat.

Akhirnya bibi tertelungkup di atas badanku dengan lemas sambil dari

mulut bibi terlihat senyuman puas.

”Riic.., terima kasih Ric. Kau telah memberikan Bibi kepuasan sejati..!”

Setelah beristirahat, lalu kami bersama-sama ke kamar mandi dan saling

membersihkan diri satu sama lain.

Sementara mandi, kami berpelukan dan berciuman, kedua tangan kami

saling mengelus dan memijit satu sama lain, sehingga dengan cepat

nafsu kami terbangkit lagi.

Dengan membopong badan bibi, kedua tangan bibi menggelantung

pada leherku, kedua kaki bibi kuangkat ke atas melingkar pada

pinggangku dan dengan menempatkan satu tangan menekan padapantat bibi, penisku yang sudah tegang lagi menerobos ke dalam lubang

kemaluan bibi.

“Aaughh.. oohh.. oohh..!” terdengar rintihan bibi sementara aku

menggerakan-gerakan pantatku maju-mundur sambil menekan ke atas.

Dalam posisi ini, dimana berat badan bibi sepenuhnya tertumpu pada

kemaluannya yang sedang terganjal oleh penisku, maka dengan cepat

bibi mencapai klimaks.

”Aaduhh.. Riic.. Biibii.. maa.. maa.. uu.. keluuar.. Riic..!” dengan keluhan

panjang dan mengejang, bibi mencapai orgasme.

Dengan penisku masih berada di dalam lubang kemaluan bibi, aku terus

membopongnya.

Aku membawa bibi ke tempat tidur.

Dalam keadaan tubuh yang masih basah kugenjot bibi yang telah lemas

dengan sangat bernafsu, sampai aku orgasme sambil menekan

kuat-kuat pantatku.Kupeluk badan bibi erat-erat sambil merasakan air maniku menyemprot, tumpah dengan deras ke dalam lubang kemaluan bibi, mengisi segenap relung-relung di dalamnya.

T A M A T

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home